SEKOLAH
TINGGI TEOLOGI IKSM
SLABUS
DOGMATIKA I
Mata kuliah
: Dogmatika I
B o b o t :
3 SKS
K e l a s :
D o s e n :
Pdt. M.P. Aritonang, M.Th.
I.
DESKRIPSI
Mata kuliah Dogmatika I membahas tentang; Alkitab, Allah, Pneumatologi,
Antropologi dan Doktrin tentang Malaikat, Setan dan Iblis. Tujuannya supaya
mahasiswa dapat memahami, mengenal dan mempercayai bahwa Alkitab adalah Firman
Allah yang diwahyukan Allah sendiri. Dan mengenal keberadaan Allah, Siapa Roh
Kudus, Tritunggal, sehingga tidak goyah ketika menghadapi, ajaran-ajaran sesat
dan pengaruh Globalisasi. Selain itu mahasiswa mengerti siapa sebenarnya
manusia dan bagaimana manusia jatuh ke dalam dosa. Siapa Malaikat, setan dan
iblis.
II.
TUJUAN UMUM.
1.
Melalui Mata
kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu memahami bahwa Allah adalah Firman Allah yang
diwahyukan Allah.
2.
Mahasiswa
dapat mengetahui dan memehami hakekat Allah dan sifat-sifat-Nya
3.
Mahasiswa
dapat mengenal Roh Kudus, karya-Nya dan Trinitatis.
4.
Mahasiswa
dapat mengetahui asal mula manusia dan kejatuhan manusia ke dalam Dosa.
5.
Mahasiswa
dapat memahami Malaikat dan tugas-tugasnya.
6.
Mahasiswa mengerti asal usul Setan, iblis dan cara
kerjanya.
III.
TUJUAN KHUSUS.
1.
Mahasiswa
mengetahui, memahami dengan benar
Alkitab adalah Firman Tuhan, sehingga percaya kepada Allah, Roh Kudus, dan
Trinitatis.
2.
Mahasiswa
memahami dengan baik siapa manusia dan tujuan hidupnya
3.
Mahasiswa
mengerti hakekat dosa dan akibatnya
4.
Mahasiswa
memahami Malaikat, asal-usal dan tugasnya.
5.
Mahasiswa
mengetahui asal usul setan, iblis dan dapat mengerti cara kerja setan dan
iblis.
6.
Mahasiswa
semakin dikuatkan imannya di tengah-tengah dunia ini
7.
Mahasiswa
dapat menerapkan dan mengajarkan Topik-topik di atas dalam pelayanannya.
IV.
POKOK - POKOK
BAHASAN
a.
DOKTRIN ALKITAB.
1.
Alkitab
berasal dari Allah dan Diwahyukan
2.
Inspirasi.
b.
Doktri Tentang
Allah.
1.
Penyataan
Allah
2.
Eksistensi
Allah
3.
Teori Anti
Teistik
4.
Hakekat Allah
5.
Atribut –
Atribut Allah
6.
Nama – Nama
Allah.
7.
Allah
Tritunggal
8.
Ketetapan-Ketetapan
Allah.
c.
Pneumatologi
1.
Personalitas
Roh Kudus
2.
Ke Ilahian
Roh Kudus
3.
Atribut –
Atribut Illahi Roh Kudus
4.
Karya Roh
Kudus
5.
Representasi
Roh Kudus
6.
Pelayanan Roh
Kudus dalam P.L.
7.
Dosa melawan
Roh Kudus
8.
Baptisan
sebagtai Karya Roh Kudus
9.
Penyertaan
Roh Kudus.
10.
Karunia –
Karunia Roh Kudus.
11.
Pemenuhan Roh
Kudus.
d.
Antropologi
dan Hamartiologi
1.
Antropologi
2.
Hamartia
e.
Doktri
Malaikat, Setan dan Iblis.
1.
Malaikat
2.
Setan dan
Iblis.
V.
TUGAS - TUGAS
MAHASISWA
1.
Membaca dan
Menanggapi Tiga buku dari Daftar Kepustakaan
2.
Makalah dan di Presentasikan di kelas.
PENILAIAN
1.
Ujian Tengah
Semester (UTS) = 30 %
2.
Tugas dan
Makalah di Kelas = 40 %
3.
Ujian Akhir
(UAS) = 30 %
KEPUSTAKAAN :
1.
Charles
Ryrie, Teologi Dasar, Andi, Jakarta
2.
C. Marvin
Pate & Sherlt L. Pate, Andi, Jakarta.
3.
Craig A.
Evans, Merekayasa Yesus, Andi, Jakarta.
4.
Chirs
Marantika, Doktrin Keselamatan & Kehiduipan Rohani, Yogyakarta, Iman Pr
5.
Cron C.
Sejarah Dogmatika Kristologi, Yogyakarta, Kanisiou
6.
Henry
Thiesen, Teologi Sistematika, Malang, Gandum Mas.
7.
John F.
Thiesen. Walvoord, Yesus Tuhan Kita, Surabaya, Yakin.
8.
J. Wesley
Brill, Dasar Yang Teguh, Kalam Hidup, Bandung.
9.
Louis
Berkhof, Teologi Sistematika Vol, 1-2, Jakarta LRII
10. Nico Syukur Dister, OMF, Teologi Sistematika,
Yokyakarta, Kanisius
11. Paul Enns, The Moody Handbook of Theology, Malang
Saat
12. Harun Hadiwijono, Iman Kristen, BPK, Jakarta
13. Thomas Hwang, Asal Usul Agama – Agama, AMI, 2013.
14. Karunia- karunia Roh.
D A F T A R I
S I
Pendahuluan hal.
5 – 6
BAB
I. DOKTRIN ALKITAB 6
- 11
Pengertian Alkitab 6
1.
Alkitab Berasal dari Allah,... 6
– 7
2.
Wahyu dari Allah,... 7
3.
Inspirasi Alkitab,... 7
- 8
4.
Ineransi
Alkitab,... 8
5.
Kanonisasi dari Alkitab,... 9
- 11
BAB II.
DOKTRIN ALLAH,.... 11
- 28 1.
Penyataan Allah,... 11
- 12
2 .Eksistensi Allah,... 12
- 13
3 .Teori Anti
Teistik,... 13
- 14
4 . Hakekat Allah,... 14
- 15
5 . Atribut- Atribut Allah,... 15
- 18
6 . Nama –
Nama Allah,... 18
- 19
7 . Allah Tritunggal,... 19
- 26
8
. Ketetapan – Ketetapan Allah,... 26
- 28
BAB III. PNEUMATOLOGI,... 28 – 43
1.
Personalitas Roh Kudus,... 28
- 30
2.
Keillahian Roh Kudus,...
30
3.
Atribut-Atribut Roh Kudus,... 30 – 32
4.
Karya Roh Kudus,... 32 – 33
5.
Representasi Roh Kudus,... 33
– 35
6.
Pelayanan Roh Kudus,... 35
7.
Dosa Melawan Roh Kudus,... 35
8.
Baptisan Roh Kudus,... 35
– 37
9.
Penyertaan Roh Kudus,... 37
– 38
10.
Karunia – Karunia
Roh Kudus,... 38
– 41
11.
Pemenuhan Roh Kudus,... 41
– 43
BAB IV.
ANTROPOLOGI dan HARMATOLOGI ,... 43
– 49
A.
Antropologi,... 43
– 47
B.
Hamartologi,... 47
– 49
BAB
V. DOKTRIN MALAIKAT dan IBLIS/
SETAN,.... 49
– 54
A.
Malaikat,.... 49
– 53
B.
Iblis/ Setan,... 53
- 54.
BAB IV. ANTROPOLOGI dan HAMARTOLOGI ,... 41
– 47
A.
Antropologi,... 41
– 45
B.
Hamartia,... 45
– 47
BAB V.
DOKTRIN MALAIKAT, SETAN/ IBLIS,... 47
– 52
A.
Malaikat,... 47
- 51
B.
Setan/ Iblis,... 51
– 52.
D
o s e n Pengampu,
Pdt.
M.P. Aritonang, M.Th.
TEOLOGI SISTEMATIKA
DOGMATIKA I
Introduksi
Teologi Sistematik
Kata sistematik berasal dari kata Yunani ‘sunistano’ yang artinya “berdiri bersama-sama”
atau ‘untuk mengatur’. Jadi teologi sistematik menekankan pensitematik teologi. Chafer mendefisikan, yang dikutif Oleh Paul Enns memberikan definisi teologi sistematik ; sebagai mengoleksi,
menyusun secara ilmiah, membandingkan, mendemonstrasikan, dan mempertahankan
semua fakta dari sumber mana pun yang berkaitan dengan Allah dan karya-Nya. [1]
Dogmatika kadang-kadang dibingungkan dengan teologi sistematik, sehingga ada
beberapa karya teologi sistematik yang baik diberi judul “teologi Dogmatik”.
Teologi sistematik biasanya dimengerti sebagai studi yang menunjuk pada system
kredo yang dikembangkan oleh suatu denominasi atau gerekan teologi tertentu.
Teologi Sistematika menghubungkan data tentang penyataan Alkitab
secara menyeluruh untuk menunjukkan gambaran total mengenai pernyataan dari
Allah secara sistematis. Teologi sistematika bisa meliputi berbagai latar
belakang historis, apologetik dan pembelaan, serta karya eksegetis. Tetapi, focusnya terletak
pada struktur total tentang doktrin Alkitab.
Pentingnya
Teologi Sistematik:
1.
Sebagai penjelasan tentang
Kekristenan.
Teologi sistematik penting sebagai studi penelitian dan penjelasan,
demikian pula pengorganisasian secara sistematitis dari doktrin-doktrin yang
merupakan dasar dan penting bagi Kekristenan. Sebagai hasil dari
teologi sistematik orang Kristen bisa mendapatkan pengertian yang jelas tentang
kepercayaan dari iman Kristen.
2.
Sebagai Apologetik bagi
Kekristenan
Teologi Sistematik memampukan orang Kristen untuk mempertahankan kepercayaan
mereka secara rasional terhadap lawan-lawan dan orang yang antagonis pada iman
mereka. Dalam zaman globalisasi ini dengan munculnya humanisme, komumisme,
bidat-bidat, dan kepercayaan-kepercayaan dari Timur, teologi sistematik sangat
penting. Melalui teologi ini doktrin iman Kristen disistematiskan harus
diteliti, dijelaskan dan dipersentasikan sebagai suatu pembelaan dari
Kekristenan di sepanjang sejarah.
3.
Sebagai alat untuk mendewasakan
orang Kristen
Teologi sistematik adalah esensi dari kebenaran orang Kristen, ini berarti bahwa
teologi sistematik adalah kebenaran-kebenaran yang esensial bagi kedewasaan orang percaya (2 Tim. 3:16-17).Ada banyak
orang Kristen telah setia menghadiri kebaktian gereja selama berabad-abad,
namun masih memiliki pengertian yang sedikit tentang doktrin mayor dari iman
Kristen.Pada hal pengetahuan doktrin yang benar adalah penting untuk kedewasaan
orang Kristen; lebih dari itu, hal itu untuk melindungi orang percaya dari
kesalahan (lih. 1 Yoh. 4:1; Yud. 4) [2].
SUMBER-SUMBER TEOLOGI SISTEMATIK
a.
Sumber Utama
Kitab Suci
merupakan sumber utama bagi teologi yang mewahyukan tentang Allah dan relasi
manusia dengan Dia. Apabila Allah telah mewahyukan diri-Nya (dan Ia telah
melakukannya), dan apabila penyataan tentang hal itu telah secara akurat
dinyatakan di dalam Alkitab, maka kitab Suci
adalah sumber utama pengetahuan manusia tentang Allah.
Alam semesta juga merupakan sumber
utama dari pengetahuan akan Allah (Maz. 19).
Alamini diwahyukan secara harmonis, adalah saksi yang
terus menerus tentang sifat-sifat Allah, kuasa-Nya yang kekal, dan natur ilahi
(Rom. 1:20).
b.
Sumber-sumber kedua
Pengakuan-pengakuan doctrinal,
seperti misalnya kredo Nicea, pengakuan Westminster, dan pengakuan yang lain,
adalah penting dalam mengerti bagaimana orang Kristen yang lain sepenjang abad
telah mengerti konsep teologis.
Tradisi, meskipun bisa salah, namun
penting untuk dapat memahami afirmasi tentang iman Kristen. Apa yang
individu, gereja-gereja, dan denominasi telah ajarkan merupakan pertimbangan
yang perlu diperhatikan dalam merumuskan pernyataan teologis.
BAB I
DOKTRIN ALKITAB
Pengertian.
Alkitab dari kata Inggris bible, berasal; dari bahasa Yunani
biblion, yang berarti “kitab” atau ‘gulungan’. Nama ini berasal dari biblos, yang menunjuk pada
pohom papirus yang banyak tumbuh di wara-rawa, atau pinggiran sungai sepanjang
sungai Nil. Bentuk jamak biblia digunakan oleh orang Kristen yang berbahasa
latin untuk menunjuk pada semua kitab PL dan PB.
Kata kitab Suci merupakan terjemahan dari kata Yunani graphe,
yang artinya adalah “tulisan”.Di PL tulisan ini diakui memiliki otoritas yang
besar (2 Raj. 14:6; 2 Taw. 23:18; Ezr. 3:3; Neh. 10:34).Dalam PB kata kerja
Yunani grapho digunakan kira-kira 93 kali, untuk menunjuk pada
Alkitab.Sedangkan kata benda graphe digunakan 51 kali dalam PB.Dan hampir
secara eksklusif digunakan untuk kitab suci.Di PB kata itu digunakan untuk menunjukkan yang beragam. “Kitab
Suci” menunjuk pada semua bagian kitab suci secara kolektif (Mat. 21:42; 22:29; 26:54;
Luk. 14:27,32,45; Yoh. 5:39; Rom. 15:4; 2 Pet. 3: 16). Kitab suci berkata,
berarti hampir sama dengan mengutif perkataan Allah (Rom. 4:3; 9:17; 10:11;
Gal. 4:30; 1 Tim. 5:18). Istilah-istilah lain yang dipakai adalah kitab suci (Rom. 1:2) dan “tulisan-tulisan
yang Sakral” dalam bahasa Yunani hiera grammata , (2 Tim. 3:15). Ayat klasik 2 Tim. 3:16 menekankan bahwa tulisan-tulisan
ini bukan merupakan tulisan biasa tetapi pada faktanya “dinafaskan oleh Allah”,
dengan demikian tulisan itu berotoritas dan tanpa salah dalam semua
pengajarannya.
1.
Alkitab berasal dari Allah
Ada banyak bukti yang mengatakan
bahwa Alkitab berasal dari Allah antaara lain; Sebanyak 3800 kali Alkitab
menyatakan “Allah berfirman” atau “Demikianlah Firman Allah” contohnya Kel.
14:1; 20:1; Im.4:1; Bil.4:1; Ul.4:2; 32:48; Yes. 1:10,24; Yer. 1:11; Yezh.1:3
dll). Paulus juga mengakui bahwa hal-hal yang ia tulis merupakan perintah Tuhan
(1 Kor.14:37, dan semua itu diakui juga oleh orang percaya (1 Tes. 2:13).
Petrus memproklamasikan kepastian dari kitab suci dan keharusaan untuk
memperhatikan ketidak berubahan dan kepastian dari Firman Allah (2 Pet. 1:
16-21). Yohanes juga mengakui bahwa pengajarannya berasal dari Allah; apabila
orang menolak ajarannya berarti ia menolak Allah (1 Yoh. 4:6).
2.
Wahyu dari Allah.
Kata Wahyu diambil dari bahasa Yunani ‘apokalupsi’
yang berarti “penyingkapan” atau “dibukakan”. Jadi wahyu menunjukan bahwa Allah
menyingkapkan diri-Nya sendiri kepada umat manusia. Fakta bahwa wahyu Allah
telah ada memungkinkan adanya teologi; apabila Allah tidak pernah mewahyukan diri-Nya,
maka tidak akan pernah ada pernyataan yang akurat dan proposional tentang
Allah. Roma. 16;25 dan Luk. 2:32, mengindikasikan bahwa Allah telah
menyingkapkan diri-Nya dalam Pribadi Yesus Kristus. Wahyu dapat dijelaskan
sebagai “tindakan Allah di mana melaluinya ia menyingkapkan diri-Nya sendiri
atau mengkomunikasikan kebenaran kepada pikiran, di mana hanya melalui hal itu,
mahluk ciptaan-Nya dapat mengenal-Nya.Penekanan yang penting di sini adalah
Allah menyingkapkan kebenaran tentang diri-Nya, di mana kalau tidak dilakukan,
maka manusia tidak dapat mengetahuinya.
Metode Pewahyuan.
Allah menyatakan diri-Nya dengan berbagai macam cara di PL.
Secara
Lisan. Allah berbicara secara
lisan kepada Abraham (Kej. 18:13,17), kepada Musa bahwa orang-orang dapat mendengar
(Kel. 19:9; 20:1) dan kepada Yesaya (Yes. 6:8).
Mimpi. Allah berbicara melalui mimpi kepada Abimelek
(Kej. 20:3), Yakub (Kej. 31: 10-13), kepada Yusuf (Kej. 37:5-9). Nabukadnesar
(1 Taw. 17:15).
Visi. Visi kelihatannya kategori yang lebih tinggi dari
wahyu, diberikan kepada orang yang lebih dewasa kerohaniannya. Nabi seringkali
menerima visi. Salah istilah untuk nabi adalah pelihat. Contoh yang menerima
visi adalah; Abraham (Kej. 15:1), Natan (1 Taw. 17:15), Yehezkiel (Yezh. 1:1),
Daniel (dan. 8:1).
Theofani. Teofani di PL adalah manifestasi dari Allah dalam
bentuk fisik. Theofani berasal dari kata Yun. Theos (Allah) dan phanein
(tampil); jadi suatu theofani adalah penampilan Allah. Adalah suatu kehormatan
dikunjungi oleh Allah. Contoh di PL adalah kepADA Abraham (Kej. 18), kepada
Yosua (Yos. 5:14); kepada Gideon (Hak. 6:22), dan Daniel (dan. 6:22).
3.
Inspirasi Alkitab
Inspirasi dapat didefinisikan sebagai
pimpinan Roh Kudus pada para penulis, sehingga meskipun penulisan dilakukan
sesuai dengan gaya dan kepribadian mereka.Hasilnya adalah Firman Allah yang
tertulis, berotoritas, patut dipercaya, dan bebas dari salah dalam autograt
yang asli. Charles C. Ryrie membuat definisi; “Inspirasi adalah,... pimpinan
Allah atas penulis manusia, di mana melalui penggunaan kepribadian mereka
masing-masing mereka menyusun dan mencatat tanpa salah wahyu Allah pada manusia
dalam kata-kata dari autograt yang asli. Istilah lain yang digunakan diilhamkan artinya, “ si penulis Alkitab itu
digerakkan dan dipimpin oleh Allah sehingga ia dapat menuliskan kebenaran-kebenaran yang mungkin
si penulis itu sudah mengetahuinya lebih dahulu, tetapi mungkin ia belum mengetahuinya”.
Bila dikatakan Alkitab diilhamkan oleh Allah itu berarti Tuhan Allah memimpin
serta menggerakkan pikiran orang-orang yang menulis Alkitab itu, dengan
demikian Alkitab itu adalah suatu Undang-Undang yang tidak mungkin salah dan wajib
dipercayai serta ditaati. Kata diilhamkan dalam bhs Yunani Teopneustos, yang
secara harafiah berarti : dihembuskan, dimasuki angin atau nafas Allah. Maka
ungkapan “tulisan diilhamkan (2 Tim. 3: 16 berarti tulisan yang kedalamnya
dihembuskan atau ditiupkan nafas atau Roh Allah. Diilhamkan artinya: Roh Kudus
telah memimpin dan menggerakkan hati para penulis Alkitab sehingga apa yang
ditulis oleh mereka itu merupakan penyataan dari kehendak dari Allah dan
merupakan Firman Allah.[3]
Ada beberapa unsur penting pada
definisi yang tepat dari inspirasi; (1) Unsur ilahi. Allah Roh Kudus memimpin
para penulis
untuk menjamin keakuratan dari tulisan; (2) unsur manusia. Para penulis manusia
menulis sesuai dengan cara dan kepribadian mereka masing-masing; (3) hasil dari
penulisan ilahi dan manusia ini adalah catatan dari kebenaran Allah yang tanpa
salah; (4) inspirasi meliputi seleksi kata-kata oleh para penulis; (5)
inspirasi berhubungan dengan manuskrip yang asli.
Kata inggris
inspiration dalam penggunaan teologinya berasal dari Alkitab latin Vulgata, di
mana kata kerja inspiro muncul baik di 2 Tim. 3:16, maupun 2 Pet. 1:21. Kata
inspirasi digunakan untuk menerjemahkan theopneustos yang muncul; hanya satu
kali dalam PB, di 2 Tim. 3:16. Theopneustos berarti “Allah bernafas” dan
menekankan pada penghembusan oleh Allah. Jadi inspirasi akan lebih akurat,
karena hal itu menekankan bahwa kitab suci adalah produk dari nafas Allah.
Kitab suci bukan sesuatu yang dinafaskan ke dalam oleh Allah, melainkan kitab
suci telah dinafaskan ke luar oleh Allah. [4]
4.
Ineransi Alkitab.
Serangan-serangan terhadap ketidak
keliruan Alkitab, bukanlah hal baru, dan merupakan sebuah lingkaran perdebatan hingga masa kini. Oleh karena
itu kita perlu membahas ketidak kekeliruan Alkitab. Ada dua golongan;
a.
Kaum
Ineransi, yang berkata tidak ada kesalahan (kekeliruan) dalam Alkitab,
biasanya dari
golongan Injili, yang berkata tidak ada keliruan dalam Alkitab. Ada beberapa teolog memberikan definisi tentang
ineransi antara lain:
E.J. Young memberikan definisi yang pas tentang ineransi “kitab
suci memiliki kualitas bebas dari salah. Dalam semua pengajarannya semua sesuai
dengan sempurna dengan kebenaran. Eyrie memberikan definisi suatu silogisme
secara logis menyimpulkan pengajaran Alkitab dari ineransi “Allah adalah benar
(Rom. 3:4). Kitab suci dinafaskan oleh Allah (2 Tim. 3:16); karena itu, kitab
suci adalah benar (karena berasal dari nafas Allah yang adalah benar). Dalam
mendefinisikan ineransi Alkitab juga penting untuk menyatakan apa yang tidak
dimasudkan oleh ineransi. Ineransi tidak menuntut kekakuan dari gaya bahasa dan
kutipan kata demi kata dari PL. Ineransi Alkitab hanya berarti bahwa Alkitab
menceriterakan keberanan. Kebenaran, dapat dan memang termasuk di dalamnya
perkiraan, kutipan bebas, penampilan bahasa, dan catatan berbeda dari peristiwa
yang sama sepanjang mereka tidak kontradiksi. Pada pertemuan internasional thn.
1978 di Chicago mengeluarkan pernyataan tentang ineransi Kitab suci sepenuhnya
secara verbal diberikan oleh Allah, maka ia tanpa salah atau kesalahan dalam
semua pengajarannya, tidak mengurangi dari apa yang dinyatakan tentang tindakan
Allah dalam penciptaan, tentang peristiwa dari sejarah dunia, tentang asal dari
literaturnya yang berasal dari Allah, dan kesaksiannya tentang anugerah,
keselamatan Allah dari kehidupan individu. Dalam definisi terakhir bahwa
ineransi meliputi manuskrip yang asli. Ineransi berarti bahwa pada waktu semua
fakta diketahui, maka kirab suci dalam tulisan aslinya, apabila
diinterpretasikan dengan benar akan terlihat sepenuhnya benar dalam setiap
pengajarannya; baik pengajaran itu berkaitan dengan doktrin, sejarah, ilmu
pengetahuan, geografi, geologi atau disiplin lain dan pengetahuan lain.
Mengatakan bahwa ada kesalahan di Alkitab berarti mendakwa karakter Allah.
Apabila Alkitab memiliki kesalahan, maka itu berarti mengatakan bahwa Allaah
dapat gagal dan Ia dapat melakukan kesalahan. Berasumsi bahwa Allah dapat
menyatakan Firman yang bertolak belakang dengan fakta, sama dengan berasumsi
bahwa Allah sendiri tidak dapat bekerja tanpa salah. Natur Allah sesungguhnya
yang dipertaruhkan.[5]
b.
Kaum
“errantis” meyakini ada kekeliruan
dalam Alkitab menyangkut historis dan menyangkut ilmiah/sains dalam Alkitab,
tetapi tidak menemukan kekeliruan dalam masalah iman dan praktika. Errantis menyimpulkan
bahwa kesalahan-kesalahan dapat mengajarkan kebenaran. Tidaklah penting untuk
membela keakuratan Alkitab berkaitan dengan rincian menit demi menit dari
kronologi, geografi, sejarah atau kosmologi atau,...menduga keras adanya
kontradiksi. Namun demikian hal-hal kronologi, geografi, sejarah, dan lainnya,
bukanlah tidak penting. Misalnya, kehistorisan dari Adam dan Hawa di Kejadian 1
dan 2, adalah penting karena Paulus mengambil analogi antara Adam dan Kristus
di Rom. 5: 12-21. Apabila Adam tidak historis, maka analogi itu terputus.
Apabila
Alkitab tidak dapat dipercaya dalam hal; kronologi, sejarah dan geropgrafi,
maka Alkitab tidak dapat dipercaya dalam berita tentang keselamatannya. Eransi
meragukan karakter Allah. Sebagaimana telah dicatat, kitab suci adalah hasil
dari nafas Allah (2 Tim. 3:16) dan pimpinan Roh Kudus (2 Pet. 1:21). Apabila
kitab suci berisi kesalahan, maka Allah salah.[6]
Kesimpulan
Ineransi adalah doktrin penting. Apabila
dimengerti dengan benar, itu berarti bahwa Alkitab berbicara secara akurat
dalam semua pernyataannya, baik itu hal teologis, catatan penciptaan, sejarah
geografi atau geologi. Namun demikian, ineransi mengizinkan adanya keragaman
rincian mengenai catatan yang sama. Ineransi tidak menuntut kekakuan dari gaya
bahasa. Dalam kesemuanya, pernyataan Alkitab adalah akurat dan sesuai dengan
kebenaran.
5.
Kanonisasi
Dari Alkitab.
Pertanyaan yang sering ditanyakan, apabila Alkitab benar diinspirasikan
oleh Allah, kitab-kitab mana yang diinspirasikan? Untuk menentukan kitab-kitab
mana yang Allah telah inspirasikan dan mana yang dikenal sebagai berotoritas, muncullah kata
“Kanon”. Arti sebenarnya dari kata Kanon menurut J. Wesley Brill; daftar yaitu ‘daftar kitab-kitab yang
disahkan oleh jemaat yang mula-mula’. Kanon sebuah kitab itu artinya hak kitab
itu untuk dimasukkan di dalam Alkitab. [7]
Kata kanon digunakan untuk menjelaskan kitab-kitab yang diinspirasikan.
Kata itu berasal dari kata Yunani dan bahasa ibrani ‘qaneh’, artinya suatu
“tongkat pengukur”. Jadi istilah kanon dan kanonikal menunjuk pada suatu
standar yang dipakai untuk mengukur
kitab-kitab mana yang ditentukan sebagai yang diinspirasikan atau yang
tidak. Penting untuk dicatat, bahwa konsili agama tidak pernah memiliki kuasa
untuk menyebabkan suatu kitab diinspirasikan, melainkan mereka hanya sekedar
mengenali kitab yang mana yang diinspirasikan oleh Allah pada saat kitab-kitab
itu ditulis. Orang Yahudi dan orang Kristen konservatif sama-sama mengakui tiga
puluh sembilan kitab dari PL sebagai yang diinspirasikan. Protestan evangelikal
mengakui dua puluh tujuh kitab-kitab di PB sebagai yang diinspirasikan. Roma
Katolik memiliki total delapan puluh kitab karena mereka mengakui Apokripa
sebagai semikanonikal.
a.
Kanonisasi
PL.
Teks Masoret
(Ibrani) dari PL membagi ketiga puluh sembilan. Ada bukti tentang cara
bagaimana kitab-kitab PL dikenali sebagai kanonikal. Laird Harris menelusuri
kesinambungan dari pengenalan; Musa dikenali sebagai tulisan yang berada di
bawah otoritas Allah (Kel. 17:14; 34:27; lih. Yoh. 8:31; 23:6). Kriteria untuk
mengenal Pentateukh adalah, apaqkah itu berasal dari hamba Allah, Musa. Setelah
Musa, Allah membangkitkan institusi nubuatan untuk meneruskan penyataan
Diri-Nya pada umat-Nya (lih. Ul. 18: 15-19; Yer. 26: 8-15). Para nabi kepada
siapa Allah berbicara juga mencatat wahyu mereka (lih. Yos. 24:26; 1 sam. 10:25;
Yes. 8:1; Yezh. 43:11). Haris menyimpulkan, “Hukum itu disesuaikan berkaitan
dengan penulisnya, dan ia dikenal sebagai utusan Allah. Demikian pula Nabi setelah
itu diterima berdasarkan keotentikan, dan tulisan mereka diterima dengan cara
yang sama, karena itu diterima sebagai Firman Allah. Sejauh saksi ada dalam
kitab-kitab itu sendiri, maka penerimaan itu dilakukan secara langsung. Ada
tes-tes khusus untuk mempertimbangkan kanonisasi. Apakah kita itu
mengindikasikan penulisan ilahi? Apakah kitab itu mencerminkan Allah berbicara
melalui perantara? (misalnya Kel. 20:1; Yos. 1;1; Yes. 2:1). Apakah penulis
manusianya berperan sebagai jurubicara Allah? Apakah ia seorang nabi atau
apakah ia memiliki karunia bernubuat? Bagaimanakah kitab itu diterima orang
Yahudi?
Ringkasnya, kitab-kitab PL
diinspirasikan oleh Allah dan berotoritas pada saat kitab itu ditulis. Manusia
mengenali tulisan tulisan itu, biasanya secara langsung yaitu pada waktu
orang-orang itu mengenali penulis sebagai jurubicara Allah. Akhirnya terjadi
suatu pengoleksian kitab-kitab itu menjadi suatu kanon. sebagai jurubicara.
b.
Kanonisasi
PB.
Ada beberapa faktor
yang menyebabkan pengakuan dari kanon PB. (1) Tulisan-tulisan palsu dan
serangan-serangan terhadap tulisan-tulisan asli suatu faktor. Contohnya Marcion
menolak PL dan tulisan-tulisan PB selain surat Paulus. (2) Isi tulisan-tulisan
PB menyaksikan keotentikan mereka dan bagaimana mereka secara alamiah
dikumpulkan, dikenali sebagai kanonikal. (3) Tulisan napostolik digunakan dalam
ibadah publik, jadi merupakan suatu keharusan untuk menentukan yang mana dari
tulisan-tulisan itu yang kanonikal. (4) Akhirnya, ketetapan dari Kaisar
Diocletian pada thn 303 AD, menuntut semua kitab harus dibakar, dan berakibat
pada pengeloksian dari PB.
Proses dari pengakuan dan pengoreksian
terjadi pada abad pertama dari gereja Kristen . Paling awal kitab-kitab PB yang
dikenal. Contohnya, Paulus mengenal tulisan Lukas sejajar dengan PL (1 Tim.
5:18 mengutif Ul. 25: 4 dan Luk. 10:7 dan menyebut kedua teks itu sebagai
“Kitab suci mengatakan”. Petrus juga mengakui tulisan Paulus sebagai kitab suci
(2 Pet. 3: 15-16). Surat-surat dibacakan di gereja-gereja dan bahkan
disirkulasikan di antara gereja (lih. Kol. 4”16; 1 Tes. 5:27). Kesaksian yang
lebih penting adalah dari kanon Muratorian (179 AD), yang merupakan kumpulan
dari kitab-kitab yang diakui sebagai kanonikal pada penanggalan yang paling
awal dari gereja. Kanon Muratorian memasukkan semua kitab PB kecuali Ibrani,
Yakobus dan surat Yohanes yang pertama.
Pada
abad keempat ada pengakuan yang menonjol akan kanon PB, pada waktu Athanasius menulis di thn 367 AD, ia
menyatakan bahwa keduapuluh tujuh kitab PB sebagai satu-satunya kumpulan kitab
yang benar. Pada thn 363 AD, Konsili Laodikia menyatakan bahwa hanya PL dan
keduapuluh tujuh kitab PB yang dibaca oleh gereja-gereja. Konsili Hippo (393
AD) mengakui keduapuluh tujuh kitab, dan Konsili dari Carthage (397 AD)
meneguhkan bahwa hanya kitab-kitab kanonikal itulah yang dibaca oleh
gereja-gereja.
Bagaimana gereja mengenali kitab yang
mana yang kanonikal? Ada beberapa ujian tertentu yang diaplikasikan untuk
menjawab pertanyaan itu.
(1)
Apostolisitas.
Apakah penulisnya seorang rasul atau apakah ia mempunyai hubungan dengan
seorang rasul? Misalnya, Markus menulis di bawah otoritas Petrus, dan Lukas di
bawah otoritas Paulus.
(2)
Penerimaan.
Apakah kitab itu diterima oleh sebagian besar gereja? Pengenalan yang diberikan
pada kitab tertentu oleh gereja adalah terpenting. Dengan kanon ini, maka
kitab-kitab yang palsu ditolak (namun demikian terjadi juga penundaan
pengenalan pada beberapa kitab yang sah).
(3)
Isi. Apakah
kitab itu mencerminkan konsistensi dari doktrin yang telah diterima sebagai
pengajaran ortodoksi? “Injil Petrus” yang palsu ditolak oleh karena prinsip
ini.
(4)
Inspirasi.
Apakah kitab itu mencerminkan kualitas inspirasi? Apakrifa dan Pseudepigrafa
(gereja katolik) ditolak sebagai akibat tidak memenugi tes ini. Kitab itu harus
membawa kesaksian dari nilai moral dan spritual yang tinggi yang merupakan
pencerminan dari karya Roh Kudus.[8]
Alkitab, yaitu PL dan PB, adalah dasar kepercayaan
orang kristen. Perjanjian merupakan penggenapan PL, hal ini dapat dilihat dalam
Ibr. 1:2; Gal. 1: 8-9; Why. 22: 18.
BAB
II
DOKTRIN ALLAH
Definisi Teologi Proper.
Kata teologi berasal dari kata Yunani theos,
berarti “Allah”, dan ‘logos’, berarti kata atau
percakapan, oleh karena itu, teologi adalah suatu percakapan tentang Allah.
Teologi memiliki arti luas yaitu meliputi keseluruhan aspek kepercayaan
Kristiani (studi tentang Kristus, Roh Kudus, Malaikat dll). Oleh karena
itu, istilah yang dipakai untuk studi tentang Allah Bapa adalah teologi proper.
1.
PENYATAAN
ALLAH.
Menurut sejarah ada dua dasar agama. Agama dari atas (samawi) dan agama
dari bawah; artinya dari budaya berkembang menjadi agama. Agama dari atas, Allah menyatakan diri-Nya
kepada manusia sehingga manusia mengenal Allah.
Penyataan Allah ada dua yaitu : secara Umum dan Khusus
a.
Secara umum, Ia menyatakan
dirinya melalui:
·
Alam semesta (Maz. 19:2-7). Selain Maz. Ini ada beberapa bagian Alkitab yang
dapat dipelajari tentang penyataan umum, yang isinya isi penyataannya ; (a)
kemuliaan-Nya (Maz. 19:2). (b) Kuasa-Nya yang bekerja menciptakan alam semesta
(ay. 2). (c) Keunggulan-Nya (Rom. 1:20). (d) Keilahian-Nya (ay. 20). (e)
Penentuan-Nya dalam mengendalikan alam semesta (Kis. 14:17). (f) Kebaikan-Nya
(Mat. 5:45). (g) Kecerdasan-Nya (Kis. 17:29). (h) Keberadaan-Nya yang hidup
(ayat. 28).
·
Sejarah, lihat pengakuan
Nabukadnesar, raja Babel dalam (Daniel. 3). Bahwa Tuhan tidak akan membiarkan
kejahatan dan kesewenang-wenangan menguasai kehidupan satu bangsa. Di dalam
setiap peristiwa dalam sejarah bahwa kebenaran dari pada Tuhan akan selalu
tampil sebagai pemenang akhir. Sejarah bangsa-bangsa.
·
Hati nurani (kata hati)
manusia. Rom. 2: 14-15. Taurat tertulis dalam hati nurani manusia. Itulah cara
Tuhan untuk menyatakan kehendak-Nya kepada manusia dan karena itu, manusia
diharapkan tidak menutup suara hati dalam mengambil tindakan maupun keputusan.
Nilai penyataan umum; Allah menyatakan anugerah-Nya. Walaupun manusia yang
pertama telah memberontak, Allah tidak berhenti berkomunikasi dengan umat
manusia, adalah keajaiban, anugerah Allah. Nilai lain, membuktikan keberadaan
Allah sebagaimana tertulus dalam Alkitab, dan menghukum para penolak secara
adil.
b.
Penyataan Khusus Ia menyatakan
diri melalui :
·
Sejarah bangsa Israel.
Sejarah bangsa israel adalah sejarah
tentang pemeliharaan, penyertaan serta penyelamatan yang dilakukan Tuhan Allah.
Israel umat pilihan Tuhan melalui mereka seluruh bangsa diundang ke dalam
persekutuan yang kekal.
·
Alkitab /Firman Allah. Alkitab
adalah Wahyu Allah (2 Tim. 3: 16-17) di tulis dalam 66 buku, dan selang lama
penulisannya beratus-ratus tahun, diberikan dalam berbagai cara dan akhirnya
menjelma dalam Kristus.
·
Yesus Kristus. Pentataan khusus
yang terakhir dari Tuhan Allah, ketika Ia hadir di dalam dunia ini dalam diri
Tuhan Yesus Kristus. Siapa melihat Tuhan Yesus, ia telah melihat Tuhan Allah,
karena sesungguhnya Ia adalah Tuhan yang hadir ditengah-tengah hidup manusia
(Immanuel).
·
Melalui pribadi tertentu; seperti
Paulus.
c.
Tujuan
penyataan Allah. Harum Hadiwijono menulis tujuan penyataan Allah; bukanlah kebahagiaan manusia, melainkan
kemuliaan dan kehormatan Tuhan sendiri. “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia,
dan oleh Dia, dan kepada Dia. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya (Rom.
11: 13). Barang siapa mencari Tuhan Allah, dialah yang berbahagia dan
mendapatkan hidup yang sejati di dalam mencari dan melayani Tuhan. [9]
2 . Eksistensi
Allah.
Pada umumnya semua orang beragama mengakui bahwa
Allah ada, dan setiap orang mempunyai pengertian tentang Allah. Ada beberapa
bukti-bukti :
a.
Bukti Kosmologikal. Istilah
kosmologikal berasal dari kata Yunani ‘cosmos’ artinya dunia. Argumen ini
berdasarkan fakta; dunia, kosmos ini ada karena ada yang menciptakan yaitu
Allah. Argumentasi kosmologis bukti
sebab akibat, mengatakan
setiap akibat harus ada penyebabnya.
b.
Bukti Teleologikal.
Teleologikal bersal dari kata Yunani ‘telos’, artinya tujuan. Argumen ini
dijabarkan demikian, “Keteraturan dan pengaturan yang bermanfaat dalam suatu
system mengimplikasikan akal budi dan tujuan pada hasil dari pengorganisasian
itu. Karakteristik dari alam semesta adalah keteraturan dan pengaturan yang
bermanfaat; oleh karena itu, alam semesta ini memiliki penyebab yang bebas dan
berakal budi. Pemazmur melihat keteraturan alam semesta, dan mengakui bahwa
alam semesta menyaksikan keberadaan-Nya (Maz. 8:4-5; 19: 1-5). Keharmonisan
(keteraturan) ciptaan Allah dapat diamati di seluruh alam semesta dan dunia;
matahari yang tepat berada sejauh Sembilan puluh tiga juta mil untuk iklim yang
seimbang di atas bumi; jarak bulan sejauh dua ratus empat puluh ribu mil
memberikan sinar pada level yang tepat; putaran bumi yang memberikan musim.
Jadi adalah jelas bahwa Allah pencipta langit dan bumi serta isinya, perancang
ahli, telah menciptakan alam semesta yang luar biasa untuk satu tujuan
memuliakan Dia.
c.
Argumentasi Antropologikal.
Kata anthropos dari kata Yunani, artinya ‘manusia’. Humanisme secular melihat
manusia hanya sekedar sebagai keberadaan biologis, maka orang percaya pada
Alkitab, Firman Allah melihat manusia sebagai ciptaan berdasarkan gambar Allah
(Kej. 1: 26-27). Gambar Allah dalam diri manusia adalah spiritual, bukan
fisikal (lih. Ef. 4:24; Kol. 3:10). Manusia bukan hanya sekedar keberadaan yang
memiliki fisik, tetapi juga keberadaan yang bermoral yang memiliki hati nurani,
akal budi, emosi dan kehendak. Chafer mengatakan; Ada gambaran filosofis dan
moral dalam diri manusia yang dapat ditelusuri ke belakang untuk menemukan asal
mulanya dalam Allah. Suatu “kuasa buta” tidak akan pernah dapat menghasilkan
seorang manusia berakal budi, berperasaan, berkehendak, berhatinurani dan
memiliki kepercayaan pada Pencipta.
d.
Argumen Moral. Argumentasi
moral mengakui bahwa manusia memiliki kesadaran akan apa yang benar dan salah,
yaitu suatu kesadaran moralitas. Dari mana kesadaran moralitas itu ?. Rom.
2:14-15, mengindikasikan bahwa non- Yahudi yang tidak memiliki wahyu hukum, mereka memiliki
kesksian moral di dalam dirinya yang ditempatkan oleh Allah.
e.
Argumen Ontologikal. Istilah
ontological berasal dari kata Yunani ontos yang berarti keberadaan atau yang ada.
Argumen ini berdasarkan pada fakta bahwa semua manusia memiliki kesadaran akan
Allah.[10]
3 . TEORI ANTI TEISTIK
1.
Pandangan Ateistik. Orang yang
tidak percaya Allah. Dalam Ef. 2:12, diterjemahkan tanpa Allah, untuk
menjelaskan status orang yang tidak percaya yang tidak diselamatkan. Ateis
dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori (1) ateis praktis yang hidup seakan
tidak ada Allah; (2) ateis dogmatic yang secara terbuka menyangkal Allah; (3)
ateis virtual yang menolak Allah sesuai dengan pemahamannya. Klasifikasi ini
dapat memasukkan mereka yang menyangkal Allah yang adalah pribadi.
2.
Pandangan Agostik. Istilah
agnostik
berasal dari kata Yunani ‘gnosis’, yang berarti pengetahuan, yang disertai kata
depan ‘a’. Seorang gnostik berarti
seorang yang tidak memiliki pengetahuan tentang Allah, adalah seorang yang
mengatakan bahwa kita tidak dapat mengetahui bahwa Allah itu ada. Agnostik
adalah pengikut pragmatisme; kepercayaan mereka dalam sesuatu harus berdasarkan
verifikasi secara ilmiah, dan karena Allah tidak bisa diverifikasi secara ilmiah, maka mereka
mengabaikan Allah dalam diskusi mereka.
3. Evolusi. Evolusi merupakan pendekatan yang anti supranatural terhadap
kehidupan dari asal mula. Hal itu dimulai dengan premis bahwa Allah tidak ada dan lalu
berusaha untuk menjelaskan kehidupan ini terpisah dari keterlibatan Allah.
Implikasinya serius; apabila Allah menciptakan manusia, maka manusia adalah
keberadaan yang memiliki tanggung jawab moral; Apabila manusia adalah hasil
dari evolusi, maka ia hanya biologis dan tidak memiliki tanggung jawab moral
terhadap Allah manapun.
4.
Politeisme. Istilah politeisme berasal dari
kata Yunani ‘poly’, yang artinya banyak. Hal ini berarti kepercayaan kepada
banyak allah atau kepada allah yang jamak. Orang Mesir menyembah banyak allah,
termasuk matahari, sungai Nil, katak, dan bahkan kutu.
5.
Panteisme. Panteisme berarti
bahwa segala sesuatu adalah Allah, dan Allah adalah segala sesuatu “Allah
adalah semua dan semua adalah Allah”. Ada beberapa bentuk berbeda dari
panteisme : (a) panteisme materialistic, yang percaya pada kekekalan dari
materi dan bahwa materi adalah penyebab semua kehidupan (b) hylozoisme, bentuk
modern yang berpegang bahwa semua materi memiliki sebuah prinsip dari kehidupan
atau property fisikal; (c) neutralism, yang mengatakan bahwa hidup adalah
netral, baik pikiran maupun materi; (d) idealism, yang mengusulkan bahwa
realitas terakhir adalah pikiran, baik itu pikiran individu atau pikiran yang
tak terbatas; (e) mystikisme filosofikal, yang adalah monoisme mutlak,
mengajarkan bahwa semua realitas adalah satu unit.
6.
Deisme (Tidak ada hubungan
Allah dan manusia). Penganut deisme percaya bahwa tidak ada Allah yang bersifat
Pribadi kepada siapa manusia dapat berhubungan. Allahyang tidak berpribadi
menciptakan dunia dan setelah itu ia memisahkan diri dari umat manusia dan
meninggalkan manusia dalam dunia yang diciptakan-Nya. Penganut ini hanya
mengakui Allah yang transenden; mereka menyangkal Allah yang imanen. [11]
4 . HAKEKAT ALLAH
1.
Pandangan
menurut Tradisi
Menurut Plato, yang
disebut Tuahan adalah “keberadaan yang illahi” yang bersifat rohani atau akali,
dalam arti : yang keadaannya berlawanan dengan yang bendawi, yaitu keberadaan
yang halus, yang tidak tampak, yang tidak dapat diraba. “Yang ilahi, yang
bersifat roani atau akali lebih tinggi daripada yang bendawi dan mengatasi yang
benmdawi itu. Oleh karena itu yang ilahi ini disebut transenden. Jadi yang
rohani atau akali, yang mengatasi yang berdawi.[12]
Pemahaman
di atas menimbulkan ajaran dua macam pengetahuan tentang Allah. Ada pengetahuan
tentang Allah yang dimiliki oleh Tuhan sendiri, yang tidak dapat diketahui oleh
manusia dan pengetahuan tentang Tuhan Allah yang dimiliki oleh manusia, yang
berdasarkan penyataan atau wahyu Allah.
Ajaran tentang duia macam pengetahuan tentang Tuhan Allah itu juga
terdapat di dalam agama-agama lain;
a.
Agama Hindu
umpamanya mengajarkan tentang Para Brahman dan Apara Brahman, atau tentang
Nirguna-Brahman dan Saguna Brahman. Para- Brahman adalah Brahman yang lebih
tinggi dan Apara-Brahman adalah lebih rendah. Para Brahman tidak dapat dikenal
manusia, sebab bersifat transenden dan mjutlak, tidak dapat ditembus oleh akal
manusia. Apara-Brahman dapat dikenal oleh manusia, sebab keadaanya lebih rndah,
lebih kasdar. Apara-Brahman ini disebut apara-widya, yaitu pengetahuan yang
lebih rendah, yang dapat dimiliki semua orang, dan tidak dapat menyelamatkan.
b.
Agama Islam.
Para ulama Islam berkata; “Billa kaif wa la tasbeh” yang artinya; tanpa
mengatakan bagaimana dan tanpa menmgadakan perbandingan. Orang tidak mungkin
mengatakan apa-apa tentang zat Tuhan Allah. Allah adalah Allah. Berdasarkan
hal-hal tersebut di atas, biasanya orang membedakan antara ajaran tentang zat
atau hakekat Tuhan Allah dan ajaran tentang sifat-sifat Allah. Di dalam agama
Islam pembicaraan mengenai sifat-sifat Allah mempunyai arti yang penting
sekali. Ayat-ayat Al Quran memakai tiga
macam hukum akal :
ü Wajib artinya : adanya (bahwa sesuatu ada)
diteeapkan oleh akal, tetapi tidaknya, tidak diterima oleh akal. Apa yang wajib
adalah apa yang tidak boleh tidak pasti ada
ü Mustahil yang artinya: tidaknya (bahwa sesuatu
tidak ada) ditetapkan oleh akal, sedang adanya (bahwa sesuatu ada) tidak
diterima oleh akal. Jadi akal menetapkan: boleh jadi. Mustahil adalah apa yang
tidak boleh jadi.
ü Jaiz, artinya, adanya atau tidak adanya diterima oleh
akal sebagai sama saja. Jadi akal menetakan; boleh jadi. Jaiz adalah yang sama
saja nilainya bagi akal.
Berdasarkan hukum akal yang demikian itu orang
menetapkan sifat-sifat Allah, dengan berdalil: Jika akal kita memikirkan segala
yang hidup, yang keadaaqnnya adalah; dilahirkan, berkembang dan mati, akal itu
sampai kepada kesimpulan, bahwa mustahil seanmdainya semuanya itu sejak semula
terjadi dengan senmdirinya. Jika demikian pasti ada sesuatu yang menjadikan
semuanya itu. Yang semula tiada, dijadikan ada. Jadi pasti ada sesuatu yang
wajib ada. Ada yang wajib ini disebut; wajib al wujud yang menjadikan segala
sesuatu pada mula pertama, inilah Allah. Demikianlah sifat pertama dari Allah
adalah wujud.[13]
2.
Pandangan
Alkitab dibahas berikutnya.
5 . ATRIBUT-ATRIBUT
ALLAH
Atribut-atribut Allah dapat
didefinisikan sebagai “yang membedakan karakteristik natur Ilahi yang tidak
terpisahkan dari ide tentang Allah, dan yang menjadi dasar dari berbagai
manisfestasi-Nya kepada ciptaan-Nya. Atribut Allah diklasifikasikan di bawah dua
kategori; Absolut dan relative, dapat dikomunikasikan dan tidak dapat
dikomunikasikan (intransitive dan transitif), atau moral dan non moral.
1.
Atribut Absolut
ü Spritual. Allah adalah Roh yang tidak memiliki bentuk fisik (Yoh. 4:24).
Tubuh dibatasi
oleh ruang, tetapi Allah sebagai Roh mahahadir; Dia tidak dapat dibatasi.
Meskipun Allah tidak memiliki tubuh, Ia bersubstansi tetapi bukan materi.
Spritualitas memiliki arti yang lebih luas dari sekedar mengidentifikasikan
bahwa Allah tidak memiliki sutu tubuh. KalauAllah digambarkan memiliki fisik
atau digambarkan secara fisik (lih. Kej. 3:8; 1 Raj. 8:29; Maz. 34: 17; Yes.
65: 2). Hal itu merupakan antropomorfisme (bahasa figurative di mana Allah diberi
karakteristik manusia, dan digunakan dengan tujuan supaya Dia dapat dipahami).
ü Ada secara mandiri. Kemandirian Allah berarti “Ia memiliki dasar
dari keberdaan-Nya pada diri-Nya sendiri,.. Allah mandiri dalam
keberadaan-Nya,… Ia juga mandiri dalam segala hal lainnya; dalam kebajikan-Nya,
ketetapan-Nya, karya-Nya dan ,… akibatnya segala sesutu tergantung kepada Dia. Di Kel. 3: 14 “AKU ADALAH AKU’. Kata adalah
menekankan Ia memiliki keberlangsungan keberadaan-Nya dalam diri-Nya sendiri.
Di Yoh. 5:26,
lebih lanjut menekankan bahwa Allah Bapa memiliki kehidupan pada diri-Nya
sendiri.
ü Tidak berubah. Adalah kesempurnaan dari Allah di mana ia terhindar
dari segala perubahan, bukan hanya keberadaan-Nya, namun juga kesempurnaan-Nya
dan dalam segala tujuan dan janji-janji-Nya. Mal. 3: 6 “Aku Tuhan, tidak
berubah”. Semua berubah, tetapi Allah tidak berubah; maka kasih-Nya dan
Janji-Janji-Nya tetap selama-lamanya.
ü Kesatuan. Ada dua pikiran yang terekspresi dalam kesatuan Allah ;
(1) hal ini menekankan bahwa Allah adalah satu dalam jumlah. Kepercayan inilah
yang memisahkan Israel dari bangsa-bangsa lain yang politeistik. Dalam Ul. 6: 4
Shema Israel “Dengarlah, hai orang isrel ; Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu
Esa”. Pernyatan ini merupakan suatu deklarsi akan monoteisme, dan meneguhkan bahwa Allah adalah Esa
dalam eksistenmsi-Nya dan tidak dapat dibagi. Hal ini juga ditekankan dalam 1
Tim. 2:5 dan 1 Kor. 8:6. (2) Kesatuan Allah menekankan bahwa Allah bukan
merupakan suatu komposisi dan tidak dapat dibagi menjadi bagian-bagian.
ü Kebenaran. Kebenaran artinya fakta-fakta yang selaras dengan
realitas; Kebenaran mengindentifikasi hal-hal sebagaimana adanya. Kalau
dikaitkan dengan Allah, kebenaran adalah “kesempurnaan dari keberadaan-Nya
memberikan jawaban yang sepenuhnya tentang ide Allah Tritunggal, di mana wahyu-Nya
dapat dipercaya secara sempurna, dan melihat hal-hal sebagaimana adanya; (1))
hal itu berarti Allah yang benar yang dibedakan dengan semua yang lain, tidak
ada yang seperti Dia (Yes. 44: 8-10; 45:5); (2) Ia adalah benar, yang berarti
semua firman dan Wahyu-Nya dapat dipercaya (Bil 23: 19; Rom. 3: 3-4; Yoh. 14: 1,2,6; Ibr.
6:18). Ia dapat dipercaya; (3) Ia mengetahui hal-hal sebagaimana adanya. Allah adalah yang benar dalam pengertian yang
komprehensif; “Ia adalah sumber dari semua kebenaran, bukan hanya dalam
lingkungan moral dan agama, tetapi juga dalam setiap bidang ilmu pengetahuan.
ü Kasih. 1 Yoh. 4:8 mengindikasikan “Allah adalah Kasih”, sedangkan di
ayat 10
menjelaskan bagaimana kasih itu ditujukkan; Inilah kasih itu; Bukan kita yang
telah mengasihi Allah, tetapi Allkah telah mengasihi kita dan yang telah
mengutus anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita” Jadi kasih Allah
dapat dijabarkan sebagai kesempurnaan dari natur ilahi yang mana darinya Allah
bergerak secara kekal untuk mengkomunikasikan diri-Nya. Kata agape menunjuk
pada kasih yang berdasarkan penalaran, daripada kasih yang berdasarkan pada
emosi (namun tidak menghilangkan emosi), seseorang yang mengasihi obyek tanpa syarat apakah obyek itu
layak untuk dikasihi dan bahkan walaupun kasih itu tidak akan dibalas.
ü Kekudusan. Arti kekudusan adalah dipisahkan atau keterpisahan (Ibr. Qadosh;
Yun. Hagiazo). Beberapa hal yang menyangkut kekudusan Allah. Hal itu menekankan
ketransendenan, menunjukkan “Ia secara mutlak berbeda dari semua mahluk
ciptaan-Nya dan Ia ditinggikan melebihi mereka dalam kemuliaan yang tidak
terbatas. (Kel. 15:11; Yes. 57:15 – kekudusan Allah tidak ada bandingannya).
Hal ini memiliki penekanan etis, mengindikasikan “Ia terpisah dari moral yang
jahat dan dosa. Kekudusan menunjuk pada kemurnian kemuliaan Allah atau
kemuliaan etis. Im. 11:44-45 “Kuduslah kamu, karena Aku Kudus”. Oleh karena
Allah secara moral suci, Ia tidak dapat menyetujui yang jahat atau memiliki
relasi dengan yang jahat (Maz. 11:5-7). Dalam kekudusan-Nya, Allah adalah
standar moral dan etika; Ia adalah hukum itu,Ia yang memberikan standar itu.
2.
ATRIBUT RELATIF.
Atribut diberi relative karena mereka
berkaitan dengan ruang dan waktu.
v Kekekalan. Kekekalan biasanya dimengerti berkaitan dengan waktu. Dari definisinya berarti
bahwa Allah tidak dibatasi dan diikat oleh waktu; bagi Allah tidak ada urutan
peristiwa; Ia melampaui semua batasan kesementaraan. Kekekalan Allah dieksperesikan
dalam Maz.
90:2, “dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah”. Kekekalan
Allah meliputi ke belakang sampai kekekalan danke depan sampai kekekalan.
Kekekalan Allah juga berkaitan dengan kekekalan pemerintahan-Nya dalan
kerajaan-Nya yang universal (Maz. 102;13). Kekekalan itu juga berkaitan dengan
nama-Nya. Dalam Kel. 3:14 Allah memberitahukan nama-Nya kepada Musa bahwa
nama-Nya adalah “Aku adalah Aku. Kalau
ini dihubungkan dengan nama-Nya dan dengan tense waktu sekarang dari kata kerja
Ibrani ;hayah’ yang artinya “yang ada”. Jadi nama-Nya mencerminkan kekekalan,
di mana Ia ada dan terus menerus ada.
v Ketidakterbatasan. Ketidakterbatasan dapat dijabarkan sebagai
kesempurnaan dari keberadaan yang ilahi di mana Ia transenden atas semua
batasan ruang, dan tetap hadir dalam setiap titik ruang dalam seluruh
keberadan-nya. 1 Raj. 8:27 menekankan kebenaran ini (lih. Yes. 66:1; Yer.
23:23,24; Kis. 7:48-49). Raja Salomo mendeklaraskan “Sesungguhnya langit, bahkan langit yang
mengatasi segala langitpun tidak dapat memuat Engkau”. Dalam keseluruhan
Keberadaan-Nya tidak dibatasi atau tidak dilokasikan, Ia memenuhi semua tempat
“Ia tidak tinggal di atas bumi sebagaimana Ia tinggal di surga.
v Mahahadir (omnipresence). Kata depan maha (omni) berasal dari kata
latin omnis, yang berarti ‘semua’. Mahahadir berarti Allah hadir di semua tempat.
Lebih specific lagi, mahahadir dapat dijabarkan sebagai “Allah, dalam totalitas esensi-Nya,
tanpa pembauran atau pengembangan, penambahan atau pemisahan, mempenetrasi dan
memenuhi alam semesta dalam semua bagiannya. Maz. 139:7-12 menjelaskan
kemahahadiran Allah.
v Mahatahu (Omniscience). Kata Inggris omniscience berasal dari kata
latin omnis dan scientia, artinya pengetahuan; Jadi kata itu berarti bahwa
Allah memiliki semua pengetahuan. Definisi yang lebih komprehensif akan
menyatakan bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang actual dan yang mungkin,
Baik yang lalu, sekarang dan akan datang dalam satu tindakan yang kekal. Ada beberapa
hal tentang Kemahatahuan Allah : (a) Allah mengetahui segala sesuatu yang adasecara actual (Maz. 139:
1-6; 147:4; Mat. 6:8; 10:28-30). Pemazmur menyadari kemahatahuan Allah atas setiap hal, mengetahuan
tindakannya, pikirannya, perkataannya sebelum ia mengatakannya, dan seluruh
kehidupannya (Maz. 139: 1-4). (b) Allah mengetahui semua variable berkaitan dengan sesuatu yang
belum terjadi. Yesus tahu apa yang akan dilakukan oleh Tirus dan Sidon apabila
Injil diberitahukan kepada mereka (Mat. 11:21). (c) Allah mengetahui semua peristiwa di masa
akan datang.
Karena Allah adalah kekal dan mengetahui segala sesuatu dalam satu tindakan
yang kekal,
peristiwa-peristiwa yang merupakan akan datang bagi manusia adalah “kekal sekarang” bagi
Allah. Ia juga mengetahui
peristiwa-peristiwa yang akan menimpa atas bumi (Mat. 24:25; Why. 6-9). (d) Pengetahuan Allah adalah intuitif.
Hal itu terjadi seketika, bukan melalui pancaindera; hal itu simulan, bukan
didapat melalui pengamatan atau penalaran; hal itu actual, lengkap, utuh dan berdasarkan realitas.
v Kemahakuasaan (Omnipotence). Istilah omnipotence menunjukkan bahwa
Allah adalah mahakuasa. Allah yang mahakuasa dapat melakukan apa saja yang
dikehendaki-Nya. Namun oleh karena kehendak-Nya dibatasi oleh natur-Nya, maka
yang dilakukan segala sesuatu yang selaras dengan kesempurnaan-Nya. Nama yang
mahakuasa dapat juga berarti “yang kuat” (lih. Kej. 17:1; 28:3; Yes. 13:6;
Yezh. 1:24; Yl. 1:15). Kemahakuasaan-Nya itu memungkinkan segala sesuatu. Ia
yang telah membentuk anak yang belum lahir (Maz. 139: 16-19), dan menciptakan langit
(Yer. 32:17).
Ia dapat melakukansesuatu; tidak ada yang
terlalu sukar bagi Dia. Doktrin kemahakuasaan Allah menjadi penghiburan yang besar bagi orang percaya
(Kej. 18:14; 1 Pet. 1:5).
Ada tiga Atribut-atribut relative
Allah yang berkaitan dengan moralitas:
1.
Kebenaran. Berbicara tentang
Allah sebagai kebenaran, di mana Firman-Nya, Wahyu dan janji-janji-Nya dapat
dipercaya sepenuhnya : (a) kebenaran dalam pribadinya; (b) Allah adalah kebenaran dalam wahyu-Nya (Maz.
110:5; 1 Pet. 1:25; Mat. 5:18). Hal itu berarti bahwa Ia benar dalam wahyu-Nya
kepada manusia. Ia dapat dipercaya. Allah adalah benar dalam pengertian Ia
tidak akan membatalkan janji-Nya (Rom. 3: 3-4).
2.
Kemurahan. Kemurahan adalah “kebaikan atau kasih
Allah yang diperlihatkan pada mereka yang ada dalam keadaan tertekan, putus
asa, terlepas dari ketidak setiaan mereka. Kata Ibrani ‘chesed’ menekankan
pertolongan atau kebaikan sebagai kemurahan dari yang lebih tinggi”. Hal itu
menekankan kesetiaan Allah di samping ketidak setiaan manusia dankarena itu
menekankan belas kasihan, simpati, dan kasih. Kata Yunani eleos juga melibatkan
ide belas kasihan dan simpati dan dapat diterjemahkan ‘belas kasihan’ dalam
pengertian yang umum. Kemurahan Allah diberikan baik pada kebutuhan sementara
umat manusia (Rut. 1:8; Ibr. 4:16) dan keselamatan kekal manusia (Rom. 9:23; Ef. 2:4; Tit. 3:5;
1 Pet. 1:3; Yes. 55:7). Kemurahn Allah bukan berdasarkan kewajiban dan
diberikan sesuai dengan pilihan kedaulatan-Nya (Rom. 9:15-16,18).
3.
Anugerah. Anugerah dapat
dijabarkan sebagai kebaikan yang tidak layak diterima atau tanpa pamrih dari
Allah kepada mereka yang berada dibawah murka. Kata chesed dalam PL, menunjuk
pada pembebasan dari musuh, malapetaka atau kemalangan (Maz. 6:5; 31:9,16; 57:4; 69:14-17).;
memampukan (Maz. 85:8); bimbingan tiap hari (Maz. 143:8); pengampunan (Bil.
14:19; Maz. 51:3); dan pemeliharaan (Maz. 23:6; 33:18; 42:9; 94:18; 119:75,76).
Dalam PB “charis” berfocus pada penyediaan keselamatan di dalam Kristus.
Anugerah direfleksikan dalam penyediaan keselamatan oleh Allah (Rom. 3:24; Ef.
1:7; 2:8); Kristus memberikan anugerah dan kebenaran (Yoh. 1:18; Rom. 1:5);
Anugerah Kristus memampukan orang percaya untuk mendapatkan posisi dihadapan
Allah (Rom. 5:2); Kristus memberi hidup bukan kematian melalui anugerah (Rom. 5:17)); Anugerah
Kristus melampaui dosa Adam (Rom. 5:15,20); Anugerah Krisrus memberikan karunia
rohani pada semua orang percaya (Rom. 12:6; Ef. 4:7); Semua orang diterima
Kristus melalui anugerah (Ef. 3:2).
4.
Keadilan. Keadilan
kadang-kadang diartikan bersamaan dengan pembenaran dari Allah. Keadilan Allah
berarti bahwa Allah secara keseluruhan benar dan adil dalam semua urusan-Nya
dengan umat manusia; lebih dari itu, tindakan keadilan ini sesuai dengan hukum-Nya. Oleh karena itu,
keadilan Allah berhubungan dengan dosa manusia. Karena hukum Allah merefleksikan
standar Allah, maka Allah adalah benar dan adil pada waktu Ia menghakimi manusia pada waktu
mereka melanggar hukum Allah yang diwahyukan.
Keadilan Allah dibagi dalam beberapa kategori : (a) Keadilan rektoral
Allah, yaitu pengakuan Allah sebagai penguasa moral yang menerapkan hukum moralnya di dunia
ini, dan berjanji akan memberikan upah bagi yang taat dan penghukuman bagi yang
tidak taat (Maz. 99:4; Rom. 1:32). (b) Keadilan distributive Allah yang
berhubungan dengan penerapan hukum baik dalam arti upah maupun hukuman (Yes. 3:10,11; Rom. 2:6; 1
Pet. 1:17). Keadilan distributive adalah positif dan negative. Segi positifnya
dalam arti keadilan remunerative (suatu refleki dari kasih Ilahi), yang memberi upah kepada yang taat
(Ul. 7:9; Maz. 58:12; Rom. 2:7). Segi negative dalam arti keadilan retributive,
suatu eksperesi dari murka Ilahi di mana Allah menghukum orang yang jahat (Kej. 2:17; Ul. 27:26;
Gal. 3:10; Rom. 6:23).
6
.NAMA – NAMA ALLAH
a.
Elohim. Elohim adalah bentuk jamak ibrani yang digunakan lebih dari 2000
kali di PL dan biasanya
diartikan sebagai suatu ‘kejamakan dari kemuliaan’ dari nama umum untuk Allah.
Nama itu berasal dari singkatan, El, yang kemungkinan besar memiliki akar kata yang berarti
‘menjadi kuat’ (lih. Kej. 17:1; 28:3; 35:11; Yos. 3:10) atau ‘menjadi yang utama’.
Elohim menekankan
ketransendenan Allah; Ia melampaui semua yang lain yang dipanggil Allah. Kata
El juga menarik garis perbedaan antara Allah dengan manusia sehingga El
menunjuk pada “kuasa dan kekuatan Allah dan ketidakberdayaan musuh manusia”
(lih. Hos. 11:9).
b.
Adonai. Kata Adonai (ibr, adhon atau adhonay) akar katanya berarti “Tuhan
atau Tuan”, dalam bhs. Inggiris ‘Lord’. Adonai muncul 440 kali di PL dan 315 kali dalam
kaitan dengan Yahweh. Adonai menekankan hubungan pelayan dan tuan (lih. Kej.
24:9) dan jadi mengusulkan otoritas Allah sebagai Tuan, Ia yang berdaulat dalam
pemerintahan-Nya dan memiliki otoritas yang mutlak (lih. Maz. 8:2; Hos. 12:14).
Adonai kemungkinan besar dimengerti dalam arti ‘Tuan’ atas segala sesuatu atau Tuhan atas segala
tuhan” (lih. Ul. 10:17; Yos. 3:11). Adonai dapat juga diartikan sebagai kata
ganti pemilikan yang berarti “Tuhanku”.
c.
Yahweh. Nama Yahweh menerjemahkan kata ibrani ‘tetragammaton’ (ekspresi
empat huruf) YHWH. Karena bahasa ibrani dulunya tanpa huruf hidup, maka tidak pasti bagaimana
huruf itu harus diucapkan. Dalam Alkitab bahasa Inggris menerjemahkan ‘Jehovah’, dan dalam
terjemahan modern kebanyakan menunjuk pada Tuhan (untuk membedakan dengan
adonai, Tuhan). Orang Yahudi mengucapkan Adonai karena menghormati kesakralan dari nama
kovenan itu. Dalam PL kata ini digunakan 6828 kali, berhubungan dengan kata
kerja “yang ada” – bandingkan Kel. 3:14-15 “Aku adalah Aku” yang dalam
pernyataan-Nya mengklaim kesetaraan dengan Yahweh. Dengan nama Yahweh, Allah
mengindentifikasikan diri-Nya dalam relasi pribadi-Nya dengan umat-Nya Israel,
dan berdasarkan nama ini Allah membawa orang Israel keluar dari Mesir, membebaskan
mereka dari perbudakan, dan menebus mereka (Kel. 6:6; 20:2). Nama Elohim dan
Adonai ditujukan untuk diketahui oleh budaya yang lain, sedangkan wahyu tentang
Yahweh unik hanya bagi Israel.
d.
Nama Gabungan. Ada beberapa bentuk gabungan dari nama Allah yang berkaitan dengan
nama Elohim dan Yahweh :
a.
El Shadai. Diterjemahkan’ Allah
Mahakuasa”, kemungkinan besar nama ini berhubungan dengan kata gunung dan
menunjukkan kuasa atau kekuatan Allah.
b.
El Elyon. Diterjemahkan “Allah
Mahatinggi”. Nama itu menekankan supremasi dari Allah. Ia di atas segala yang
dinamakan allah (Kej. 14: 18-22). Melkisedek mengakui Dia sebagai “Allah yang
mahatinggi” dalam arti Ia pemilik langit dan bumi.
c.
El Olam. Diterjemahkan “Allah
yang kekal”, nama itu menekankan ketidak berubahan karakter dari Allah ((Kej. 12:33; Yes. 40:28).
Nama-nama lain. Ada nama gabungan
lain yang kadang-kadang disebut sebagai nama Allah, tetapi nama-nama itu dan Baru tampak dalam an menyebut Allah, Yesus sekedar deskripsi tentang
Allah : Yahweh – Jireh “Tuhan akan menyediakan” (Kej. 22:13); Yahweh – Nissi
“Tuhan Perisaiku” (Kel. 17:15); Yahweh – Shalom, “Tuhan adalah damai” (Hak.
6:24); Yehwah – Sabbaoth, “Tuhan segala Tuan” (1 Sam. 1:3); Yahweh Maccaddeshcem, “Tuhan Pengudus-Mu”
(Kel. 31:13); Yahweh – Tsidkenu, “Tuhan Kebenaran kita” (Yer. 23: 6).
e.
Allah adalah
satu Pribadi yang Hidup.
Di dalam Yer. 10: 3-9 dan ayat 10-16. Dikemukakan
bahwa Allah tidak sama dengan berhala-berhala, yang sebenarnya adalah
benda-benda mati, bukan satu pribadi. Berhala tidak dapat berbicara, tidak
dapat berjalan, akan tetapi Allah lebih berbudi daripada semua orang yang
berbudi dan Ia adalah Tuhan yang hidup, Raja yang kekal, satu pribadi yang bisa
marah. Allah adalah Allah yang hidup,
Ia dapat mendengar, melihat, berperasaan, berkehendak, bekerja, dan Ia adalah
satu pribadi yang hidup.
“Aku
ada” membuktikan bahwa Allah berwujud dan Allaqhh ada pada segala tempat (Kel.
3: 14). Allah tidak dapat dibatasi. Hanya ada satu pribadi yang benar, yang
sempurna dan yaqng tidak dapat dibatasi, yaitu Allah (lih. Maz. 145:3; Ayb. 11:
7-9; Yes. 66: 1; 1 Raj. 8: 27; Rom. 11:33). Dalam Kel. 3: 14 Tuhan berfirman
“Aku adalah Aku”. Maksud dari perkataan itu klhususnya menunjukkan bahw Allah
adalah satu pribadi yang artinya “Aku tidak berubah dari dulu, sekarang dan
akan datang”, dan ini sesuai dengan; “Alfa danOmega”. Sebutan bagi Allah yang ditulis dalam Alkitab
menmyatakan bahwa Ia adalah satu pribadi.
Yehova
Jireh : Tuhan
yang mengadakannya atau yang mencukupkan (Kej. 22:14)
Yehova Rafa : Tuhan Tabibmu (Kel. 15: 26)
Yehova
Nisssi : Tuhan
panji-panjiku (Kel. 17: 15)
Yehova
Syalom :
Tuhan pohon selamatku (Hak. 6: 24)
Yehova Raah : Tuhan gembalaku (Maz. 23:
1)
Yehova Tsidkenu :
Tuhan kebenaran kami (Yer. 23: 6)
Yehova
Syemmah : Tuhan ada di
sana (Menyertai) (Yuer. 48: 35). [14]
F . ALLAH TRITUNGGAL
Pada awalnya
sejarah gereja diperhadapkan dengan persoalan- persoalan sebagai berikut :
a.
Pengakuan
yang diambil-alih dari ajaran Yahudi, yaitu bahwa Tuhan Allah adalah esa.
b.
Pengakuan bahwa Kristus adalah Tuhan.
Oleh karena itu segeralah timbul persoalan, apakah
dengan demikian orang kristen tidak kristen tidak menyembah lebih dari satu?.
Tritunggal adalah sebuah doktrin yang fundamental dan sentral bagi iman
Kristen, miskipun kalimat itu sendiri tidak ditemukan di kitab suci, secara
gamblang di kitab suci. Begitu pula kata-kata ; Tritunggal, pribadi, atau
intisari (esensi). Namun ada sejumlah ayat Akitab yang menyebut Allah, Yesus
dan Roh Kudus, namunsekalilagi tidak ada
ayat yang secara eksplisit menyebutkan bahwa ketiga pribdi itu adalah
Allah Tritunggal, tetapi secara “tersirat”.Kalau begitu, atas dasar apa gereja
dari segala aliran mengaku bahwa Allah itu Tritunggal? Bagaimana hal itu bisa
terjadi? Soratan paling awal terdapat dalam penciptaan, yaitu tentang adanya
“Roh Allah” (Kej. 1:2) dan penciptaan terjadi melaluFirman (Kej. 1:3). Bentuk
jamak dalam kalimat “Baiklah kita menjadikan,...(Kej. 1:26).
Dalam PL, bahwa Tuhan Allah menyatakan atau memperkenalkan diri sebagaqi
Bapa antara laqin di Ul. 32: 26,.... Musa mengingatkan bangsa Israel, bahwa
Tuhan Allah adalah bapanya. Di Yes. 63: 16, ungkapan bapa dihubungkan dengan
penebus, dan di Mal. 2: 10 disebut bahwa Tuhan Allah adalah bapa Israel, sebab
Tuhan itulah yang menciptakan israel (lih. Ul. 8:5; Hos. 11: 1; Maz. 103: 13.
Israel dipandang sebagai Anak Allah (lih.
Kel. 22, 23, kepada Salomo menjadi anak Aallah ( 2 Sam. 7: 14) itulah sebabnya
Maz. 2: 7-8, menyebutkan, bahwa raja yang akan datang disebut Anak Allah (Kej.
6:2; Ayb. 1:6; 2: 1; 33: 7). Jadi ungkapan “Anak Allah” di dalam PL dipergunakan
dalam tiga cara , yaitu ; bagi keseluruhan umat Israel, bagi para raja sebagai
wakil rakyat dan bagi para Malaekat.
Selanjutnya di dalam PL Tuhan Allah sebagai sekutu Israel juga menyatakan
diri-Nya sebagai Roh. Roh dalam bhs Ibrani Ruakh adalah nafas, angin. Di dalam
Maz. 33:6, diartikan nafas dari mulut Allah, di dalam Yer. 10: 14 diterjemahkan
dengan nyawa. Kata Ruakh dikenakan hanya kepada Allah sendiri, maka Roh
dipandang sebagai kekuatan atau kuasa yang menjadi alat Tuhan bekerja (lih.
Yezh. 37: 9-10). Di dalam terang inilah disebutkan, bahwa keselamatan Israel
terjadi oleh karena Roh Allah, yang akan memberikan hati yang baru kepada umat
Allah, yang akan mengubah hati yang keras menjadi hati yang taat (Yezh. 36:
26), dan menjadikan Israel menjadi umat Allah (Yezh. 36: 28).
Oleh karena sifat Roh yang demikian itulah maka ada hubungan yang erat
sekali antara Firman dan Roh Allah. Bahwa dapat dikatakan, bahwa Roh Allah
adalah sinonim dari Firman Allah. Di Maz. 33: 6 disebut; “Oleh Firman Tuhan
langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya (Roh-Nya) segala tentaranya”.
Demikianlah Roh Allah bagi Israel adalah kuasa Allah, yang menjadikan segala
sesuatu. Hal yang demikian memang dialami oleh Israel di dalam sejarah
hidupnya, seperti yang dikemukakan di atas.
Kesimpulan tentang penggunaan ungkapan Bapa, Anak dan Roh di dalam PL
adalah sebagai berikut:
1.
Bapa adalah
Tuhan Allah yang di dalam firman dan karya-Nya menyatakan atau memperkenalkan
diri-Nya sebagai sekutu Israel. Tuhan Allah disebut bapa, sebab Dialah yang
menciptakan Israel, yang menyebabkan Israel hidup sebagai bangsa yang bebas dan
merdeka (Ul. 32: 6; Yes. 64: 8). Dengan nama Bapa ini Tuhan Allah menyatakan
atau memberitahukan kepada Israel, bahwa Ia adalah Penciptanya, Penyelamatnya
dan Pembebasnya.
2.
Sebutan Anak
dikenakan kepada Israel sebagai sekutu Allah untuk menunjukkan, bahwa Israel
harus mentaati Tuhan Allahnya, sebagaimana anak mentaati bapanya. Sebagai anak
Israel harus mempersembahkan seluruh hidupnya bagi kemuliaan Tuhan Allah,
bapanya.
3.
Roh Allah
adalah nafas Allah, atau asas hidup ilahi yang dinyatakan di dalam karya-Nya
yang dinamis. Roh inilah daya penciptaan Tuhan Allah yang menampakkan diri sebagai daya hidup dari Firman Tuhan yang
menciptakan (Maz. 33: 6).[15]
Dalam
Perjanjanjian Baru tampak dalam penjelasan Yesus bahwa Ia bukan bertindak
sendiri. Sabdanya “Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari
diri-Ku sendiri, tetapi Bapa yang,...(Yoh. 14:10). Kepada pendengar yang sama ,
Yesus melanjutkan tentang adanya Roh yang keluar dari Bapa, tetapi yang diutus
oleh Yesus, “jakalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh
kebenaran yang keluar dari bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku” (Yoh. 15:26). Soratan
itu kemudian menjadi lebih konkret dalam liturgi yang berasal dari ucapan Yesus
yang bernada Trinitarian, “Baptislah mereka dalam Nama Bapa, Anak dan Roh
Kudus” (Mat. 28:19).
Selain ayat-ayat dan penjelasan di atas, di dalam PB tentang Bapa. Dalam
Doa bapa kami, yang memerintahkan kepada
orang beriman supaya menyebut Tuhan Allah dengan “Bapa kami yang di sorga” (Mat.
6:9). Hal ini sebenarnya mewujudkan alat penyatan atau alat perkenalan Tuhan
Allah yang benar. Setiap kali sebutan Bapa dipergunakan, tentu menunjuk kepada
kasih Tuhan terhadap umatnya, dan sebaliknya juga menuntut kasih dari umatnya.
Hal ini tampak di mat. 6: 26 dst, yang memerintahkan kepada para orang beriman
supaya memandang kepada burung-burung di langit dan bunga bakung di ladang,
yang dipelihara oleh Tuhan Allah, bapa-Nya dengan sempurna. Dari uraian di atas,
pengertian Bapa, jika dikenakan kepada Tuhan Allah, dikenakan dalam arti
dinamis yang menunjukkan kepada Allah
yang aktif dalam Firman dan karya-Nya bagi keselamatan anak-anak yang
dikasihi-Nya.
Pengertian Anak Allah di dalam PB. Juga memiliki arti yang dalam. Manjadi
anak Allah di dalam PB, adalah hak utama dari umat Allah sebagai kesatuan,
bukan sebagai individu. Oleh karena itu menjadi Anak Allah berarti termasuk
umat Allah yang baru. Pengangkatan menjadi Anak Allah adalah tujuan dari karya
penyelamatan Tuhan Allah yang besar itu (Yoh. 12: 1`).
Gagasan yang baru di dalam PB, bahwa Tuhan Allah menyatakqn atau
memperkenalkan diri-Nya sebagai Bapa, yang mengangkat para orang beriman
menjadi anak-anak Allah, itu dilaksanakan di dalam Tuhan Yesus dan dalam karya
Roh Kudus. Bahwa orang beriman diangkat menjadi Anak Allah adalah karya
pendamaian Tuhan Yesus, yang menjadikan orang beriman menerima Roh Kudus,
sehingga ia dapat berseru; Ya Abba, ya Bapa (Gal. 4: 6; Rom. 8: 15).
Sebagai sarana untuk menjadikan orang beriman menjadi anak Allah, Tuhan
sendiri juga disebut Anak Allah. Di dalam Yoh. 3: 16, Yesus bKristus adalah
Anak Allah yang Tunggal., Anak-Nya sendiri (Rom. 8:3). Kalau kita perhatikan
Yoh. 17: 6, 26 dapat disimpulkan, bahwa seluruh karya Kristus tidak lain
adalah; menyatakan atau memperkenalkan nama Allah. Menurut Yoh. 17: 11, 12 nama
Allah adalah “kekuasaan yang melindungi umat Allah”. Itulah sebabnya Kristus
dapat berkata ; Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapaku.
Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu
telah melihat Dia (Yoh. 14:7, 9). Itulah sebabnya menolak Tuhan Yesus
berarti menolak Tuhan Allah Bapa ( Yoh. 15: 23 dst). Menyatakan nama Bapa pada
hakekatnya adalah menyatakan Allah Bapa atau memperkenalkan Allah sendiri. Hal
ini tampak di dalam seluruh hidup-Nya Tuhan Yesus menampakkan bagaimana Tuhan
Allah sebagai Bapa umat-Nya.
Kesimpulan dari uraian di atas, jika Yesus Kriastus sebagai alat
menyelamatkan Tuhan Allah disebut “Anak Allah” hal itu bukan dimaksudkan dalam
arti ontologis, artinya; bukan bukan menunjukkan kepada kesamaan keberadaan dan
kesamaan tabiat atau zqt dengan maqnusia yang sudah diselamqtkan. Bahwa Yesus
sebagai anak Allah, hal itu ternyata di dalam Firman dan karya-Nya. Dan
pengertian itu mengandung dua segi :
1.
Yesus Kristus
adalah Anak Allah yang sejati, sebab hanya di dalam Dialah fungsi Anak Allah
dilaksanakan dengan sempurna, yaitu mempersembahkan seluruh hidup-Nya bagi
Tuhan Allah, dengan ketaatan yang sempurna.
2.
Yesus Kristus
adalah Anak Allah yang sejati, sebab Dialah yang mencerminkan kehidupan ilahi
di dalam seluruh hidup-Nya secara sempurna.
Mengenai Roh Kudus dapat dikatakan,
bahwa penyataan Tuhan Allah sebagai Roh juga berpusat pada Kristus. Hal ini
jelas dalam dialog Tuhan Yesus dengan wanita Samaria (Yoh. 4). Dalam dialog itu
Tuhan Yesus menjawab, bahwa saatnya akan datang, bahwa orang akan menyembah
bapa bukan di Gunung ini, bukan di Yerusalem, sebab Allah itu Roh, dan barang siapa menyembah
Dia, harus menyembah-Nya dalam Roh dan kebenaran (Yoh. 4: 21-24).
Ungkapan “Allah itu Roh dan barang
siapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam Roh dan kebenaran”. Jikalau
disebutkan bahwa Tuhan Allah adalah Roh, itu berarti bahwa Dia sumber hidup
yang dengan aktif menghidupkan. Tuhan Allah adalah Roh, berarti bahwa Tuhan
Allah adalah yang hadir berbuat, yang
kehadiran-Nya memberikan daya hidup. Barang siapa yang hendak menyembah Tuhan
Allah yang kehadiran-Nya adalah kehadiran
yang berbuat secara dinamis atau secara aktif dirasakan. Selanjutnya
disebutkan, bahwa barang siapa yang menyembah Tuhan Allah yang demikian itu, ia
harus menyembah dengan kebenaran, artinya : ia harus menyembah Tuhan Allah di
tempat kesetiaan-Nya kepada perjanjian-Nya dirasakan. Jadi menyembah Tuhan
Allah dalam Roh dan kebenaran berarti: menyembah Tuhan Allah di tempat Tuhan
Allah hadir dengan nyata dengan karya-Nya untuk menampakkan kekuatan
kesetiaan-Nya, yang dilaksanakan dalam Firman dan karya-Nya sebagai sekutu
umat-Nya.
Di dalam Alkitab menyamakan Roh
dengan Kristus. Bahwa kita mengetahui bahwa Allah ada di dalam kita otu dari
adanya Roh yang telah dikaruniakan kepada kita (1 Yoh. 3: 24). Di 2 Kor. 3:17 disebutkan, bahwa Tuhan
(yaitu Kristus) adalah Roh, dan bahwa di mana ada Roh Allah di situ ada
kemerdekaan. Jika Roh diidentuikkan dengan Kristus, maka yang dimaksud adalah Kristus yang telah dibangkitkan
dan dimuliakan. Dapat dikatakan, bahwa Roh Kudus adalah kekuatan ilahi,
dengan-Nya Tuhan Yesus telah dimuliakan itu hadir dan bekerja di dalam
gereja-Nya. Roh Kudus adalah Tuhan Yesus sendiri, sepanjang Tuhan Yesus Kristus
yang dimuliakan itu menyatakan diri-Nya kepada umat-Nya, sehingga dapat dialami
oleh umat-nya. Dapat juga dikatakan, bahwa Roh Kudus adalah Tuhan Yesus Kristus
yang telah dimuliakan itu hadir berbuat.
Tuhan Allah adalah bapa di dalam
hakekat-Nya sebagai sekutu umat-Nya, sebab dialah yang menciptakan, memanggil
dan menyelamatkan umat-Nya. Tuhan Allah adalah Anak di dalam hakekat-Nya
sebagai sekutu umat-nya, sebab Dialah yang menyatakan atau yang menjelmakan
atau mengujudkan hakekat bapa sebagai sekutu umat-nya, hingga benar-benar umat
Allah menjadi sekutu-Nya. Dan Tuhan Allah adalah Roh Kudus di dalam hakekat-nya
sebagai sekutu umat-Nya, sebab Dialah yang membenarkan, menyucikan serta
menyempurnakan umat-Nya.[16]
Sekitar
seratus tahun setelah berbagai ucapan itu dibukukan, Tertulianus (160-220) dari
Turki mulai meneliti, membahas, dan menulis bahan-bahan ajaran yang mengamini
bahwa Allah bekerja dalam diri dan Roh-Nya. Ajaran ini disebut Tritunggal atau
Trinitas. Kemudian ia dibantu dan dilanjutkan oleh Origenes (185-254) dari Mesir.
Setelah melalui banyak pertimbangan ajaran itu diterima oleh gereja-gereja.
Istilah Tritunggal bukan yang terbaik, karena kata itu menekankan hanya tiga
pribadi tetapi bukan kesatuan di antara Tritunggal. Kata Jerman Dreieinigkeif
“tiga menjadi satu” lebih baik mengekspresikan konsep ini. Definisi yang tepat
yang tepat harus memasukkan keterpisahan dan kesetaraan dari ketiga pribadi di
antara Tritunggal demikian pula kesatuan di antara Tritunggal. Kata Triunity
bisa mengekspresikan doktrin ini dengan lebih baik. Definisi yang tepat dari
Tritunggal menyatakan “Tritunggal terdiri dari tiga pribadi yang satu tanpa
keterpisahan eksistensi, secara komplet bersatu untuk membentuk satu Allah.
Allah Tritunggal, yaitu bahwa Alah menyatakn diri sebagai bapa, Putra, dan Roh
Kudus. Natur ilahi hidup dalam tiga perbedaan – Bapa, Anak dan Roh Kudus.
1.
Memahaman
yang salah (Tafsiran yang salah) tentang Trinitas
a.
Tri-teisme. Mengajarkan tiga Allah. Kesalahan dari
pengajaran ini, penganutnya meninggalkan kesatuan di antara Trinitas sebagai
akibat mereka mengajarkan ada tiga Allah, bukan tiga Pribadi di antara satu
Pribadi.
b.
Sabellianisme
atau Modalisme. Mereka
mengakui Bapa, Anak dan Roh Kudus, namun yang mereka maksud adalah ; bahwa
ketiga-Nya itu hanya sebagai tiga bentuk eksistensi atau tiga manifestasi dari
satu Allah. Pengajaran ini juga dikenal sebagai modalisme karena pandangannya
tentang satu Allah yang secara beragam memanifestasikan diri-Nya dalam tiga
bentuk eksistensi; bapa, Anak dan Roh Kudus.
c.
Arianisme. Doktrin Arian berakar pada Tertulian (yang
mengajarkan Anak lebih rendah dari bapa “dalam esensinya”), yang
mengsubordinasikan Anak pada Bapa. Hal ini yang memimpin pada Arianisme yang
menyangkal keilahian Kristus. Arius mengajarkan bahwa hanya Allah yang tidak dapat
diciptakan; karena Kristus dikandung oleh Bapa itu berarti Kristus diciptakan
oleh Bapa. Menurut Arius ada saat di mana Kristus tidak ada.[17]
2.
Penjelasan
Trinitas
a.
Allah adalah
satu berkaitan dengan esensi. Dalam sejarah gereja mula-mula Kristus adalah sama
dengan Bapa dalam substansi atau dalam esensi. Kesetaraan dalam subtansi dan
esensi, sebagai cara yang tepat untuk menjelaskan Trinitas sebagai “satu dalam
esensi”. Esensi kesatuan dari Allah dihubungkan dengan Ul. 6:4, “Dengarlah, hai
orang Israel; Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa (Ibr. Echad, gabungan
kesatuan ; satu kesatuan). Pernyataan ini menekankan bukan hanya keunikan dari
Allah tetapi juga kesatuan dari Allah (lih. Yak. 2:19). Hal itu berarti ketiga
pribadi memiliki penyajian terakhir dari atribut ilahi, tetapi esensi dari
Allah terbagi. Kesatuan dari esensi juga menekankan bahwa ketiga Pribadi dari
Trinitas bukan berarti masing-masing bertindak secara mandiri. Hal ini
merupakan tema konstan dari Yesus pada waktu menghadapi tuduhan dari orang Yahudi
(lih. Yoh. 5:19; 8:28; 12:49; 14:10).
b.
Allah adalah
tiga kaitan dengan Pribadi. Kata Pribadi cenderung mengalihkan pemahaman
tentang kesatuan dalam Trinitas. Hal itu menyatakan pengakuan bahwa
pribadi-pribadi adalah suatu istilah yang tidak cukup untuk menjabarkan relasi
antara Trinitas. Sebagian teolog telah memilih istilah subsistensi, jadi “Allah
memiliki tiga subsistensi”. Kata lain yang digunakan untuk menjabarkan
perbedaan dari ketiganya itu adalah; perbedaan, relasi dan bentuk. Istilah
Pribadi sedikit banyak menolong karena hal itu menekankan bahwa (1) setiap
Pribadi memiliki esensi yang sama dengan Allah dan (2) setiap Pribadi memiliki
kepenuhan Allah. Dalam Allah tidak ada tiga individu bersama dan terpisah satu
sama lain, tetapi hanya perbedaan pribadi di antara esensi ilahi. Ini merupakan
suatu perbedaan yang penting dari modalisme, yang mengajarkan bahwa satu Allah
hanya mamanifestasikan Diri-Nya dalam tiga cara yang berbeda. Kesatuan di
antara tiga pribadi ini terlihat dari ayat PL di Yes. 48:16 di mana Bapa telah
mengutus Mesias dan Roh Kudus untuk berbicara dan memulihkan bangsa itu. Dalam
Yes. 61:1 Bapa telah mengurapi Mesias dengan Roh Kudus untuk misi-Nya.
Referensi ini menekankan baik kesetaraan dan kesatuan dari tiga Pribadi itu.
c.
Ketiga
Pribadi memiliki relasi yang berbeda. Di antara Trinitas ada suatu relasi yang
diekspresikan dalam arti subsistensi. Bapa tidak dilahirkan dan tidak berasal
dari pribadi manapun; Anak secara kekal berasal dari Bapa (Yoh. 1:18; 3:16,18;
1 Yoh. 4:9). Istilah generation mengusulkan bahwa dalam relasi Trinitarian,
Anak secara kekal adalah lahir dari bapa. Roh Kudus secara kekal berasal dari
Bapa dan Anak.
(Yoh. 14:26; 16:7).
Kata prosesi mengusulkan relasi Trinitarian Bapa dan Anak mengutus Roh Kudus. Adalah
penting untuk mencatat bahwa istilah-istilah ini menunjuk pada relasi di antara
Trinitas dan tidak mengusulkan kelebih rendahan dalam cara apapun. Oleh karena
istilah ini cenderung dapat mengusulkan inferioritas, maka sebagiaan teolog
menolak menggunakan istilah itu.
d.
Tiga Pribadi
adalah setara dalam otoritas. Meskipun istilah seperti generasi dan prosesi
dapat digunakan dalam kaitan dengan fungsi di antara Trinitas, adalah penting
untuk menyadari bahwa tiga Pribadi adalah setara dalam otoritas. Bapa diakui
sebagai berotoritas dan yang paling tinggi (1 Kor. 8:6); Putra Allah juga
diakui setara dengan Bapa dalam segala hal (Yoh. 5:21-23); demikian pula Roh
Kudus diakui setara dengan Bapa dan Anak (lih. Mat. 12:31). [18]
e.
Bukti
Keesaan. Seperti PL dan PB juga menekankan bahwa hanya ada satu Allah yang
benar. Nats-nats seperti 1 Kor. 8: 4-6; Ef. 4:3-6 dan Yak. 2:19 cukup jelas.
f.
Bukti
Ketigaan
1.
Bapa diakui
sebagai Allah. Di sini tidak ada perbantahan dan sejumlah nats mengajarkan hal
ini (Yoh. 6:27; 1 Pet. 1:2)_.
2.
Yesus Kristus
diakui sebagai Allah. Ia sendiri menyatakan sifat-sifat yang hanya dimiliki
Allah, seperti mahatahu (Mat. 9:4), mahakuasa (mat. 28:18), mahahadir (ay. 20).
Ia melakukan perkara-perkara yang hanya dapat dilakukan oleh Allah, seperti mengampuni
dosa (Mrk. 2:1-12) dan membangkitkan oranmg mati (Yoh. 1 2:9). Menopang segala sesuatu(Kol. 1:17). Pencipta
(Yoh. 1:3) dan penghakiman di masa depan bagi semua (Yoh. 5:27). Bagian Yoh.
1:1 menghubungkan ke Allahan yang benar dan sepenuhnya dengan Firman (Kristus)
“Firman itu adalah Allah”.
3.
Roh Kudus
diakui sebagai Allah. Ia disebut Allah (Kis. 5:Ia memiliki sifat-sifat yang
hanya dimiliki oleh Allah, seperti
mahatahu (1 Kor. 2:10) dan mahahadir (6:19), dan ia melahirkan kembali
orang-orang (Yoh.3:5-6,8), suatu pekerjaan yang lain daripada yang lain dari
Allah.
g.
Bukti
Ketritunggalan. Mat. 28:19, dengan cara yang paling baik, menyatakan baik
keesaan maupun ketigaan dengan menyatukan sepadan ketiga Pribadi itu dan
mengesahkannya di dalam satu nama tunggal. Nats-nats lain Mat. 3:16-17 dan 2
Kor. 13: 14 menghubungkan sepadan ketiga Pribadi itu tetapi tidak mengandung
tekanan kuat pada keesaan seperti dalam Mat. 28:19.
Kesimpulan
Trinitas merupakan cara berada Tuhan dalam
menolong (berkarya) dalam hidup manusia. Kita manusia banyak kebutuhan. Alkitab
bersaksi bahwaTuhan memenuhi berbagai kebutukan manusia. Hal lain banyak yang
Tuhan perbuat dalam hidup manusia, dan kita sulit membayangkannya.
Untuk menolong agar kita bisa memahami kebelbagain
pekerjaan Tuhan, gereja abad-abad pertama bergumul mengembangkan sebuah ajaran.
Melalui banyak pertimbangan, gereja abad pertama merumuskan bahwa Allah
memenuhi kebutuhan kita dengan tiga cara berada. Allah yang satu hadir dalam
tiga cara berada, yaitu sebagai Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh.
Sebagai
Allah Bapa, Ia menciptakan, memelihara, dan memulihkan kita. Bukankah tiap hari
Tuhan masih menciptakan kita? Tiap hari jutaan sel dalam tubuh kita rusak. Lalu
tiap hari pula Tuhan memulihkan tubuh kita dengan menciptakan jutaan sel
pengganti.
Sebagai Allah
Putra, Ia mengampuni, mendamaikan, dan menemani kita. Ia memahami dan menyelami
suka duka kita. Ia ikut menderita takkala kita menderita. Ia turut menangis
dengan kita.
Sebagai Allah Roh, Ia meneduhkan
hati kita. Di tengah kebingungan kita, Ia menenteramkan. Ia membisiki hati
nurani kita. Ia menuntun pikiran kita . Ia mengatur tutur kata kita. Ia memberi
pegangan kepada kita. Ia membesarkan hati kita. Ia mengerahkan langkah-langkah
Jalan hidup kita.
Tuhan yang
tunggal itu bekeja dan menolong kita dengan tiga cara berada. Sebagai Allah
Bapa, yaitu Tuhan di atas kita. Sebagai Allah Putra, yaitu Tuhan di
tengah-tengah kita. Sebagai Allah Roh, yaitu Tuhan di dalam kita. Allah yang
satu hadir dengan tiga cara berada. Allah hanya satu, namun memainkan tiga
peran. Tiga cara berada itu saling berbeda, namun tidak bisa dipisahkan satu
sama lain.
Rumusan
ajaran atau dogma itu hadir setelah beberapa abad digumuli melalui banyak doa
dan diskusi. Dogma itu disebut Tritunggal. Allah yang tunggal menyelamatkan
kita dengan tri cara berada. Di dalam diri Allah yang tunggal terdapat
kebersamaan tri cara berada.
Apakah dengan rumusan itu kita
jadi mengerti misterii Tuhan? Apakah penjelasan ini memuaskan akal kita? Tidak!
Ajaran Tritunggal tidak bisa memuaskan logika. Misteri hakikat Allah tidak bisa
dipecahkan oleh rumusan atu dogma apapun.
Pengakuan bahwa Allah yang satu hadir dengan tiga cara berada dirumuskan
bukan sebagai dalil ilmiah, melainkan sekedar sebagai pegangan iman. Apakah
pegangan iman ini bisa dibuktikan dengan ayat-ayat Alkitab? juga tidak!
Ayat-ayat Alkitab bukan ditulis untuk dijadikan bukti, melainkan sebagai
kesaksian bahwa Allah yang satu bekerja dengan cara berbeda-beda.
Kita tidak usah membela atau membuktikan pengakuan Tritunggal ini,
melainkan mensyukurinya sebagai berkat. Tiap hari minggu gereja mensyukuri
dogma itu dengan berkat rasuli yang berbunyi “ Kasih karunia Tuhan Yesus
Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian” (2
Kor. 13:13). Allah yang Tritunggal bertindak dengan tiga cara berada sebagai
Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh. Oleh sebab itu gereja sepanjang masa
bersorak dan bernyanyi;Hormat bagi Allah Bapa, Hormat bagi Anak-Nya, Hormat
bagi Roh Penghibur ketiganya Yang Esa. Haleluya, Haleluya ketigan yang esa.
(Kidung Jemaat No. 3).
F . KETETAPAN
- KETETAPAN ALLAH.
Defenisi.
Ketetapan Allah telah didirikan sejak kekekalan
dan menunjuk pada kuasa kedaulatan Allah atas semua wilayah dan semua kejadian.
Ketetapan itu direfeksikan di Ef. 1:1 di mana Ia “mengerjakan segala sesuatu
berdasarkan kehendak-Nya”. Ketetapan Allah adalah tujuan-Nya yang kekal,
menurut kehendak-nya, di mana bagi kemuliaan-Nya, Ia telah menetapkan apa yang
akan terjadi.
KARAKTERISTIK KETETAPAN ALLAH.
1). Ketetapan itu adalah sebuah rencana yang mengarahkan segala sesuatu.
Tidak ada yang di luar liputan kuasa Allah yang berdaulat. Ef. 1:1 menekankan
“segala sesuatu terjadi berdasarkan ketetapan-Nya. Karena segala sesuatu diarahkan
sesuai dengan rencana Allah yang berdaulat.
2)
Ketetapan itu
meliputi segala sesuatu yang dirumuskan sejak kekekalan tetapi dimanifestasikan
dalam waktu.Orang percaya dipilih Allah dalam kekekalan (Ef. 1: 4 frasa
“sebelum dunia diciptakan” = dari kekekalan. Keselamatan dan panggilan orang
percaya sekali lagi berkaitan dengan ketetapan Allah dari sejak kekekalan
(2 Tim. 1:9). Dalam bagian ini hal itu ditekankan bahwa semua itu sesuai dengan
rencana-Nya. Tujuan (Yun. Prothesis) menekankan keputusan Allah dalam
panggilan-Nya dan penyelamatan orang percaya. Keputusan untuk Kristus mengambil
rupa manusia dan mencurahkan darah bagi umat manusia juga direncanakan “sebelum
dunia dijadikan” (1 Pet. 1: 20).
3)
Ketetapan itu
merupakan rencana yang bijaksana karena Allah yang bijak yang telah
merencanakan apa yang baik. (Rom. 11: 33-36).
4)
Ketetapan itu
sesuai dengan kehendak Allah yang berdaulat, ia melakukan apa yang berkenan
kepada-Nya. Allah tidak menyesuaikan rencana-Nya sesuai dengan
peristiwa-peristiwa dalam sejarah manusia; melainkan, ketetapan-nya memerintah
sejarah manusia. Daniel 4:35; Allah melakukan segala sesuatu dengan
kehendak-Nya dalam wilayah malaikat demikian pula dalam kehidupan di atas bumi.
Allah menentukan jalan sejarah manusia dan penguasa-penguasa kerajaan di atas
bumi (Dan. 2: 21, 31-45).
Ketetapan memiliki
dua aspek. (1) Kehendak Allah yang mengarahkan. Ada beberapa hal di mana Allah
sebagai penggerak; Ia secara aktif menjadikan semua peristiwa itu. Ia
menciptakan (Yes. 45:18); ia mengontrol alam semesta (dan. 4:35); ia menetapkan
raja-raja dan pemerintah-pemerintah (Dan. 2: 21); Ia memilih orang untuk
diselamatkan (Ef. 1:4). (2) kehendak Allah yang mengizinkan. Meskipun Allah
telah menentukan segala sesuatu, Ia dapat secara aktif mewujudkannya sendiri,
atau ia dapat mengujudkannya melalui perantaraan yang lain. Namun perbuatan –
perbuatan dosa, tidak akan menggagalkan rencana-Nya, tetapi Allah bukan
pemrakarsa dosa, tetapi manusia tetap bertanggung jawab atas perbuatan dosa
itu.
Tujuan dari ketetapan
itu adalah untuk kemuliaan Allah. Penciptaan dari dunia ini dirancang untuk
menyatakan kemuliaan Allah (Maz. 19:2). Kebesaran dari langit dan keindahan
dari flora di atas bumi mencerminkan kemuliaan Allah. Tindakan Allah yang
berdaulat di mana Ia menetapkan orang percaya untuk diselamatkan (Ef. 1: 4-5) adalah
“untuk memuji kemuliaan dari anugerah-nya (Ef. 1:6, 11-12). Allah dimuliakan
dalam penyataan dari anugerah yang tidak bersyarat-Nya (lih. Rom. 9:23; Why.
4:11).
Meskipun semua
berjalan searah dengan ketetapan itu, manusia tetap bertanggung jawab atas
perbuatannya (dosa-dosanya). Hal ini diketahui sebagai sesuatu “antinomi”. Kata
antinomi berasal dari kata Yunani anti, artinya melawan dan nomos, artinya
hukum. Antinomi adalah sesuatu yang berlawanan dengan hukum atau berlawanan
dengan pengertian manusia.
Dalam Kis. 2:23,
Petrus menjelaskan bahwa Yesus mati karena “rencana” Allah. Rencana (Yun.
“Boule” menekankan kehendak yang telah ditentukan Allah sebelumnya.
Kemahatahuan merupakan suatu ekuivalen yang kasar dan mengusulkan bukan hanya
tahu sebelumnya tetapi tindakan.[19]
MANISFESTASI
KETETAPAN
a)
Dalam Wilayah
Materi. (lih. Maz. 33: 6-11; Ul. 32:8; Kis. 17;26 –tentang bangsa-bangsa dan
batasan batasan mereka; tentang umur manusia (Ayb. 14:5; dan cara mereka
meninggal (Yoh. 21:19; 2 Tim. 4: 6-8).
b)
Dalam Wilayah
sosial. Allah menetapkan keluarga (Kej. 2:18 – pernikahan Mat. 19: 1-9.
c)
Dalam Dosa
dan ketetapan. Isu-isu tambahan berkaitan dengan dosa dapat diringkas sebagai
berikut. Allah dapat mengizinkan manusia untuk memanifestasikan yang jahat
(Rom. 1:24-28. Namun demikian, Allah tidak pernah menjadi pemrakarsa dari
kejahatan. Ia juga tidak membujuk manusia untuk berdosa (Yak. 1: 13). Allah dapat
secara langsung mencegah kejahatan (2 Tes. 2:7). Allah dapat mengarahkan
perbuatan jahat manusia untuk melaksanakan tujuan-Nya (Kis. 4: 27-28). Allah
tidak membuat manusia berdosa, namun segala sesuatu berada dalam wilayah
rencana kedaulatan Allah. Allah menetapkan batasa dari kejahatan dan menguasai kejahatan
(Ayb. 1: 6-12). Allah membatasi Setan dalam menguji Ayub.
Keselamatan dan
Ketetapan. Allah memilih dan menetapkan orang percaya untuk diselamatkan
sebelum, dunia dijadikan (Ef. 1:4-5; 2 Tim. 1:9). Ia memilih orang Yahudi dan
non- yahudi untuk bersatu dalam tubuh Kristus (Ef. 3: 11). Allah memilih orang
percaya untuk diberkati secara individu (Rom. 8:28).
Kesimpulan.
Ketatapan
Allah memiliki implikasi yang praktis; (1) Kita harus tetap takjub akan
kebesaran Allah yang bijak, berkuasa dan penuh kasih. (2) Kita dapat
mempercayakan seluruh hidup kita kepasa Allah yang Mahakuasa. (3) Kita harus
bersukacita dalam keakbaran keselamatan kita. Kita adalah pilihan Allah dalam
kekekalan. (4) Kita harus memiliki damai sejahtera di tengah kekacauan dunia, karena
mengetahui bahwa Allah dengan kedaulatan-Nya mengontrol segala sesuatu (hal ini
tidak mengimplikasikan ketidakwajaran). (5) Allah menuntut pertanggung jawaban
orang-orang atas dosa mereka. Meskipun dosa tidak menggagalkan rencana Allah,
namun Ia bukan pemrakarsa dari dosa. (6) Pengajaran ini dengan keras menentang
kesombongan manusia. Manusia, dalam kesombongannya, merindukan untuk
menjalankan kehidupannya sendiri; kesadaran bahwa Allah berdaulat, membuat
mereka harus merendahkan diri mereka.
BAB III
PNEUMATOLOGI :
DOKTRIN ROH KUDUS
Banyak orang manamai abad XX ini sebagai abad Roh
Kudus, karena bangkitnya dan meluasnya aliran Pentakosta dengan penekanan
utamanya pada pelayanan Roh Kudus, serta berkembangnya secara subur aliran
dispensasional dengan tekanannya pada pekerjaan Roh Kudus. Selain itu,
perhatian yang besar abad ini terhadap penginjilan dunia yang jelas membutuhkan
Roh Kudus dalam pelayanan ini.
Kata untuk
kata Roh Kudus dalam bhs. Ibrani ‘ruah’ dan di bhs, Yun. Adalah
“pneuma” yang adalah kata netral. Setiap
kata ganti yang dinunakan untuk menggantikan pneuma sewajarnya adalah netral
juga. Namun, para penulis Alkitab tidak mengikuti pola tata bahasa; melainkan ,
mereka menggantikannya dengan kata ganti maskulin yang ditujukan pada Roh Kudus.
Penggantian tata bahasa yang memiliki tujuan kepribadian dari Roh Kudus.
Pada awal sejarah gereja, Arius menyangkali
personalitas Roh Kudus. Ia mengatakan Roh Kudus hanya merupakan suatu
‘pengaruh’ yang keluar dari Bapa, maka sangat perlu mempelajari tentang Roh
Kudus.
1.
PERSONALITAS ROH
KUDUS
a.
Dia memiliki
sifat-sifat dari satu pribadi:
Memiliki
akal budi, kecerdasan.
Dikatakan bahwa Roh Kudus menyelidiki segala sesuatu (1 Kor. 2:10). Kata
menyelidiki berarti meneliti atau menyelidiki sesuatu. Roh Kudus meneliti
kedalaman dari Allah dan menyatakannya pada orang percaya.
Pengetahuan. Tidak seorang manusia pun memiliki kesadaran atau
pengetahuan dan pikiran Allah, tetapi Roh Kudus memahami pikiran Allah (1 Kor.
2:11).
Pikiran. Bahkan sebagaimana Roh Kudus mengenal Bapa,
demikian pula bapa mengenal pikiran Roh Kudus (Rom. 8:27). Kata pikiran (Yun.
Phronema) berarti cara pikir, pola pikir, tujuan, aspirasi, perjuangan dan
secara jelas mengindikasikan bahwa Roh Kudus memiliki akan budi (lih, Ef.
1:17).
Emosi. Emosi atau sensibilitas berarti memiliki
perasaan, memiliki kesadaran dan kemampuan untuk memberi tanggapan pada
sesuatu. Ef. 4: 30 memerintahkan, ‘jangan mendukakan Roh Kudus dari Allah’. Konteksnya menekankan bahwa Roh Kudus
didukacitakan pada waktu orang pecaya berdosa dengan berdusta (ay. 25), merasa
marah (ay. 26), dengan mencuri atau bermalasan (ay. 28), atau mengatakan
kata-kata yang tidak baik (ay. 29). Hanya pribadi yang didukakan, apa bila Roh
Kudus sekedar pengaruh, maka ia tidak dapat didukakan.
Kehendak. Roh Kudus
memiliki kehendak, mengindikasikan Ia memiliki kuasa yang berdaulat dalam
pemilihan dan keputusan. Roh Kudus mendistribusikan karunia-karunia Roh Kudus
sebagaimana kehendak-Nya. Frasa Ia
menghendaki (bhs. Yun. Bouletai) menunjuk pada ‘suatu keputusan dari
kehendak setelah dipikirkan sebelumnya’. Ide tentang pemilihan yang berdaulat
adalah jelas dalam penyataan ini. Dengan cara analogi, kata yang sama
“kehendak” digunakan untuk menjabarkan kehendak Allah Bapa (Yak. 1:18).
Sebagaimana bapa memiliki kehendak, demikian pula Roh Kudus memiliki kehendak.[20]
b.
Karya-karya-Nya Mengonfirmasikan Personalitas-Nya.
Roh Kudus
menampilkan karya-karya yang serupa dengan karya-karya dari Allah Bapa Putra.
Roh Kudus
Mengajar.Sebelum Tuhan Yesus
meninggalkan murid-murid-Nya, Ia mendorong mereka dengan mengatakan kepada
mereka bahwa Ia akan mengutus “penolong
yang lain” (Yoh. 14:16). Yang lain menekankan bahwa Roh Kudus akan
menjadi penolong yang serupa dengan Kristus. Sebagaimana Kristus telah
mengajar murid-murid (Mat. 5:2; Yoh. 8:2), demikian pula Roh Kudus akan
mengajar mereka (Yoh. 14:26). Roh Kudus akan menampilkan dan melakukan
pengajaran yang sama dengan Kristus. Roh Kudus akan menyebabkan mereka
mengingat hal-hal yang Kristus telah ajaran sebelumnya; Roh Kudus akan
mengonfirmasikan pengajaran Kristus.
Roh Kudus
Bersaksi. Yesus berjanji pada
murid-murid bahwa Roh Kudus akan memberikan kesaksian tentang Aku (Yoh. 15:26).
Kata memberikan kesaksian berarti memberikan kesaksian tentang seseorang. Roh
Kudus akan bersaksi tentang pengajaran Kristus bahwa Ia telah datang dari
bapa dan telah mengatakan kebenaran
Allah.
Roh Kudus
membimbing. Yesus
mendeklarasikan bahwa pada waktu Roh Kudus datang, Ia membimbing mereka pada
semua kebenaran (Yoh. 16:13). Gambarannya adalah seperti seorang pemandu atau
pemimpin perjalanan menuju pada wilayah asing bagi mereka yang sedang melakukan
perjalanan, tetapi dikenal oleh pemandu.
Roh Kudus
meyakinkan. Yoh. 16:8
mendeklerasikan masa depan pelayanan dari Roh Kudus yaitu “meyakinkan dunia”.
Meyakinkan (Yun. Elegcho) berarti meyakinkan seseorang akan sesuatu;
menunjukkan sesuatu pada seseorang. Roh Kudus bertindak sebagai pengacara ilahi yang meyakinkan dunia tentang
dosa, kebenaran dan penghakiman.
Roh Kudus
melahirbarukan. Seorang yang
mengalami kelahiran baru telah dilahirkan oleh
Kudus; Ia telah dilahirbarukan oleh Roh Kudus. Sebagaimana
Tuhan Yesus memberikan hidup kepada orang percaya (Rom. 5:21), demikian
pula Roh Kudus melahirbarukan manusia (lih. Yezh. 36:25-27; Tit. 3:5).
Roh Kudus
menjadi pendoa syafaat. Pada
saat orang percaya sedang lemah, Roh Kudus menyerukan keluhan orang percaya dan
berdoa atas nama orang percaya (Rom. 8:26). Bapa mengerti doa syafaat Roh Kudus
dan menjawab doa dan berkerja dalam segala sesuatu untuk kebaikkan hidup orang
percaya karena Roh Kudus telah berdoa bagi anak Allah (Rom. 8:28). Sebagaimana
Kristus berdoa syafaat bagi orang percaya, demikian pula Roh Kudus berdoa
syafaat bagi orang lain; pribadi yang berdoa syafaat.
Roh Kudus
memerintah. Di Kis. Ras. 13:2
Roh Kudus memerintahkan Paulus dan Barnabas untuk dikhususkan bagi pekerjaan
misi; Kis. Ras 13:4 menambahkan bahwa kedua orang itu diutus oleh Roh Kudus.
Kis. Ras 16:6 Roh Kudus melarang Paulus dan Silas untuk berkhotbah di Asia ;
Kis. Ras 8:29 Roh Kudus mengarahkan Filipus untuk berbicara pada Sida-Sida dari
Etiopia. [21]
c.
Posisi-Nya
Mengofirmasikan Personalitas-Nya
Roh Kudus
dapat didukakan.Roh Kudus
dapat didukakan pada waktu orang percaya berdosa (Yes. 63:10).
Roh Kudus
dapat dihujat. Penghujatan
biasanya dipikirkan sebagai sesuatu melawan Allah Bapa (lih. Why. 13:16; 16:9).
Kristus juga dihujat (Mat. 27:39; Luk. 23:39); demikian pula Roh Kudus dihujat
(Mat. 12:32; Mrk. 3:29-30). Penghujatan melawan Roh Kudus adalah pada saat
karya Kristus disebut sebagai berasal
dari setan, pada hal pada waktu itu Roh Kuidus telah memberikan kesaksian
tentang pekerjaan Kristus sebagai yang berasal dari Allah Bapa.
Roh Kudus
dapat ditolak. Dalam
pembicaraannya melawan ketidakpercayaan orang
Yahudi yang akhirnya merajam dia dengan batu sampai mati, Stefanus
menuduh mereka sebagai orang ‘tegar tengkuk dan tidak bersunat hati dan
telinga,... selalu menolak Roh Kudus (Kis. Ras. 7:51).
Roh Kudus
dapat didustai. Pada waktu
Petrus mengkonfrontasikan Ananias dan Safira berkaitan dengan penipuan mereka,
ia menuduh mereka telah mendustai Roh Kudus (Kis. Ras. 5:3). Ananias dan Safira
dihukum mati karena mereka telah berdosa, yaitu mendustai Roh Kudus.
Roh Kudus
dapat ditaati. Di Kis. Ras.
10 Tuhan memberikan wahyu yang paling jelas kepada Petrus bahwa, Ia juga
memasukkan orang non-Yahudi dalam wilayah berkat-Nya. Petrus taat akan perintah
Roh Kudus dan pergi ke rumah Kornelius di Kaisarea. Petrus taat pada Roh Kudus.
Semua hal di atas dapat dikatakan pada pribadi yang personalitas Roh
Kudus.
2.
KEILAHIAN ROH KUDUS.
Keilahian Roh Kudus
tidak dapat dipisahkan dari doktrin Trinitas. Suatu penyangkalan akan salah
satu berarti penyangkalan pada yang lainnya, kepercayaan pada Trinitas
mengharuskan suatu kepercayaan pada kelahiran Roh Kudus. Sebutan Roh Allah
membuktikan relasi-nya dengan Bapa dan Putra dan juga meneguhkan keilahian-Nya.
Pada saat Ia disebut Roh Allah hal itu berarti bahwa ia adalah pribadi Allah
yang sejati (lih. 1 Kor. 2:11); pada waktu istilah Roh Allah digunakan, hal itu
menunjuk pada Roh Kudus bukan pada Bapa, demikian halnya pada waktu istilah Roh
Kristus digunakan biasanya menunjuk pada Roh Kudus. Contohnya, dalam Rom. 8:
9-11 semua anggota dari Trinitas disebut; Roh Allah diam di dalam kamu (ay. 9),
Kristus ada di dalam kamu (ay. 10); Roh Dia (Bapa), yang telah membangkitkan
Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu (ay. 11). Sangatlah jelas
bahwa Roh Allah menunjuk pada Roh Kudus bukan pada Kristus atau Bapa.
3.
ATRIBUT –
ATRIBUT ILAHI ROH KUDUS
Hidup (Rom. 8:2). Hidup merupakan suatu Atribut ilahi
(Yos. 3:10 ; Yoh. 1:4; 14:6; 1 Tim. 3:15). Sebagaimana bapa dan Putra memiliki hidup pada dirinya,
demikian pula Roh Kudus memiliki hidup pada dirinya sendiri.
Mahatahu (1 Kor. 2:10-12). Roh Kudus menyelidiki kedalaman
Allah (1 Kor. 2:10); istilah yang sama, yaitu kedalaman (Yun. Bathos) digunakan
dalam kaitan dengan pengetahuan Allah.
Ini merupakan hal yang tidak dapat dipahami oleh manusia, tetapi Roh Kudus
Allah mengetahui hal-hal yang tidak dapat dipahami dan diselidiki oleh manusia
(Rom. 11:33).
Mahakuasa(Ayb. 33:4). Kemahakuasaan Roh Kudus dilihat dalam
penciptaan di Kej. 1:2, Roh Kudus terlihat melayang-layang di atas ciptaan
seperti diperlakukan seekor Ayam betina pada anak-anaknya; Roh Kudus memberikan
kehidupan pada ciptaan.
Mahahadir (Maz. 139: 7-10; Yoh. 14:17). Di Maz. 139 Daud
menyerukan bahwa Ia tidak dapat lari dari hadapan Roh Kudus. Kemahahadiran Roh
juga diajarkan di Yoh. 14:17 di mana Kristus mengajarkan bahwa Roh akan tinggal
di dalam diri mereka semua, suatu afirmasi kemahahadiran Roh Kudus.
Kekal (Ibr. 9:14). Roh Kudus disebut Roh Kekal. Melalui
Roh Kekal Kristus menyerahkan Diri-Nya sendiri tanpa cela pada Allah.
Sebagaimaana Roh Kudus mengambil bagian dalam kelahiran Kristus (Luk. 1:35),
dengan cara yang sama Ia juga mengambil bagian dalam kematian Kristus.
Kekudusan (lih. Mat. 12:32). Salah satu aspek penting dari
kelahiran adalaah bahwa Allah adalah kudus, sama seperti dikhususkan dan
dipisahkan dari dosa dan orang berdosa. Nama yang paling umum bagi Roh adalah
Roh Kudus, mengindikasikan oknum ketiga dari Trinitas juga memiliki atribut
transenden ilahi ini.
Kasih (Gal. 5:22). Roh Kudus adalah kasih dan
menghasilkan kasih dalam anak Allah. Apabila Ia tidak memiliki kasih sebagai
atribut utama, maka Ia tidak dapat menghasilkan kasih dalam diri orang percaya.
Kebenaran
(Yoh. 14:17). Roh Kudus
disebut Roh kebenaran dalam Yoh. 14:17 dan 15:26. Sebagaimana Kristus adalah
kebenaran (Yoh. 14:6) demikian pula Roh adalah kebenaran dan memimpin orang-orang
pada kebenaran melalui kitab suci.
Bagian-bagian di
atas merefleksikan kesatuan dan kesetaraan dari Trinitas. Roh Kudus menampilkan
atribut-atribut ilahi yang sama dengan bapa dan Putra.[22]
4.
KARYA ILAHI
DARI ROH KUDUS
Karya Roh Kudus
menyatakan keilahian-Nya
Pencipta (Kej. 1:2). Beberapa bagian kitab suci meneguhkan
bahwa Roh Kudus terlibat dalam karya penciptaan. Kej. 1 :2; Ayb. 26:13; 27:3;
33:4; Maqz. 33:6; 104:30 dan Yes. 40:7. Roh Kudus terlibat dalam perencanaan
alam semesta umum (Ay. 12-14). Dia juga aktif dalam kaitannnya dengan
penciptaan bintang-bintang di langit (Maz. 33:6). Roh Kudus bekerja dalam
penciptaan segala jenis binatang (Maz. 104:30) dan dalam penciptaan manusia
(Ayb. 27:3; 33:4). Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Roh Allah turut
memikirkan tentang penciptaan, dan menjadikannya hidup. Di Maz. 104:24-26
pemazmur menjabarkan penciptaan itu, dan di ayat 30, Ia mengindikasikan
sebagaimana Allah menciptakan “apabila Engkau mengirimkan Roh-Mu, mereka tercipta”.
Ayub 26;13 menjelaskan lebih luas penciptaan Allah itu kepada langit; Roh Kudus
bukan hanya menciptakan bumi melainkan juga langit.
Kelahiran
Kristus (Mat. 1:29). Keterlibatan
Roh Kudus dalam kehamilan Maria memastikan ketidak berdosaan Kristus sebagai
manusia. Kristus dalam keilahian-Nya adalah kekal, tetapi Roh Kudus melahirkan
natur manusia Kristus yang tanpa dosa.
Inspirasi
kitab Suci (2 Pet. 1:21). Ada
suatu analogi antara Roh Kudus melahirkan kemanusiaan Kristus dan Roh Kudus
mensuvervisi penulis kitab suci; sebagaimana Roh Kudus terlibat dalam kehamilan
Maria, yang menjamin ketidakbersalahan kitab suci. Penulis kitab suci dipimpin
oleh Roh Kudus, menjamin inspirasi di kitab suci. Karya Roh Kudus dalam
inspirasi sama dengan karya dari Bapa di 2 Tim. 3:16.
Regenerasi
(Tit.3:5). Meregenerasi
berarti memberi kehidupan. Roh Kudus menyebabkan kelahiran baru; Ia adalah
prakarsa kelahiran baru. Regenerasi oleh Roh Kudus merupakan kerja sama
spiritual dalam reproduksi manusia diwilayah fisikal. Generasi manusia
menghasilkan kehidupan manusia; regenerasi spiritual menghasilkan kehidupan
spiritual. Roh Kudus menghasilkan kelahiran baru, tetapi ia melakukannya
melalui alat firman Tuhan (1 Pet. 1:23). Kebenaran yang sama diajarkan di Yoh.
3:6 di mana Yesus menunjukkan Roh Kudus menghasilkan kelahiran baru di mana ia
meregenerasi orang itu.
Perantara
(Rom. 8:26). Kristus adalah
perantara orang percaya, demikian pula Roh Kudus.
Pengudusan
(2 Tes. 2:13). Ada tiga aspek
dari pengudusan, pertama proposisional; pemisahan yang terjadi pada waktu
melalui Roh Kudus, orang yang percaya dipersatukan dengan Kristus lalu kemudian
menjadi di dalam Kristus (lih. 1 Kor. 1:30; Ibr. 10:14-15; 1 Pet. 1:2).
Penolong
orang-orang kudus (Yoh.
14:16). Di Teks itu Yesus berjanji kepada para murid-murid “seorang penolong
yang lain”. Penolong dalam kata Yunani ‘parakleton’ yang berasal dari dua kata,
“berjalan di samping” dan dipanggil. Jadi seseorang yang dipanggil untuk
berjalan di samping untuk menolong. Di 1
Yoh. 2:1, Tuhan Yesus memanggil orang-orang Kudus yang masih berdosa
‘Paraclete’ (penasehat dalam kebanyakan versi. Roh Kudus yang bekerja sebagai
paraclete (penolong) orang percaya
dituntut untuk memiliki keilahian karena Ia bekerja sama seperti
Krtistus dalam peran-Nya sebagai penolong.
Semua menjadi nyata
bahwa karya Roh Kudus mengidikasikan keilahian-Nya dan keesaan Allah bersama
Allah bapa dan Putra.[23]
5.
REPRESENTASI ROH
KUDUS
Ada beberapa deskripsi dan penggambaran dari Roh
Kudus di kitab Suci yang secara jelas menggambarkan Pribadi dan karya-Nya.
Pakaian.Setelah kebangkitan-Nya Yesus memerintahkan para murid untuk menunggu di
Yerusalem, “sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi” (Luk.
24:49). Diperlengkapi (Yun. Endou) merupakan kata umum untuk pakaian,
memberikan pakaiannya sendiri ; orang lain (Allah) melakukannya untuk dia. Arti
diperlengkapi dijelaskan dalam teks dengan frasa, “dengan kuasa”. Para Rasul
harus tinggal di Yerusalem sampai mereka diperlengkapi (dipakaikan) kuasa Roh
Kudus.
Merpati. Pada baptisan
Kristus, Roh Kudus turun ‘seperti Merpati’.
Apakah itu Merpati sungguhan? Suatu studi dari bagian itu adalah
menolong. “seperti seekor Merpati (Mat. 3:16); seperti seekor Merpati (Mrk.
1;10), dalam bentuk seperti seekor Merpati (Luk. 3:22); lihat Roh Kudus turun
(Yoh. 1:32). Menurut Luk. 3:22 dan Yoh. 1:32, harus ada representasi fisik dari
seekor Merpati. Namun demikian, Merpati
itu hanya merupakan representasi dari Roh Kudus. Sesuatu dalam kualitas dan
karakteristik dari Merpati itu melayani sebagai alat untuk mengambarkan Roh
Kudus.
Injil menekankan turunnya Roh Kudus sebagai seekor
Merpati dari langit yang menekankan bahwa Roh Kudus telah datang dari hadirat
Allah di surga. Hal itu tentu saja signifikan untuk menekankan berkat Bapa dan
pengurapan Putra-Nya untuk pelayanan publik-Nya. Merpati menggambarkan Roh
Kudus atas Kristus pada saat awal pelayanan-Nya di muka umum dan karena itu
menekankan kuasa dari Roh Kudus atas Kristus dalam pekerjaan-Nya. Merpati itu
melambangkan kemurnian (lih. Mat. 10:16) dan suatu representasi dari damai.
Jaminan. Di 2 Kor. 1:22, Paulus mengatakan bahwa Allah “memberikan Roh
Kudus dalam hati kita sebagai jaminan”. Kata jaminan (Yun. Arrabon) berarti
‘deposit pertama, uang muka, jaminan, yang merupakan pembayaran sebagian dari
harga barang yang dibayarkan muka, dan dengan demikian menjamin secara hukum
atas barang itu, atau membuat perjanjian itu sah,... (arrabon) merupakan suatu
pembayaran yang mewajibkan orang yang membuat kontrak untuk melakukan pembayaran
selanjutnya. Ef. 1:14 menyatakan natur dari Roh Kudus sebagai uang muka bagi glorifikasi
terakhir dan yang sempurna untuk kita di surga. Penebusan di Ef. 1:14 berharap
pada tahap akhir dari penebusan orang percaya, yaitu; puncak glorifikasi-Nya.
Roh Kudus sebagai jaminan adalah simbol dari keamanan dan kepastian orang
percaya dalam Kristus.
Api. Pada hari Pentakosta “lidah api” dibagikan dan tinggal di atas para rasul
(Kis. 2:3). Wahyu Allah akan Diri-Nya melalui Api bukan merupakan hal yang tidak
biasa dan akan dimengerti oleh orang Yahudi. Hal itu akan menunjukkan kehadiran
Allah. Kejadian yang tidak biasanya ini, yaitu dengan turunnya Roh Kudus
menunjukkan bahwa Allah hadir dalam perintiwa itu (lih. Kel. 3:2). Kejadian itu
juga mengindikasikan persetujuan Allah. Setelah kejadian itu, Petrus mewartakan
kebangkitan Yesus, dan api itu melambangkan persetujuan Allah atas pemberitaan
Petrus. (lih. Im. 9:24; 1 Raj. 18: 38-39). Api juga melambangkan penghakiman
Allah (lih. Im. 10:2).
Minyak. Minyak adalah tipologi dari Roh Kudus sebagaimana praktik di PL di mana
pengurapan para imam dan raja-raja merupakan tipologi dari pelayanan Roh Kudus.
Di Zak. 4:1-4 mengilustrasikan signifikansi minyak sebagai tipologi; minyak
mengambarkan kuasa Roh Kudus dalam menguatkan Yosua dan Zerubabel untuk
memimpin orang-orang dalam memenuhi pembangunan bait Allah di thn. 515 BC. Di 1
Sam. 10: 1, Samuel mengurapi Saul sebagai raja atas israel, pengurapan itu
merepresentasikan Roh Tuhan datang atas Saul untuk memimpin bangsanya (1 Sam.
10:6, 10). Namun demikian, peristiwa-peristiwa di PL hanya tipologi bagi
pelayanan Roh Kudus di PB.
Meterai. Roh Kudus dilihat sebagai meterai bagi orang percaya (2 Kor. 1:22; Ef. 1:
13; 4:30). Secara figuratif pemeteraian berarti ‘untuk menandai sebagai alat
identifikasi,... Di papirus, dari semua jenis binatang, sehingga tanda itu
menunjuk pada pemilikan yang juga berarti preteksi dari si pemilik. Pemberian
cap pada ternak merupakan paralel modren dari pemeteraian pada masa kuno (lih.
Yes. 44:5; Yezh. 9:4). Beberapa kebenaran penting muncul dari pemeteraian oleh
Roh Kudus. (1) Hal itu menunjukkan bahwa kepemilikan Allah. Meterai Roh Kudus
atas orang percaya menunjukkan bahwa orang percaya adalah milik Allah. (2) hal
itu menunjukkan sekuritas. Meterai itu bersifat permanen, menjelang hari penyelamatan
(Ef. 4:32). (3) hal itu juga menunjukkan otoritas. Sebagaimana otoriotas
pemerintah Romawi berada di atas wilayah di mana meterai Romawi itu
ditempatkan, maka otiritas Allah itu juga atas orang percaya kepada siapa Ia
telah memberikan Roh Kudus.
Air. Pada masa akhir ritus di Festival Tabernakel, imam membawa air dari kolam
Siloam dan menyiramkannya di saluran samping mezbah di tengah orang beribadah
yang sedang menyanyi. Peristiwa itu merupakan peristiwa yang penuh sukacita
dalam mengantisipasi kekuasaan Mesias yang mulia (Zak. 14: 16-21). Selama
peristiwa itu Yesus memproklamasikan “Dari dalam hatinya akan mengalir
aliran-aliran air hidup” (Yoh. 7: 37-38). Ayat selanjutnya memberikan
penjelasan; yang dimaksudkan-Nya ialah
Roh” (Yoh. 7:39). Air adalah suatu tanda dari Roh Kudus yang menunjuk pada hidup
kekal (Yoh. 4:14; 7: 37-38). Air menandai suatu penerimaan dari Roh Kudus (Yezh.
36: 25-27; Yoh. 7:39). Hal itu mengantisipasi berkat-berkat dalam kerajaan
seribu tahun.
Angin. Angin merupakan presentasi yang paling alamiah Roh Kudus karena kata roh
(pneuma ) yang diterjemahkan angin demikian pula roh. Kata Inggris seperti
pneumatic mengambil arti kata dari pneuma. Dalam penjelasan kelahiran baru pada
Nikodemus, Yesus membandingkan kelahiran oleh Roh Kudus dengan angin (Yoh.
3:8). Kelahiran baru merupakan karya kedaulatan Allah yang tidak kelihatan oleh
mata, sebagaimanaa angin yang bertiup, demikian pula kelahiran baru oleh Roh
Kudus. Roh Kudus melakukan sebagaimana yang dikehendaki-Nya, tidak ada yang
mendikte-Nya sama dengan tidak yang mendikte angin (1 Kor. 12:11).[24]
6.
PELAYANAN ROH
KUDUS DALAM PL.
Regenerasi.
Di Yoh. 3 Yesus menjelaskan
kelahiran baru (yang melibatkan regenerasi) kepada Nikodemus, mengingatkan dia
bahwa hal-hal itu telah diajarkan di PL. Yesus kelihatannya menunjuk pada
Yehezkiel 36, karena kedua bagian itu melibatkan suatu diskusi dari air dan
Roh. Di Yehz. 11:19 dan 36: 25-27 menjadikan Israel suatu pengalaman regenerasi
di Millenium. Meskipun bagian firman
Tuhan ini berbicara tentang masa yang akan datang, orang-orang percaya di PL
juga akan mengalami regenerasi. Hal akan memberikan mereka hati yang baru dan
roh yang baru – Ia akan menempatkan Roh-Nya di tengah mereka; ia akan meregenerasi
mereka. Meskipun bagian firman ini berbicara tentang masa yang akan datang,
orang-orang percaya di PL juga akan mengalami regenerasi. Di Yezh. 18:31
orang-orang itu diperintahkan untuk “perbaharuilah hatimu dan rohmu”. Kedua
frasa paralel adalah Yezh. 36:25-27 demikian pula Yoh. 3:5 dan menunjukkan
bahwa orang percaya di PL diregenerasi oleh Roh Kudus (lih. Maz. 51:12).
ROH KUDUS
MENDIAMI MANUSIA SECARA
SELEKTIF
Di Yoh. 14:16-17
Yesus mengindikasikan bahwa setelah Pentakosta, Roh Kudus akan memulai suatu
pelayanan baru bagi orang-orang percaya yang tidak sama dengan yang di PL.
Penekanan dari bagian itu adalah pelayanan baru tentang didiami (kontras dengan
Roh Kudus sekedar bersama dengan mereka) dan bersifat permanen, sedangkan di PL
sifatnya selektif dan sementara. (1) Roh Kudus mendiami sebagian orang di PL.
Roh Kudus mendiami Yosua (Bil. 27:18), dan Daud (1 Sam. 16:12-13). (2) Roh
Kudus turun atas sebaagian orang di PL. Charles C. Ryrie mengusulkan tidak ada
perbedaan besar antara ‘didiami’ dan ‘turun ke atas’, kecuali bahwa ide turun
ke atas kelihatannya menyiratkan karakter relasi Roh Kudus dengan orang kudus
di PL yang bersifat sementara dan transisi. Turun atas seseorang sementara
untuk melakukan tugas tertentu. Kalau tugas itu sudah dilaksanakan, Roh Kudus
tidak lagi berada di atas orang itu. Roh Kudus turun atas Otniel untuk menaklukkan
Kusyan Risyataim (Hak. 3:10); Ia turun atas Gideon untuk mengalahkan orang
Midian (Hak. 6:34); Ia turun atas Yefta untuk mengalahkan orang Amon (Hak.
11:29); Ia turun atas Simson untuk mengalahkan orang Filistin (Hak. 11:6); ia
turun atas Bileam untuk menubuatkan berkat atas Israel (Bil. 24:2). Suatu
evaluasi dari teks-teks itu memperlihatkan bahwa semua keterlibatan memberi
kuasa untuk aktivitas fisikal, tidak ada satupun berkaitan dengan keselamatan
dari dosa dalam pengertian apapun. (3) Roh Kudus memenuhi sebagian orang di PL.
Allah memenuhi Bezaleel dengan Roh Allah, untuk memberikan hikmat kepadanya
untuk pekerjaan sebagai ‘pengrajin’ untuk membuat rancangan memperindah
Tabernakel (Kel. 31: 2-5).
John Walvoord memberikan tiga
observasi berkaitan dengan Roh Kudus mendiami seseorang di PL. (a) Ia
menyatakan bahwa tidak ada bukti yang menyatakan bahwa pendiaman Roh Kudus
dalam hidup seseorang berkaitan dengan kondisi spritual orang itu. (b)
pendiaman Roh Kudus atas seseorang merupakan pekerjaan Allah berdasarkan
kedaulatan-Nya dalam rangka memberikan tugas tertentu, contohnya membebaskan
bangsa israel dalam peperangan. (c) pendiaman Roh Kudus bersifat sementara. Roh
Kudus turun atas saul tetapi kemudian meninggalkan dia (1 Sam. 10:10; 16:14).
Daud takut bahwa Roh Kudus akan meninggalkan dia (Maz. 51:13).
KEMAMPUAN UNTUK
MELAYANI
Di PL Roh Kudus
diberikan pada waktu memilih seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu.
Kemampuan yang diberikan termasuk ; kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan
artistik untuk Tabernakel dan bait Suci; kemampuan untuk memimpin bangsa
diberikan kepada Yosua (Bil. 27:16-18), Saul (1Sam. 10:10) dan Daud (! Sam.
16:13), Otniel, Gideon, dan kekuatan secara fisik diberikan kepada Simson (Hak.
14:19).
RELASI ROH
KUDUS DENGAN KRISTUS.
Yesaya bernubuat
bahwa Roh Kudus akan tinggal pada Mesias (Yes. 42:1), dan memberikan hikimat,
kekuatan, dan pengetahuan kepada-Nya dalam pelayanan-Nya (Yes. 11: 2-3). Narasi
Injil terus menerus mencerminkan kuasa dari Roh Kudus atas Kristus dalam
pelayanan-Nya untuk menggenapi nubuat Yesaya. Hal itu bukan berarti Kristus
tidak memiliki kuasa pada diri-Nya sendiri; Ia memiliki kuasa (Yoh. 10:18).
KEHIDUPAN DAN
PELAYANAN KRISTUS
Roh Kudus mengurapi
Kristus. Luk. 4:18 mengindikasikan Kristus diurapi oleh Roh Kudus, saat
pembaptisan-Nya ketika itu Roh Kudus terlihat atas Kristus. Turunnya Roh Kudus
atas Yesus menggenapi nubuat di Yes. 61:1. Sebagaimana hanya seorang raja
diurapi (2 Sam. 2:4) dan para imam diurapi (Kel. 28:41), demikian pula Mesias
diurapi. Tindakan mengurapi meliputi kuasa; dalam hal ini Roh Kudus mengurapi
sendiri dan memberi kuasa pada Kristus untuk pelayanan.
Beberapa dapat
dibuat untuk meringkas pengurapan Kristus ; (1) Pengurapan itu menunjukkan
bahwa Yesus adalah Mesias dan Raja Israel. (2) Pengurapan memperkenalkan Yesus
pada pelayanan-Nya pada umum (Kis. 10:38). Setelah pembaptisan-nya, Yesus
memulai pelayanan-Nya kepada umum, baik dalam mengajar dan mengadakan mujizat.
(3) Pengurapan itu memberi kuasa kepada Yesus untuk pelayanan-Nya di muka umum
(Luk. 4:18). (4) Pengurapan merupakan tanda keotentikan keilahian dari Yesus.
Pada saat pembaptisan Kristus, Bapa dengan suara yang dapat didengar oleh orang
banyak , “inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat.
3:17), meneguhkan Yesus sebagai Mesias kepada bangsa itu.
7.
DOSA
MELAWAN ROH KUDUS
Meskipun kitab Suci
berbicara tentang dosa melawan Roh Kudus sebagai memadamkan (1 Tes. 5:19) dan
mendukakan (Ef. 4:30), namun menghujat Roh Kudus yang bisanya ada dalam pikiran
kita pada waktu ‘dosa’ melawan Roh Kudus disebut. Dalam membahas dosa melawan
Roh Kudus (Mat. 12:31-32) adalah penting untuk melihat dan mempertimbangkan
latar belakang dosa yang dilakukan. Yesus telah menyatakan diri-Nya sendiri
pada bangsa Israel melalui pengajaran-Nya (Mat. 5-7) dan mukjizat-mukjizat-Nya
(Mat. 8-10). Tanda-tanda kemesiasan telah ditampilkan di tengah-tengah bangsa
itu. Sekarang para pemimpin agama datang untuk menyelidiki sendiri tentang
Kristus (lih. Luk. 5:14, 17). Siapakah Kristus itu? Apakah Ia Sang Mesias itu? Konklusi
para pimpinan Yahudi itu di ambil di Mat 12 dan puncaknya adalah melawan Roh
Kudus. Mereka membawa orang yang kerasukan kepada Yesus dan menyembuhkan orang
itu, mereka mengatakan “dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan.
Latar belakang ini penting untuk membahas dosa di Mat. 12:31-32.
Dosa melawan Kristus. Dosa melawan Roh Kudus, inti persoalannya dinyatakan
di Mat 12:24. Para pemimpin agama telah mendengar Kristus mengajar dan telah
melihat tanda-tanda mujizat-mukjizat-Nya, tetapi mereka berkata Kristus
melakukan mujizat dengan kuasa setan. Dosa melawan Roh Kudus, Allah telah
menyatakan “Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya (Mat. 12:18), tetapi mereka
mengatakan ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Mereka menyamakan
pekerjaan Kristus dengan pekerjaan setan. Dosa melawan Roh itu adalah final dan
tidak terampuni karena mereka telah menyaksikan perkataan dan pekerjaan Kristus
dan telah menolak kesaksian terakhir, kesaksian dari Roh Kudus (dosa menghujat
Roh Kudus sama dengan ketidak percayaan kepada Kristus). Tidak ada kesaksian
yang lain akan diberikan kepada mereka. hal itu harus dicatat bahwa dosa
melawan Roh itu adalah kekal (Mat. 12:31-32). Tidak ada kesempatan lagi untuk
bertobat; hal itu tidak dapat dimaafkan dan tidak akan pernah diampuni.
8. BAPTISAN SEBAGAI
KARYA ROH KUDUS.
Apakah baptisan Roh
Kudus itu? Di dalam PB ada beberapa perkataan yang dipakai untuk menerangkan
Baptisan Roh Kudus. : “dibaptis dengan Roh Kudus, Penuh dengan Roh Kudus,
Turunlah Roh Kudus ke atas semua orang, Roh Kudus dicurahkan ke atas
bangsa-bangsa lain juga, Aku mengirim
kepadamu apa yang dijanjikan bapaku, Terimalah Roh Kudus, Kekuasaan dari
tempat tinggi, dan Roh Kudus mengurapi. Semua perkataan di atas menerangkan
satu pekerjaan atau pengalaman, yaitu berkenan dengan menyambut Roh Kudus (lih.
Ris. Ras. 1: 5; 4: 8; 10: 44-46; 11: 15-17; 19: 2-6; Luk. 4: 18; 24: 49).
Menyambut satu pribadi adalah satu pengalaman yang jelas dan pasti. Jadi orang
yang mengalami itu dapat mengetahui apakah ia sudah menerima-Nya atau belum.
Memang Roh Kuduslah yang melahirkan
kembali orang-orang yang percaya kepada Kristus (Yoh. 3: 3-5). Orang dibaptis
ke dalam tubuh Kristus. Dengan demikian Roh Kudus ada pada tiap-tiap orang yang
sungguh-sungguh percaya akan Tuhan Yesus, akan tetapi itu bukan berarti bahwa
tiap-tiap orang Kristen sudah dibaptis dengan Roh Kudus. Sering terjadi, seorang
dilahirkan kembali tetapi tidak dibaptis oleh Roh Kudus. Jelas dari Kis. Ras
19: 1-2 bahwa baptisan dengan Roh Kudus adalah pekerjaan Roh Kudus yang berbeda
dengan kelahiran kembali, dan hal itu hanya terjadi setelah seseorang
dilahirkan kembali sebagai kelanjutan dari kelahiran kembali itu. Dalam
kelahiran kembali kita menerima hidup baru oleh pekerjaan Roh Kudus, yaitu
keselamatan, tetapi hal dibaptiskan dengan Roh Kudus kita menerima kuasa untuk
hidup dalam kesucian dan kuasa yang
melengkapi kita untuk melayani Tuhan.
Berikut ini kita menyelidiki beberapa
hal dalam Kisah para Rasul :
1.
Pada hari
Pentakosta Roh Kudus telah turun ke atas sekelompok orang yang sudah dilahirkan
kembali, tetapi baru pada hari pentakosta mereka itu dibaptiskan dengan Roh
Kudus.
2.
Kis. Ras 8:
12 bahwa orang-orang Samaria itu sudah diselamatkan, tetapi dalam ayat 15-16
diterangkan bahwa sesudah rasul-rasul itu tiba di sana, Rasul-Rasul mendoakan
mereka lalu mereka dibaptiskan dengan Roh Kudus. Nyatalah bahwa mereka dibaptis
dengan Roh Kudus sesudah mereka lahir kembali.
3.
Orang-orang
dalam rumah Kornelius telah percaya akan Tuhan Yesus, lalu mereka dibaptiskan
dengan Roh Kudus sehingga mereka dapat berkata-kata dalam berbagai bahasa. Di
sini kita melihat dua hal yang dilakukan oleh Roh Kudus, yaitu Roh Kudus
membuat seseorang percaya dan dilahirkan kembali, dan orang itu dibaptiskan
dengan Roh Kudus.
4.
Ketika
orang-orang di Efesus baru percaya, mereka tidak dibaptiskan dengan Roh Kudus.
Mereka hanya dibaptiskan dengan Baptisan Yohanes, yaitu baptisan pertobatan,
tetapi Paulus mendoakan mereka supaya mereka menerim Roh Kudus.
Dari Kitab Kis. Ras
kita dapat mengetyahui bahwa Allah bekerja menurut kedaulatan-Nya sendiri, dan
tidak me nuruti aturan-aturan asas pelajaran manusia. Meskipun demikian ada
empat hal yang tegas :
a.
Kelahiran
kembali dan menerima Roh Kudus adalah dua pengalaman yang berbeda dan tidak
sama
b.
Seseorang
dapat diselamatkan tanpa dibaptis oleh
Roh Kudus.
c.
Ada kalanya seseorang langsung dibaptis oleh
Roh Kudus pada waktu kia percaya (dilahirkan kembali).
d.
Sering kali
Roh Kudus disambut sesudah seorang diselamatkan. [25]
Subyek baptis dan sebagai karya Roh Kudus telah menjadi hal yang
diperdebatkan, dan sering menghasilkan berbagai pendapat. Baptisan itu
dibingungkan dengan baptisan air. Meskipun ada banyak ayat yang menunjuk pada
baptisan Roh, sebagian orang melihat ayat-ayat itu menunjuk pada baptisan air
(lih. Rom. 6:4; Gal;. 3:27). Sebagian orang mengerti baptisan Roh sebagai
“berkat kedua”, di mana diberikan kuasa untuk pelayanan dan atau dapat
dimanifestasikan melalui bahasa roh. Bagian dari kebingungan terletak pada
kegagalan untuk mengerti natur khusus dari gereja. Pada waktu Pentakosta gereja
lahir dan Roh Kudus memulai pekerjaan membangun gereja dengan baptisan orang
percaya kepada tubuh Kristus.
Baptisan Roh Kudus dapat dijabarkan sebagai pekerjaan di mana Roh Kudus
menempatkan orang percaya ke dalam persekutuan dengan Kristus dan ke dalam
persekutuan dengan orang-orang percaya lain dalam tubuh Kristus (1 Kor.
12:13).
Beberapa
penjelasan:
o
Baptisan Roh
Kudus adalah unik bagi zaman gereja. Dasar referensi 1 Kort. 12:13, yang
menyatakan “Sebab dalam satu Roh Kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang
Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan
kita semua diberi minum dari satu Roh “. Pelayanan Roh Kudus muncul pada waktu
pentakosta (lih. Kis. 2). Pekerjaan baptisan tidak muncul di PL adalah unik bagi
zaman gereja yang mulai pada waktu Pentakosta.
o
Baptisan Roh
Kudus mencakup semua orang percaya pada saat itu. Penekanan bahwa semua
dibaptis oleh Roh Kudus, dinyatakan dalam beberapa bagian Alkitab (Rom 6) dan
di Gal. 3: 27-28. Kita semua dibaptis dalam Kristus dan menjadi satu dalam
Kristus tidak peduli apa orang Yahudi, Yunani, budak, merdeka, laki-laki dan
perempuan.
o
Baptisan Roh
Kudus membawa orang percaya ke dalam persekutuan dengan orang percaya yang lain
dalam tubuh Kristus. Perlu juga dicatat bahwa kondisi spritual orang percaya
bukan menjadi suatu faktor.
o
Baptisan Roh
Kudus membawa orang percaya ke dalam persekutuan dengan Kristus . Ia yang
dibaptis ke dalam Kristus (Rom. 6: 3) juga dipersatukan dengan Dia (Rom. 6:5).
Kebenaran ini melarang baptisan Roh Kudus sebagai karya setelah keselamatan.
o
Baptisan Roh
Kudus bukan satu pengalaman. Oleh karena hal ini merupakan satu karya yang
dilakukan terhadap orang percaya bukan oleh orang percaya, dan karena baptisan
terjadi bersamaan dengan keselamatan.
o
Baptisan Roh
Kudus dilakukan oleh Roh Kudus, tidak ada dua baptisan oleh Roh Kudus. Sebagian
orang membedakan antara 1 Kor. 12:13, oleh satu Roh mengusulkan penempatan ke
dalam tubuh Kristus dan Kis. 1:5, untuk pelayanan. Namun demikian, kata depan
Yunani yang sama ‘en’ yang digunakan dalam kedua frasa itu, dan suatu usaha
untuk membedakan frasa Yunani yang sama yang digunakan dalam kedua bagian
firman Tuhan itu. Roh Kudus adalah ‘agen’ dari baptisan itu (Kis. 1:5; 1 Kor.
12:13).
9.
PENYERTAAN ROH
KUDUS
Sebelum Tuhan Yesus naik ke Surga ,Ia menjanjikan Roh Kudus yang akan
menyertai murid-murid-Nya dan orang percaya secara permanen (Yoh. 14:16).
Pernyertaan yang sifatnya permanen ini bukan hanya bagi orang-orang tertentu
saja, tetapi bagi semua orang percaya. Ada beberapa indikator yang meneguhkan
fakta ini :
Roh Kudus adalah suatu karunia. Karunia yang diberikan kepada semua orang
percaya di dalam Kristus tanpa pengecualian, tidak ada kondisi tersangkut pada
karunia Roh Kudus kecuali beriman kepada Kristus (Yoh. 7: 37-39). Banyak bagian
kitab suci yang berbicara tentang Roh Kudus yang ‘diberikan’ kepada orang
percaya. Kata diberi dalam bagian ini berarti ‘melimpahkan suatu karunia’ (lih.
2 Kor. 1:22; 1 Tes. 4:8; 1 Yoh. 4:13). Karena Roh Kudus adalah suatu karunia
yang diberikan, maka tidak ada yang dapat dilakukan manusia selain menerima.
Roh Kudus diberikan pada waktu keselamatan. Di Ef. 1:13 mengindikasikan
bahwa Roh Kudus duberikan pada saat keselamatan. Pemeteraian (penyertaan)
dengan Roh Kudus terjadi pada saat orang percaya. Hal yang sama ditekankan juga
di Gal. 3:2. Orang yang tidak percaya kepada Kristus, tidak memiliki Roh Kudus
dan mereka bukan milik Kristus (Rom. 8:9).
Roh Kudus tinggal
pada diri orang percaya secara permanen. Bukan hanya Roh Kudus tinggal dalam
semua orang percaya, tetapi Ia juga tinggal secara permanen (Yoh. 14:16). Roh
Kudus diberikan pada orang percaya sebagai “uang muka”, suatu verifikasi bagi
glorifikasi mereka di masa yang akan datang (2 Kor. 1:22; Ef. 4:30).
Pemeteraian Roh Kudus adalah salah satu dari banyak karya Allah yang
ditujukan pada orang percaya untuk menjamin keselamatan (lih. 2 Kor. 1:22; Ef.
1:13; 4:30). 2 Kor. 1:22 mengatakan Allah “memeteraikan tanda milik-Nya atas
kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari
semua yang telah disediakan untuk kita. Di masa PL suatu meterai digunakan
dalam banyak cara ; meterai untuk menyatakan keotentikan suatu dokumen; meterai
untuk keotentikan perpindahan kuasa dari suatu penguasa ke penguasa yang lain;
meterai sebagai kunci untuk mengamankan sesuatu, dilakukan oleh penguasa yang
berototitas dan memiliki kekuatan secara intrinsik; meterai digunakan untuk memverifikasi
suatu dokumen seperti biaya untuk perceraian. Roh Kudus diberikan kepada
seseorang yang percaya pada Kristus sebagai suatu meterai, yang
mengidentifikasi orang percaya sebagai milik Allah. Inti prinsipil dari meterai
adalah pemilikan. Orang percaya dimeteraikan oleh Roh Kudus untuk menyatakan
bahwa orang percaya adalah milik Allah.
Penekanan pemeteraian, bukan hanya pemilikan melainkan juga jaminan. Roh Kudus
mengabsahkan bahwa orang percaya secara permanen adalah milik Allah.
Ide prinsipil dari meterai adalah pemilikan. Di 2 Kor. 1:22,
mengindikasikan bahwa Roh Kudus sendiri adalah meterai. Frasa memberikan Roh
Kudus di dalam hati kita menjelaskan tentang pemeteraian itu, yang telah
dilakukan pada diri orang percaya. Hal ini bukanlah sesuatu yang dilakukan oleh
orang percaya itu sendiri. Lebih itu pemeteraian itu sifatnya permanen.
Pemeteraian itu bukan hanya menekankan kepemilikan melainkan juga jaminan. Roh
Kudus mengabsahkan bahwa orang percaya secara permanen adalah milik Allah.
10.
KARUNIA-KARUNIA ROH
KUDUS
Ada dua kata dalam bhs. Yunani yang digunakan untuk menjabarkan
karunia-karunia rohani. (1) pneumatikos, artinya ‘hal-hal rohani’ atau ‘sesuatu
yang dikaitkan dengan Roh Kudus’. Kata ini menekankan natur rohani dan asal
dari karunia rohani yang diberikan Roh Kudus kepada orang percaya. (2) Kata
kedua ‘chrisma’ artinya pemberian berdasarkan anugerah. Kata charisma
menekankan bahwa suatu karunia rohani adalah pemberian berdasarkan anugerah
Allah; hal itu bukan perkembangan kemampuan secara alamiah melainkan suatu
pemberian yang dilimpahkan kepada orang percaya (1 Kor. 12:4).
Definisi singkat dari karunia rohani adalah suatu ‘pemberian anugerah’.
Definisi yang lebih lengkap adalah ‘pelimpahan ilahi akan kemampuan khusus
untuk pelayanan atas anggota tubuh. Konsep yang tercakup dalam karunia-karunia
rohani (a) karunia rohani pada seseorang adalah perlengkapan dari Allah bagi
pelayanan rohani secara individu (1 Kor. 12:11). (b) suatu karunia rohani bagi
gereja adalah di mana secara unik seseorang diperlengkapi bagi pendidikan dan
pendewasaan gereja (Ef. 4:11-13).
Karunia rohani tidak sama dengan bakat alamiah, mungkin ada kaitan, tetapi
suatu bakat alamiah adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang sejak lahir
dan kemudian berkembang, sedangkan karunia rohani diberikan secara supranatural
oleh Allah pada saat pertobatan.
DESKRIPSI DARI
KARUNIA-KARUNIA ROHANI
RASUL. Suatu
perbedaan penting harus dibuat antara karunia dan jabatan Rasul. Jabatan rasul
dibatasi hanya pada kedua belas murid, dan Paulus. Yesus memilih 12 murud-Nya
dan mereka itu disebut rasul. Kualifikasi bagi jabatan rasul diberikan di Kis.
Ras. 1:21-22, mereka itu harus telah berjalan bersama Tuhan dari baptisan
Yohanes sampai kenaikkan Kristus. Kerasulan Paulus unik, ia menunjuk dirinya
sendiri sebagai seorang rasul tetapi “anak yang lahir sebelum waktunya” (1 Kor.
15:8-9).
Karunia rasul disebut di 1 Kor. 12:28 dan Ef. 4:11. Kata rasul berasal dari
apo yang berarti ‘dari’, dan stello yang berarti ‘mengutus’. Jadi seorang rasul
adalah seseorang yang ‘diutus dari’. Dalam pengertian teknis dibatasi hanya
pada kedua belas murid yang telah memiliki jabatan rasul demikian juga sebagai
karunia. Dalam pengertian umum kata rasul juga digunakan dalam pengertian umum
yaitu seorang “utusan” atau seseorang yang diutus karena Kristus. Hal itu
menunjuk pada rasul tetapi tidak memiliki jabatan atau karunia.
NABI. Karunia
bernubuat disebut di Rom. 12:6 dan 1 Kor. 12:10; Ef. 4:11). Seorang nabi
menerima informasinya melalui wahyu secara langsung dari Allah. Contoh nabi
Agabus mengumumkan bala kelaparan yang akan terjadi di dunia (Kis. 11:28) dan
penangkapan Paulus di Yerusalem (Kis. 21:10-11). Melalui wahyu secara langsung
seorang nabi menerima pengetahuan tentang ‘misteri” ilahi (1 Kor. 13:2).
Seorang nabi menerima wahyu secara langsung dari Allah dan mengajar orang-orang
untuk mendidik, menasehati, dan menghibur mereka (1 Kor. 14:3). Oleh karena
wahyu berasal dari Allah, maka wahyu itu benar; kesejatian para nabi
diperlihatkan dalam keakuratan dari nubuat itu (Ul. 18:20,22). Jadi, nubuat
melibatkan apa yang akan terjadi di masa akan datang dan pemberitahuan tentang kebenaran
Allah berkaitan dengan nasehat dan perintah.
MUKJIZAT (1 Kor.
12:10,28). Kata mukjizat berarti ‘kuasa’ atau suatu karya dari kuasa. Contoh
dari pelaksanaan mukjizat adalah pada waktu Petrus menghakimi Ananias dan
Safira (Kis. 5:9-11) dan pada waktu Paulus menghakimi Elimas sang petenung
dengan kebutaan (Kis. 13: 8-11). Kata itu digunakan untuk menjabarkan mukjizat
Kristus (Mat. 11:20,21,23; 13:54). Mukjizat-mukjizat diberikan untuk menyatakan
keotentikan berita. Allah memampukan para utusan-Nya untuk mempertunjukkan
mukjizat-mukjizat untuk meneguhkan berita yang baru diberikan oleh mereka.
KESEMBUHAN ( 1 Kor.
12:9). Aspek yang lebih sempit dari karunia mukjizat adalah karunia
menyembuhkan (! Kor. 12:9,28,30). Kata yang digunakan adalah bentuk jamak (Yun.
Iamaton) kesembuhan-kesembuhan dalam 1 Kor. 12:9 mengajarkan perbedaan kelas
dan penyakit yang disembuhkan. Karunia kesembuhan melibatkan kemampuan
seseorang untuk menyembuhkan orang lain dari segala bentuk penyakit.
Kesembuhan-kesembuhan itu adalah secara spontas Mrk. 1:42); sempurna (Mat. 14:36);
permanen (Mat. 14:36) terbatas penyakit fisik (Mrk. 1:40), bukan penyakit
psikologis, tidak bersyarat (termasuk orang tidak percaya yang tidak beriman
dan tidak mengenal Yesus (Yoh. 9:25). Tujuannya bukan sekedar untuk membebaskan
orang dari penderitaannya dan penyakitnya.
Suatu perbedaan harus dibuat di antara karunia menyembuhkan dan karunia
kesembuhan. Namun demikian, Allah akan tetap merespon doa-doa dari
anak-anak-Nya dan menyembuhkan seseorang dari penyakitnya; namun demikian tanpa
alat dari orang lain. Allah dapat menyembuhkan seseorang secara langsung. Suatu
perbedaan antara dua bentuk kesembuhan ini muncul dalam Kis. Ras. 9, di mana
Petrus menyembuhkan Eneas melalui karunia (Kis. 9:34) tetapi Allah menyembuhkan
Tabita sebagai respon dari doa Petrus (Kis. 9:40).
Haruslah juga diperhatikan bahwa ada sejumlah contoh di mana Allah memilih
untuk tidak menyembuhkan orang (2 Kor. 12:8-9; 1 Tim. 5:23).
BAHASA BAHASA LIDAH ( 1 Kor. 12:28).Sejumlah
observasi menolong untuk mengklatifikasi arti dari karunia ini. (1) Kitab Kis.
Ras. Menyatakan bahwa bahasa lidah di Alkitab adalah bahasa-bahasa (Kis. 2:
6,8,11). Pada waktu pendatang orang Yahudi datang ke Yerusalem pada hari
pentakosta mereka mendengar para rasul memproklamasikan Injil dalam bahasa
daerah mereka masing- masing (ay. 8-11). (2) Bahasa lidah di Kis. Ras. dan
Korintus adalah sama.
Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa bahasa lidah di Korintus berbeda
dengan yang ada di Kis. Ras. Atau bahwa itu bahasa malaekat (1 Kor. 13:1). (3)
bahasa lidah adalah karunia yang lebih rendah (1 Kor. 12:28). Dasar karunia itu
diberikan untuk pembangunan gereja di mana para rasul, nabi ,penginjil,
gembala-pengajar dan pengajar (1 Kor. 12:28; Ef. 4:11). Bahasa lidah disebutkan
terakhir mengindikasikan bahwa itu bukan merupakan yang utama atau karunia
fondasional (1 Kor. 12:28). (4) bahasa Lidah adalah tanda yang sementara (1
Kor. 13:8). Frasa mereka akan berhenti adalah dalam bentuk middle voice,
menekankan ‘mereka akan berhenti dengan sendirinya’. Implikasi bahwa bahasa
lidah tidak akan berlanjut sampai yang sempurna datang, saat pengetahuan dan
karunia bernubuat terhenti dan berhenti sejalan dengan kebergunaannya berhenti.
Apabila bahasa lidah berlanjut sampi yang sempurna datang, kata kerjanya akan
dalam bentuk pasif.
Bahasa lidah merupakan bagian dari masa mukjizat Kristus dan para rasul dan
itu dibutuhkan, bersamaan dengan karunia mukjizat, sebagai tanda keotentikan
dari rasul-rasul (2 Kor. 12:12). Bahasa lidah adalah karunia sebagai tanda dari
tahap kanak-kanak dari gereja (1 Kor. 13: 10-11; 14:20).
Bahasa lidah digunakan sebagai tanda bagi orang percaya yahudi dan dalam
pengertian ini digunakan dalam penginjilan (1 Kor. 14: 21-22). Pada orang tidak
percaya Yahudi akan masuk dalam jemaat dan mendengar orang berbicara dalam
bahasa asing itu merupakan tanda bahwa Allah bekerja di tengah mereka, masa
akhir dari era Yesaya (Yes. 28:11-12). Tanda ini akam memimpin mereka pada iman
kepada Yesus sebagai Mesias mereka.
Penafsiran bahasa lidah (1 Kor. 12:10). Karunia menafsirkan bahasa lidah
meliputi kemampuan supernatural dari seseorang dalam jemaat untuk menafsirkan
bahasa asing yang dikatakan oleh seseorang yang memiliki karunia bahasa lidah.
Bahasa itu akan diterjemahkan ke dalam bahasa yang dimengerti oleh orang-orang
yang hadir.
PENGINJILAN (Ef.
4:11). Kata euanggelitas yang berarti seseorang yang proklamasikan kabar baik.
Salah satu definisi karunia penginjilan adalah karunia memproklamasikan kabar
baiki tentang keselamatan secara efektif sehingga orang akan berespons pada
klaim tentang Kristus dalam pertobatan dan dalam pemuridan.
Beberapa hal
dilibatkan dalam karunia penginjilan. (1) suatu beban bagi orang yang terhilang
dan memiliki kerinduan besar untuk melihat orang-orang diselamatkan. (2)
memproklamasikan kabar baik juga kepada orang percaya secara individu. (3)
Suatu presentasi yang jelas. Seorang penginjil memiliki kemampuan untuk
menyampaikan Injil secara sederhana dan cara yang jelas, ia memprolamasikan
kebutuhan dasar dari keselamatan; dosa, kematian, iman, pengampunan,
rekonsiliasi—dengan suatu cara di mana orang percaya tanpa latar belakang
Alkitab dapat mengerti Injil. (4). Suatu sukacita melihat orang datang pada
Kristus. Karena itu adalah bebannya dan kerinduannya, maka penginjil akan
bersukacita pada waktu datang dan beriman kepada Kristus.
Meskipun hanya
sebagian orang yang memiliki karunia penginjilan, semua orang percaya harus
melakukan penginjilan (2 Tim. 4:5).
PENDETA-PENGAJAR
(Ef. 4:11). Kata pendeta (yun. Poinenas) secara harafiah berarti “gembala” dan
digunakan hanya di sini sebagai satu karunia. Kata itu lebih menekankan pada
pekerjaan penggembalaan secara spiritual oleh seorang pendeta-pengajar. Sebagai
gembala seorang pendeta, ia memperhatikan jamaat, ia membimbing, menjaga,
melindungi, dan memelihara mereka yang berada di bawah penggembalaannya. Hal
itu harus dilakukan secara sukarela, bukan nuntuk keuntungan materi juga bukan
dengan cara menjadi tuan atas orang percaya tetapi menjadi teladan kerendahhatian
(1Pet. 5:2-5). Ada aspek kedua dari karunia ini; aspek ini melibatkan kemampuan
untuk mengajar. Apa bila memiliki karunia ini, ia seorang pendeta dan pengajar.
Sebagai seorang pengajar, penekanan pada metode yang dipakai gembala dalam
mengerjakan pekerjaannya. Ia membimbing, ia menjaga, ia melindungi melalui
mengajar.
Pengajar (Rom. 12:7; 1 Kor. 12:28). Seorang pendeta juga adalah seorang
pengajar, tetapi seorang pengajar tidak harus seorang pendeta. Ada dua hal
harus diperhatikan berkaitan dengan karunia mengajar. (a) hal itu menuntut
perkembangan dan dituntut studi secara serius dan kesetiaan dalam menggunakan
karunia itu. (b) mengajar tidak sama dengan bakat alamiah. Kemampuan alamiah
dan karunia rohani untuk mengajar tidaklah sama.
MELAYANI (Rom. 12:7).
Kata melayani (Yun. Diakonia) adalah kata umum untuk melayani orang lain.
Aspek lain melayani
adalah menolong orang percaya lain yang membutuhkan pertolongan secara fisik.
Contoh; Timotius dan Erastus melayani Paulus di Efesus (Kis. 19:22), Paulus melayani
orang percaya vdi Yerusalem dengan membawa mereka uang persembahan (Rom.
15:25); Onesiferus melayani di Efesus dll.
MENOLONG (1 Kor.
12:28). Kata menolong (Yun. Antilempsis) menunjuk pada perbuatan yang berguna,
membantu. Arti dasar dari kata itu adalah melakukan sesuatu bagi orang lain.
Karunia menolong
berarti memegang seseorang dengan kokoh, dengan tujuan untuk menolong.
Oleh karena itu;
pertolongan-pertolongan ini kemungkinan besar berkaitan dengan orang-orang yang
berbeda dalam kebutuhan seperti; miskin, sakit, janda-janda, yatim, orang
asing, orang yang sedang dalam perjalanan.
IMAN (1 Kor. 12:9).
Sementara semua orang percaya memiliki iman yang menyelamatkan (Ef. 2:8), namun
karunia iman hanya dimiliki sebagian orang percaya. Karunia iman adalah iman
yang memanifestasikan dirinya sendiri dalam tindakan kepercayaan yang tidak
umum. Orang ini memiliki kapasitas untuk melihat sesuatu yang butuh untuk
dilakukan dan percaya bahwa Allah akan melakukannya melalui dia walaupun
kelihatannya hal itu tidak mungkin. Contoh Stevanus memperlihatkan karunia ini
ia disebut laki-laki yang penuh iman.
MENASEHATI (Rom.
12:8). Kata menasehati (Yun. Parakalon) berarti ‘dipanggil untuk berjalan di
samping seseorang untuk menolong’. Penasehat adalah seseorang yang memiliki
kemampuan untuk mendorong kehendak seseorang dan membuat orang itu bertindak.
Karunia menasehati seringkali disertai dengan karunia mengajar (lih. 1 Tim.
4:13; 6:2), dan ditujukan pada hati nurani dan hati seseorang, kadang juga
memberi penghiburan pada waktu seseorang menghadapi pencobaan atau tragedi
(Kis. 4:36; b9:27; 15:39).
MEMBEDAKAN ROH (1Kor.12:10).
Mereka yang memiliki karunia ini diberikan kemampuan supranatural untuk
menuntukan apakah wahyu itu berasal dari Allah atau wahyu palsu. Nasehat
Yohanes adalah untuk ‘menguji roh’ berkaitan dengan hal di atas (1 Yoh. 4:1).
Demikian pula, pada waktu dua atau tiga orang berbicara tentang wahyu Allah di
jemaat, mereka memiliki karunia untuk membedakan roh untuk menentukan apakah
wahyu itu berasal dari Allah atau palsu. (bd. 1 Yoh. 4:1). Dalam jemaat Allah,
juga ada yang diberikan Tuhan karunia untuk membedakan roh, untuk menentukan
apakah wahyu itu berasal dari Allah (1 Kor. 14:29; lih. 1 Tes. 5:20-21). Oleh
karena untuk membedakan roh bergantung pada wahyu yang diberikan, maka karunia
membedakan roh juga telah berhenti.
MURAH HATI (Rom.
12:8).memperlihatkan kemurahan (Yun. Eleon) berarti; merasa iba, memperlihatkan
belas kasihan. Dalam kehidupan Kristus, memperhalihatkan kemurahan hati dengan
menyembuhkan orang sakit (Mat. 9:27; Mat. 17:15; Luk. 17:13. Karunia itu
memperlihatkan kemurahan yang berkaitan dengan memperlihatkan belas kasihan dan
menolong orang miskin, sakit, susah, dan menderita.
MEMBERI (Rom.
12:8). Kata memberi (Yun. Metadidous) berarti “berbagi dengan seseorang”, jadi
karunia memberi adalah kemampuan yang tidak biasa dan kerelaan untuk berbagi
m,ateri dengan orang lain. Orang yang memiliki karunia memberi dalam berbagi
harta bendanya dengan semangat dan sukarela. Hal ini menunjuk pada tangan yang terbuka
dan hati yang terbuka dalam berbelas kasihan dan dengan satu tujuan, bukan dari
ambisi. Karunia ini tidak diberikan hanya kepada orang kaya, tetapi juga pada
orang Kristen biasa.
MEMIMPIN (Rom.
12:8; 1 Kor. 12:28). Kata ini berasal dari bahasa (Yun. Prohistimi), yang
berarti ‘berdiri di atas’, jadi memimpin, memerintah, atau membimbing. Kata ini
digunakan bagi seorang penatua di 1 Tes. 5:12 dan 1 Tim 5:17; 1 Kor. 12:28
menunjuk pada karunia “administrasi” (Yun. Kubernesis), secara harafiah berarti
“mengendalikan kapal”. Kata ini juga menunjuk pada pengasuh Sekolah Minggu dan
di samping pelayanan gereja lokal seperti rektor atau pembantu rektor di
Universitas Kristen atau sekolah Teologi.
HIKMAT (1 Kor.
12:8). Karunia hikmat adalah penting, dimana karunia itu ditempatkan diurutan
pertama dari karunia-karunia itu. Penjelasan karunia hikmat dijelaskan lebih
rinci lebih panjang lebar di 1 Kor. 2:6-12 di mana karunia ini dilihat sebagai
bagian yang dari wahyu yang dikomunikasikan kepada orang percaya. Karunia
hikmat merupakan seluruh sistem kebenaran yang dinyatakan.
Seorang yang memiliki
karunia hikmat memiliki kapasitas unjtuk kebenaran yang dinyatakan oleh Allah dan
menyajikannya pada jemaat Allah. Karena karunia ini berkaitan dengan penerimaan
dan pemberian wahyu langsung dari Allah, maka karunia itu tel;ah bersamaan
dengan selesainya kanon kitab Suci.
PENGETAHUAN (1 Kor. 12:8). Karunia Pengetahuan
muncul berkaitan erat dengan karunia hikmat dan menunjuk pada kemampuan secara
tepat untuk mengerti kebenaran-kebenaran yang dinyatakan kepada para rasul dan
nabi. Karunia ini berhubungan dengan karunia dasar dari bernubuat dan mengajar,
yang berkaitan dengan mengkomunikasikan wahyu langsung Allah kepada para rasul
dan nabi (1 Kor. 12:28).
11.
PEMENUHAN OLEH
ROH KUDUS
Dasar dari
kepenuhan oleh Roh Kudus di Ef. 5:18 “hendaklah kamu penuh dengan Roh Kudus”.
Perintah untuk dipenuhi oleh Roh Kudus diberikan dalam kontras dengan
peringatan “jangan mabuk oleh anggur”. Kemabukan memperlihatkan ketidakmampuan
orang itu untuk menguasainya. Natur dari kehidupan orang Kristen adalah kontras
dengan natur dari pemabuk yang tidak terkontrol. Arti dari dipenuhi (Yun.
Plerousthe) adalah penguasaan. Roh Allah yang menyertai adalah pribadi yang harus terus menerus
mengontrol dan mendominasi kehidupan. Kontras yang lebih lanjut dapat dicatat
antara orang percaya yang rohani dan orang percaya duniawi (1 Kor. 2:9 -3:4).
Orang dunia adalah orang yang hidup dalam kuasa kedagingan, menurut dan didikte
oleh daging, dan orang rohani adalah orang yang hidup dalam kuasa Roh Kudus.
Pemenuhan oleh Roh Kudus harus terjadi karena; (1) Esensial untuk
kedewasaan orang percaya (1 Kor. 3:1-3). Solusi hidup lama, kedagingan adalah
dikontrol dan dipenuhi oleh Roh Kudus. (2) Esensial untuk pelayanan orang
percaya (Kis. 4:31; 9:17,20). Kis. Ras 4:31, menggambarkan relasi antara
dipenuhi dan pelayanan; adalah pemenuhan oleh Roh Kudus yang memampukan orang
percaya untuk berbicara tentang firman Tuhan dengan benar. Ketika Paulus dipenuhi
oleh Roh Kudus ia langsung mulai memproklamasikan Yesus sebagai anak Allah
(Kis. 9:17,20).
Epesus 5:18 mengajarkan tiga faktor tentang konsep dipenuhi oleh Roh Kudus.
(1) hal itu adalah suatu perintah. Orang percaya diperintahkan untuk terus
menerus dipenuhi oleh Roh Kudus untuk kedewasaan dalam pelayanan. (2) Adalah
bersyarat. Ketaatan pada perintah dan kitab suci adalah harus supaya dipenuhi
oleh Roh Kudus. (3) Adalah berulang. Ef. 5:18 adalah dalam bentuk present
imperative, perintah untuk terus menerus dipenuhi. Hal ini berarti bukan
merupakan pengalaman sekali saja, melainkan peristiwa yang berulang. Di kitab
suci, tidak ada satu perintah untuk berdoa dipenuhi oleh Roh Kudus, karena
dipenuhi Roh Kudus berhubungan dengan relasi yang benar dengan Tuhan. Ada
beberapa perintah yang berhubungan dengan pemenuhan orang percaya oleh Roh
Kudus;
ü Jangan mendukakan Roh Kudus (Ef. 4:30). Konteks
ayat ini berhubungan dengan nasehat tentang dosa. Orang percaya diperingatkan
untuk tidak berdusta (Ef. 4:25), tidak terus menerus dalam amarah (ay. 26), dan
tidak terus dalam kepahitan dan tidak mengampuni (ay. 31-32)
ü Jangan memadamkan Roh Kudus (1 Tes. 5:19). Konteks
dari bagian ini berhubungn dengan pelayanan. Orang percaya dinasehati untuk
berdoa tanpa henti (ayat 17), selalu mengucap syukur (ayat 18), dan tidak
melecehkan pernyataan profektik (ayat 20). Pada waktu orang percaya mencurahkan
air dingin atas pelayanan yang bernyala-nyala mereka memadamkan Roh Kudus.
Pelayanan Roh Kudus tidak boleh dihalangi, orang Kristen juga tidak boleh
menghalangi orang lain dalam pelayanan mereka pada Allah.
ü Berjalan dalam Roh (Gal. 5:16). Berjalan berarti
Roh Kudus menjalankan hidup mereka di dalam penguasaan Roh Kudus (Roh Kudus
mengatur hidup seseorang).
ü Hal lain pengakuan
dosa (1 Yoh. 1:9) dan dedikasi orang percaya pada Allah (Rom. 6:13).
Akibat dipenuhi Roh
Kudus, akan menghasilkan buah-buah Roh (Gal. 5:22-24). Sebagai tambahan,
orang-orang percaya akan reseptif pada pelayanan pengajaran Roh Kudus (1 Kor.
2:9-13; Yoh. 16:12-15); akan memperlihatkan sukacita, kesatuan, dan pengucapan
syukur di tengah jemaat , dan akan memperlihatkan dedikasi pada Allah dan tidak
serupa dengan dunia (Rom. 12: 1-2).
BAB IV
ANTROPOLOGI dan
HAMARTIOLOGI (Doktrin manusia dan Dosa)
A. ANTROPOLOGI
Kata Antropologi
dari kata Yunani (anthropos), yang berarti manusia, dan logos, yang berarti
kata atau pembicaraan. Jadi Antropologi adalah pembicaraan tentang manusia.
Istilah antropologi dapat disebut juga sebagai studi tentang manusia dari sudut
pandang Alkitab atau dapat ditujukan pada studi tentang manusia dalam
lingkungan kulturalnya.
1.
ASAL MULA
MANUSIA
Di dalam Agama Hindu, umpamanya di dalam mashab
Siwa, diajarkan bahwa manusia, baik secara lahiriah maupun batiniah, mengalir
keluar dari Siwa, yang identik dengan Brahman. Karena tanpa Brahman ini
mengalirkan purusa, yaitu asas rohani, dan prakrti, yaitu asas bendani;
gabungan kedua asas ini mengalirkan keluar budhi; dari buhdi keluar ahankara,
yaitu asas kesadaran perorangan; dari ahankara keluarlah manas, yaitu yang
menguasai segala pengamatan; dari manas keluarlah dua asas, yaitu budhendriya,
yaitu kelima indera, atau indera untuk mendapatkan pengetahuan, dan lima
tanmatra, yaitu anasir yang halus. Budhenriya mengalirkan pada kaki, tangan,
lidah, kelamin dan dubur. Dari kelima tanmatra atau anasir halus, yang terdiri
dari suara, sari raba, sari warna, sari rasa dan sari rasa bau, keluarlah lima
mahabhuta atau anasir yang kasar, yaitu akasa, hawa, api, air, dan bumi.
Purusan dan atman mengujudkan jiwa manusia yang kekal. Budhi , ahankara dan
manas mengujudkan aku manusia, yaitu akunya yang rendah; budhendriyanya,
karmendriya, tanmantra dan mahabhuta mewujudkan alat-alat betiniah (jiwani) dan
alat-alat lahiriah manusia. Demikianlah manusia mengalir keluar daripada Tuhan, yang pada hakekatnya adalah Tuhan
sendiri.
Di
dalam Agama Islam dengan tegas mengajarkan, bahwa manusia adalah mahluk Tuhan
Allah. Manusia berada karena diciptakan oleh Tuhan Allah. Manusia bukan Allah,
bukan keturunan Allah, melainkan mahluk yang harus menghambakan diri kepada
Allah.
Agama Budha
tidak mengakui adanya jiwa. Akan tetapi hal itu sebenarnya hanyalah khayalan
semata-mata. Sebab segala sesuatu adalah anatta atau anatman, bukan pribadi.
Yang kita anggap pribadi adalah suatu kelompok nama dan rupa, artinya; suatu
kelompok sebutan dan bentuk, kelompok unsur-unsur batiniah dan lahiriah, yang
dapat dibedakan dalam lima skandha atau pengumpulan, yaitu rupa, apa yang
tampak, yang meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh, wedana atau
pertasaan, yaitu perasaan yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan, sanjna
atau pengamatan yang dengan indriya masuk ke dalam kesadaran, samskara, yaitu
suatu kelompok unsur-unsur yang kompleks atau ruwet, di mana kehendak termasuk
di dalamnya, dan wijnana atau kesadaran.
Oleh Karena itu maka, kesadaran pribadi atau kesadaran aku yang ada pada
manusia sebenarnya adalah suatu kesadaran yang disisipkan oleh manusia itu
sendiri dalam hidup sehari-hari.[26]
Ada dua pandangan; pertama, orang Kristen
berpendapat asal usul manusia dari penciptaan oleh Allah, atau semacam
penciptaan yang berkembang. Kedua, Orang non – Kristen yang pada umumnya
berpegang pada evolusi ateistik atau humanistik yang menekankan “materi” yang
menyatakan bahwa Allah yang memulai proses itu dan ia melakukannya melalui
proses evolusi. Salah satu bahaya pandangan ini kalau manusia dari materi,
manusia tidak memerlukan Tuhan, tetapi materi.
EVOLUSI ATEISTIK
Kata evolusi ialah
berubah dalam berbagai arah. Dalam abad ini telah terjadi evolusi di bidang
komunikasi. Namun bila kata evolusi dipakai dengan asal mula, maka kata
tersebut lebih dari sekedar bermakna perubahan atau perkembangan. Teori evolusi
dimulai dari teori Charles Darwin. Dalam teori evolusi dikatakan bahwa
berjuta-juta tahun yang lalu zat kimiawi yang terdapat dalam laut digerakkan
oleh sinar surya dan tenaga kosmis, kemudian zat-zat tunggal atau lebih,
kemudian berkembang melalui suatu perubahan penting dan seleksi alamiah sehingga
menjadi tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia.
Prinsip-prinsip
Evolusi, bersandar pada ; (1) Planet-planet dan bintang-bintang adalah berasal
dari ledakan dahsyat proton dan netron yang dimampatkan dan berputar. Hasil
ledakan tersebut yang merupakan benda padat yang dimampaatkan itu, terus
berkembang menjauh dari inti semula pada kecepatan yang fantastis. (2)
Kehidupan dimulai semata-mata melalui kesempatan tatkala satu sel tunggal
muncul dari materi yang tak hidup. (3) Sesudah dimulai melalui kesempatan,
semua organisme kehidupan lalu berkembang dari yang pertama tadi dan
bentuk-bentuk sederhana selanjutnya bertahap bertambah kerumitannya.
Perkembangan ini kemudian menghasilkan manusia.
Evolusi Teistik menjelaskan
asal mula manusia dan kehidupan terlepas dari Allah. Asal mula kehidupan
manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan semua dijelaskan terpisah dari proses
supranatural. Evolusi teistik adalah pengajaran bahwa tumbuh-tumbuhan, binatang
dan manusia secara bertahap berevolusi dari bentuk yang lebih rendah, dan
proses itu disupervisi oleh Allah.
Penganut evalusi
teistik pada umumnya menerima penemuan-penemuan ilmiah dan usaha untuk
mengharmoniskan hipotesa evolusionari dengan Alkitab. Teori ini ditolak, baik oleh penganut evolusi
yang ketat dan orang-orang yang Alkitabiah.[27]
Ada beberapa
masalah yang serius yang dihadapi teori ini, apabila umat manusia adalah hasil evolusi maka Adam merupakan
pribadi historis dan analogi antara Kristus dan Adam dalam Rom. 5:12-21 tidak
dapat diterima. Lebih jauh lagi, pendapat bahwa umat manusia, berasal dari
nenek moyang yang bukan manusia tidak dapat diselaraskan dengan pernyataan
eksplisit tentang penciptaan manusia di Kej. 2:7.
2.
PANDANGAN ALKITAB (Orang Kristen)
Allah menciptakan
manusia menurut gambar dan rupa-Nya (Kej. 1:26-27). Bagian lain dari Alkitab
yang relevan dengan pengajaran ini adalah (Kej. 5:1,3) yang memuat tentang
penularan gambar (citra) Adam kepada keturunannya; Kej. 9:6 tentang hukum
utama; 1 Kor. 11:7 menyangkut doktrin kekepalaan; Kol. 3:10 mengajar orang
percaya mengenakan manusia baru menurut rupa Sang Pencipta. Yak. 3:9 berkenan
dengan konsep kata-kata yang pantas. Maz. 8 walau tak mengandung frasa ‘gambar
Allah’ namun berisikan bentuk puitis tentang penciptaan dan kedaulatan manusia.
Arti
‘gambar’ dan “rupa” dalam bhs. Ibr adalah tselem
berarti gambar yang dihias, suatu bentuk dan figur yang representatif. Satu
gambar dalam pengertian yang nyata (2 Raj. 11:18; Yezh. 23:14; Am. 5:26), dan demuth, mengacu pada arti kesamaan
tapi lebih bersifat abstrak atau ideal. Dalam bahasa latim ‘imago dan similitude.
Dalam PB. Kata-kata yang mirip untuk itu adalah eikon
dan homoiosis.Para bapa gereja yang berbahasa gerika dan latin
membedakan antara gambar dan rupa. Ganbar mengacu pada kejasmanian sedangkan
rupa mengacu pada bagian etika dari gambar Allah. Irenaeus menafsirkan gambar
adalah akal dan kemerdekaan manusia, sedangkan rupa adalah karunia untuk
bergaul dengan Allah yang hilang pada waktu kejatuhan manusia.
a.
BAGIAN MATERI
DARI MANUSIA
Struktur tubuh.
Kitab suci membedakan materi (tubuh) dengan non materi (jiwa/ roh) lih. 2 Kor.
5:1; 1 Tes. 5:23). Kej. 2:7 menunjukkan bahwa tubuh manusia telah dibentuk dari
debu tanah. Nama Adam adalah untuk mengingatkan manusia akan asal mulanya; ia
berasal dari tanah. Suatu analisa kimia dari tubuh manusia mengungkapkan bahwa
komponen manusia berasal dari tanah; kalsium, besi, potasium, dan lainnya.
Lebih dari itu, pada waktu kematian, tubuh kembali bersatu dengan debu dari
mana ia berasal (Kej. 3:19; Maz. 104:29; Pengkht. 12:7).
Pandangan-pandangan
berkaitan dengan tujuan tubuh. (1) Tubuh adalah penjara jiwa. Ini pandangan
para filsuf Yunani yang menempatkan dikotomi yang luas antara tubuh dan jiwa.
Jiwa adalah non-materi dan baik; tubuh adalah materi dan jahat. Oleh karena itu
tubuh tidak dihargai. Alkitab tidak menunjuk pada tubuh sebagai secara intrinsik jahat. Sebenarnya, focus isi
Kidung Salomo, adalah nilai dari tubuh manusia, dan tentang kasih dalam
perkawinan dan pernyataan seksual. Wahyu ilahi membuat jelas bahwa ‘manusia
adalah,.. suatu kesatuan, satu keberadaan, dan yang materi serta yang
non-materi hanya dapat dipisahkan oleh kematian secara fisik. (2) Tubuh adalah
satu-satunya bagian dari manusia yang penting. Pandangan Hedonisme, seseorang
harus berusaha untuk menyukakan tubuh dengan melakukan apa yang ia nikmati
untuk dilakukan.Filsafat ini menyangkali
jiwa. Tuhan Yesus menyatakan ketidakabsahan pandangan ini, sebab Kristus
berbicara tentang nilai dari jiwa terpisah dari tubuh. (Mat. 10:28; 16:26). (3)
Tubuh adalah patner dari jiwa. Tubuh adalah alat untuk mempermuliakan Allah
karena tubuh adalah bait Allah (1 Kor. 6:19). Tubuh harus dipersembahkan pada
Allah (Rom. 12:1) supaya Kristus dimuliakan dalam tubuh (Fil. 1:20). Pada
akhirnya, orang percaya akan diberi upah atas apa yang dilakukan oleh tubuh (2
Kor. 5:10).
b.
BAGIAN
NON-MATERI DARI MANUSIA
Alkitab menyatakan
Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1:26-27).
Pertanyaannya adalah; Apakah gambar Allah ada dalam diri manusia? Gambar Allah
dalam manusia tidak dapat fisikal karena Allah adalah Roh (Yoh. 4:24) dan tidak
memiliki tubuh. Gambar itu harus non-materi dan melibatkan unsur-unsur utama
berikut ini :
(1)
Personalitas.
Manusia memiliki kesadaran diri sendiri dan menentukan diri sendiri yang
memampukan ia untuk membuat pilihan, mengangkat dia di atas dunia binatang.
Faktor ini adalah penting karena hal itu menunjukkan bahwa manusia mampu untuk
penebusan. Tetapi, segi ini melibatkan banyak unsur natural; personalitas
menyatakan kemampuan manusia untuk berkuasa atas dunia ini (Kej. 1:28) dan
mengelola bumi ini (Kej. 2:15). Semua aspek dari intelektual manusia berada di
bawah kategori ini.
(2)
Keberadaan
Spritual. Allah adalah Roh, jiwa manusia
adalah suatu roh. Atribut-atribut dari suatu roh adalah penalaran, hati nurani,
dan kehendak. Suatu roh adalah rasional, moral, dan karena itu juga, mahluk
yang bebas. Dengan membuat manusia menurut gambar-Nya, Allah melimpahkan
kepadanya atribut-atribut yang merupakan milik natur-Nya sebagai roh. Manusia
termasuk pada kategori keberadaan seperti Allah sendiri, karena itu ia mampu
berkomunikasi dengan penciptanya,... adalah juga suatu keharusan kondisi dari
kapasitas kita untuk mengenal Allah, dan karena itu merupakan fondasi dari
natur religius kita. Apabila kita tidak seperti Allah, maka kita tidak dapat
mengenal Allah. Kita akan seperti binatang yang biasa.
(3)
Natur Moral.
Manusia yang telah diciptakan dalam “kebenaran original” menunjuk pada
pengetahuan, kebenaran, dan kekudusan. Kebenaran dan kekudusan original ini
hilang pada waktu kejatuhan, tetapi dipulihkan di dalam Kristus.
KOMPOSISI DARI BAGIAN NON-MATERI MANUSIA
Apakah jiwa dan roh berbeda, atau mereka adalah
sama? Pada umumnya gereja Timur percaya bahwa manusia adalah trikotomi, yaitu
terdiri dari tiga bagian, tubuh, roh dan jiwa. Gereja barat, termasuk Origenes,
Clement memegang posisi dikotomi, manusia terdiri dari tubuh dan jiwa.
a.
Pandangan
dikotomi. Dikotomi berasal dari kata Yunani dicha, “dua”, dan temno ‘memotong’.
Manusia terdiri dari dua bagian yaitu tubuh dan jiwa. Namun demikian, mereka
memiliki fungsi yang berbeda. `Dukungan untuk pandangan dikotomi adalah; (1)
Kej. 2:7 menegaskan dua bagian. Allah membentuk manusia dari debu tanah, lalu
Ia menafaskan kehidupan kepadanya, dan ia menjadi mahluk yang hidup (Ayb.
27:3). (2) kata-kata jiwa dan roh dapat digunakan secara berganti. (bd. Kej.
41:8 dengan Maz. 42:6) dan Ibr. 12:23; Why. 6:9). (3) Tubuh dan jiwa (atau roh)
bersamaan disebut sebagai kesatuan dari keseluruhan pribadi tersebut (lih. Mat.
10:28; 1 Kor. 5:3; 3 Yoh. 2).
b.
Pandangan
Trikotomi. Trikotomi berasal dari kata Yunani tricha, ‘tiga’, dan temno,
memotong. Manusia adalah yang terdiri dari tiga bagian, yaitu tubuh, jiwa dan
roh. Jiwa dan roh dikatakan berbeda baik dalam fungsi maupun subtansinya. Tubuh
dilihat sebagai kesadaran akan diri, dan roh sebagai kesadaran akan Allah, Jiwa
dilihat sebagai kuasa yang lebih rendah dan roh sebagai kesadaran akan Allah.
Jiwa dilihat sebagai kuasa yang lebih rendah dan roh sebagai kuasa yang lebih tinggi,
yang meliputi penalaran, hati nurani dan kehendak. Dukungan untuk pandangan
trikotomi adalah; (1) Paulus kelihatannya menekankan pandangan tiga bagian ini
dalam kerinduan pengudusan keseluruhan pribadi (1 Tes. 5:23). (2) Ibrani 4:12
mengimplikasikan suatu perbedaan antara jiwa dan roh. (3) 1 Kor. 2:14-3:4
mengusulkan tiga klasifikasi ; natural (kedagingan), karnal (jiwa), dan rohani
(spritual).
c.
Pandangan
Multi-segi. Meskipun jiwa dan roh merupakan istilah yang biasa digunakan untuk
menjabarkan natur manusia non-materi, ada sejumlah tambahan istilah yang
menjabarkan natur non-fisikal manusia. Paling sedikit empat istilah untuk
menjabarkan non-materi manusia. (1) Hati,
hati menjabarkan intelektual (Mat. 15:19-20) demikian pula bagian dari kehendak
manusia (Rom. 1: 9-10; Ibr. 4:7). (2) Hati nurani. Allah telah menempatkan pada
diri manusia hati nurani sebagai saksi. Namun hati nurani dipengaruhi oleh
jatuhan dan dapat ditipu dan tidak dapat dipercaya (1 Tim. 4:2); demikian pula
hati nurani dapat meyakinkan orang tidak percaya (Rom. 2:15). (3) Akal
budi. Akal budi orang tidak percaya
telah tercemar (Rom. 1: 28), dibutakan oleh setan (2 Kor. 4:4). Dalam diri
orang percaya ada pembaruan akal budi (Rom. 12:2) yang memampukannya untuk
mengasihi Allah (Mat. 22:37). (4) Kehendak orang tidak percaya memiliki satu
kehendak apa yang didikte oleh daging (Ef. 2:2-3), sedangkan orang percaya
memiliki kemampuan untuk merindukan melakukan kehendak Allah (Rom. 6: 12-13).
Pada waktu pertobatan orang percaya diberikan natur baru yang memampukan ia
mencintai Allah dengan segenap hati, akal budi dan kehendak.[28]
B.
HAMARTIOLOGI.
Definisi dari dosa cukup banyak
dalam PL maupun dalam PB. Dosa adalah pelanggaran, pemberontakan, pelanggaran
terhadap hukum Allah, dapat juga didefinisikan sebagai berlawanan dengan atau
menentang karakter Allah (Rom. 3:23). Kata Yunani ‘parabasis’ berarti melewati,
melanggar. Allah memberi hukum Musa untuk meninggikan pengertian manusia akan
standar-Nya dan keseriusan dari pelanggaran pada standar itu (Rom. 4:15). Dosa
adalah kegagalan untuk selaras dengan standar Allah. Kata Yun. ‘hamartia’
berarti meleset dari sasaran meninggalkan kebenaran. Jadi hal itu berarti bahwa
semua orang telah meleset dari tanda standar Allah dan terus gagal untuk
mencapai standar itu. Kegagalan untuk melakukan apa yang benar juga dosa (Rom.
14:23).
Dosa adalah suatu prinsip dalam diri
manusia. Dosa bukan hanya suatu tindakan tetapi juga suatu prinsip yang diam
dalam diri manusia. Paulus menunjuk pada pergumulan dengan prinsip dosa dalam dirinya (Rom. 7:14,
17-25); semua orang memiliki natur dosa ini (Gal. 3:22). Ibr. 3:13 menunjuk
pada hal itu sebagai “tegar hati karena
tipudaya dosa”. Yesus juga menunjuk dosa sebagai suatu “kondisi atau karakteristik
dari kualitas” (Yoh. 9:41; 15:24; 19:11). Dosa adalah suatu pemberontakan pada
Allah. Kata Yun. lain untuk dosa adalah anomia, yang berarti “tanpa hukum” (1
Yoh. 3:4) dan dapat dijabarkan sebagai suatu ‘kerangka berpikir’. Hal ini
menunjuk pada perilaku yang tanpa hukum (Tit. 2:14) dan itu merupakan suatu
tanda dari hari terakhir, yang berarti ;’tanpa hukum atau penahan’ Mat. 24:12.
Dosa adalah tindakan yang salah pada Allah dan manusia. Rom. 1:18 menunjuk pada
‘segala kefasikan dan kelaliman manusia’. Orang yang tidak saleh menunjuk pada
kegagalan manusia untuk menaati Allah dan melakukan perintah-perintah yang
berhubungan dengan dia (Kel. 20: 1-11); ketidakbenaran terlihat dalam kegagalan
manusia untuk hidup benar terhadap sesamanya (Kel. 20: 12-17).
ASAL MULA DOSA
Definisi. Asal mula dosa dapat
didefinisikan sebagai status berdosa dan kondisi di mana manusia dilahirkan.
Hal ini dikatakan demikian karena; (1) hal itu berasal dari akar original dari
umat manusia (Adam). (2) hal itu hadir dalam kehidupan setiap individu dari
sejak kelahirannya dan (3) hal itu adalah akar di dalam semua dosa aktual yang
mencemarkan kehidupan manusia. Dengan sederhana menyatakan kekotupan dari
keseluruhan natur kita.
Akibat. Pertama, manusia secara total. Dalam
seluruh tindakannya manusia cenderung
melakukan dosa, manusia tidaka dapat menghafrgai dan bahkan melakukan tindakan
kebaikkan. Kedua, manusia memiliki natur dosa pada dirinya. Natur dosa adalah
kepasitas untuk melakukan segala sesuatu (baik atau jahat) yang tidak dapat
dengan cara apapun mengarahkan kita pada Allah. Setiap bagian dari manusia telah tercemar intelek (2 Kor. 4:4:
hati nurani (1 Tim. 4:2); kehendak (Rom. 1:28);
hati (Ef. 4:18) dan keberadaannya secara total (Rom. 1:18-3:20).
ORANG KRISTEN
DAN DOSA
Konflik. Konflik dengan dosa dari
orang Kristen, menurut 1 Yoh. 2:16 timbul dari tiga wilayah. (1) Dunia (Yun.
Kosmos) menunjuk ‘bahwa yang memusuhi Allah, yaitu, hilang karena dosa, secara
keseluruhan asing dengan segala sesuatu yang ilahi, hancur dan tercemar’. Orang
percaya diperingati untuk tidak mengasihi dunia atau segala sesuatu yang berada
di dalam dunia (1 Yoh. 2:15). Dunia iblis selalu berusaha menentang umat Allah
dan gencarkan rencana-rencananya. Karena itu, sistem dunia ini merupakan suatu
sumber dosa apabila seseorang menjadi serupa dengan dunia (Yoh. 15:18-19). (2)
Daging. Daging (Yun. Sark) adalah alat yang mengingini dosa, dan tunduk pada
dosa dalam derajat tertentu di mana daging berada, semua bentuk dosa hadir,
tidak ada hal yang baik yang dapat hidup dalam sarx. Istilah daging dapat
dipergunakan dalam pengertian materi; namun demikian, hal itu seringkali menyatakan
arti non-materi untuk menunjuk pada natur lama dari kedagingan,... yang
memiliki kapasitas di mana semua manusia telah melayani dan menyenangkan dirinya
sendiri,... kapasitas di mana semua
manusia telah melayani dan menyenangkan dirinya sendiri, kapasitas untuk
meninggalkan Allah dalam kehidupan seseorang. Daging sebagai kapasitas untuk
berdosa dijabarkan dalam pengalaman hidup Kristen Paulus dalam Rom. 7:17-20.
Hal itu melibatkan hawa nafsu dan pengontrol pikiran (Ef. 2:3); hal itu
memerintah hidup orang non-Kristen (Rom. 8:5-6). Solusi dari dilema di Rom.
7:25 adalah kuasa dari Roh Kudus (Rom. 8:2, dst) dan pembaharuan akal budi
(Rom. 12:1) yang disebut sebagai dosa kedagingan yang disalibkan (Rom. 6:6).
(3) Si jahat. Si jahat adalah nyata, keberadaan yang berpribadi yang melawan
orang Kristen dan berusaha untuk membuat dia tidak efektif dalam kehidupan
Kristennya. Ia adalah musuh yang menakutkan dari orang Kristen karena ia
berusaha untuk memangsa orang Kristen (1 Pet. 5:8), karena itu, orang Kristen
dipanggil untuk melawan si jahat (Yak. 4:7). Hal ini dapat dicapai melalui
mengenakan seluruh perlengkapan senjata untuk suatu peperangan (Ef. 6:10-17).
(4) Hati. Seringkali Yesus menekankan bahwa apa yang diperbuat oleh seseorang
merupakan pancaran dari apa yang ada di dalam hatinya (Mat. 15:19).
AKIBAT-AKIBAT
DOSA
a.
Mempengaruhi
Tujuan Hidup. Dosa menyebabkan manusia
tersesat (Mat. 18:11; Luk. 15:4,8,24). Dosa membawa manusia ke dalam
penghakiman (Luk. 12:20).
b.
Mempengaruhi
kehendak. Tuhan Yesus dengan jelas menyatakan bahwa orang Farisi adalah budak
keinginan si jahat (Yoh. 8:44). Ketika Yesus memberikan penjelasan tentang
misi-Nya di kota Nazaret, Ia menyatakan bahwa salah satu tujuan kedatangan-Nya
ialah untuk membebaskan mereka dari tawanan (Luk. 4:18). Pernyataan itu
dimaksudkan untuk tawanan secara rohani, karena Ia di dalam pelayanan-Nya tidak
mengeluarkan para tawanan dari penjara.
c.
Mempengaruhi
Tubuh. Tentu saja ,tidak semua penyakit merupakan akibat dosa (Yoh. 9:3) akan tetapi
ada juga beberapa penyakit yang diakibatkan dosa. Perkara ini dinyatakan Tuhan
Yesus leweat peristiwa penyembuhan seorang lumpuh di tepi kolam Betesda (Yoh. 5:14).
d.
Mempengaruhi
orang lain. Dosa-dosa para ahli taurat berpengaruh terhadap kehidupan para
janda, dan juga orang-orang lain yang mengikuti tradisi mereka (Luk. 20:46-47).
Dosa si anak bungsu jelas mempengaruhi ayahnya (Luk. 15:20). Begitu juga,
dosa-dosa yang disinggung Yesus dalam khotbah di Bukit berpengaruh terhadap
kehidupan orang lain. Dengan kata lain, tidak ada dosa yang diperbuat seseorang
tanpa mempengaruhi orang lain.
e.
Doa tidak
didengar oleh Allah (Yes. 59: 2-3).
PROVISI
Allah telah membuat provisi yang cukup untuk
menjaga orang Kristen jalan dosa.
1.
Firman Allah.
Allah telah memberikan orang Kristen Alkitab yang telah “dinafaskan oleh Allah”
yang berguna untuk ‘mendidik orang dalam kebenaran’ di mana orang percaya “diperlengkapi
untuk segala perbuatan baik” (2 Tim. 3:16-17). Firman itulah yang dapat menjaga
orang percaya dari kehidupan dosa (Maz. 119: 9-16); adalah Firman Allah yang
membersihkan orang percaya (Ef. 5:26), menguduskan orang percaya (Yoh. 17:17)
dan menolong dalam jawabaan doa (Yoh. 15:7).
2.
Pengantaraan
Kristus. Kristus adalah pembela orang percaya pada waktu orang percaya berdosa
(1 Yoh. 2:1). Karena Kristus terus menerus hidup maka pengantaraan-Nya efektif
(Ibr. 7:25). Yohanes 17 menyatakan natur pengantaraan Kristus bagi orang
Kristen. Ia berdoa bagi keamanan mereka (Yoh. 17:11), berkaitan dengan sukacita
mereka (17:17), dan bahwa mereka pada akhirnya akan bersama dengan Kristus
(Yoh. 17:25).
3.
Didiami Roh
Kudus. Pelayanan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya adalah krusial,
berkaitan dengan kehidupan terpisah dari dosa. Pelayanan Roh Kudus bersangkut
paut dengan mendiami (Rom. 8:9), mengurapi (1 Yoh. 2:20; 1 Yoh. 4:4),
memeteraikan (Ef. 1:13; 4:30), memberi kuasa (Kis. 1:8), memenuhi (Ef. 5:18),
dan memampukan orang percaya untuk hidup secara konstan melalui Roh Kudus (Gal.
5:16).
V. DOKTRIN
MALAIKAT, SETAN dan IBLIS.
A.
MALAIKAT
Definisi Malaikat
Kata malaikat dalam bhs. Ibr. “malak” ditemukan
103 kali dalam PL. yang berarti ‘utusan’, ditujukan pada utusan manusia (1 Raj.
19:2) atau utusan ilahi (Kej. 28:12). Arti dasar dari kata itu adalah “ia yang
diutus”. Sebagai utusan ilahi, malaikat adalah keberadaan surgawi yang
ditugaskan oleh Allah untuk melaksanakan perintah-perintah tertentu. Dalam PB
bhs. Yunani ‘angelos’ muncul 175 kali, namun kata ini ditujukan untuk manusia 6
kali. Kata angelos sama dengan ‘malak’, juga berarti utusan,... yang berbicara
dan bertindak atas nama orang yang mengutus dia.
Putra Allah. Malaikat juga disebut ‘Putra Allah’
pada tahap sebelum mereka jatuh, mereka adalah putra Allah yang diciptakan-Nya
(Ayb. 1:6; 38:7).
Yang Kudus. Malaikat juga disebut “yang kudus” (Maz.
89:5,7) dalam arti bahwa mereka ‘dikhususkan atau dipisahkan’ oleh Allah dan
untuk Allah sebagai pelayanan dari kekudusan-Nya.
Tentara (pasukan) Surgawi. Malaikat disebut
sebagai ‘tentara’, yang dapat dimengerti
sebagai tentara surgawi (Maz. 89:6,8; 1 Sam. 17:45). Frasa-frasa itu
digunakan para malaikat sebagai tentara surgawi (1 Sam. 1:11), dan sebagai
jutaan keberadaan surgawi yang mengelilingi Allah tersebut “tentara” dalam
frasa ‘Tentara surgawi Tuhan’ (Yes. 31:4).[29]
KEBERADAAN
MALAIKAT
Keberadaan malaikat secara seragam, disajikan di
Kitab suci. Tiga puluh empat kitab di Alkitab memberikan referensi pada
malaikat (17 di PL dan 17 dalam PB). Kepentingan kepercayaan kepada malaikat
adalah sehubungan dengan relasi malaikat dengan Krtistus. Kristus telah
dilayani oleh para malaikat setelah melewati pencobaan (Mat. 4:11); Ia
menyebutkan tahap setelah kebangkitan dengan membandingkannya pada malaikat
(Mat. 22:29-30); Ia mengajarkan bahwa para malaikat akan mengumpulkan kembali
bangsa Israel pada saat kedatangan-Nya yang kedua kali (Mat. 25: 31-32, 41).
Keberadaan para malaikat berkaitan dengan kredibilitas dari kesaksian Kristus.
ASAL MULA MALAIKAT
Kita tidak dapat mengetahui kapan Allah menjadikan
Malaikat. Dalam Ayb 38: 7, malaikat-malaikat disebut bintang fajar dan anak
Allah. Malaikat-malaikat dijadikan pada saat Ia menciptakan langit dan Bumi (Kej. 1: 1; Ayb. 38: 4-7), dan mungkin
sebelum dunia ini dijadikan. Di Kol. 1: 16 dikemukakan bahwa mereka itu
diciptakan oleh Anak ALLAH DAN UNTUK Dia. Malaikat-malaikat tidak sama dengan
manusia, mereka lebih berkuasa dan lebih berpengetahuan daripada manusia, yaitu
manusia dalam keadaannya sekarang (Maz. 8: 6 ; Ibr. 2: 6-7).[30]
Pekerjaan malaikat, Tuhan memberi suatu tugas
kepada malaikat-malaikat, yaitu menolong melaksanakan kehendak Allah bagi
orang-orang saleh, dan juga orang jahat. Taurat diberikan dengan perantaraan
malaikat (Kis. Ras. 7: 53; Gal. 3: 19; Ibr. 2: 2). Malaikat memimpin hal-hal
yang berhubungan dengan kerajaan- kerajaan dan negara-negara (Dan. 10: 12-13,
21; 11: 1; 12: 1). Malaikat menolong dan memelihara orang saleh ( 1 raj. 19: 5;
Maz. 91: 11; Dan. 6: 22; Kis. Ras. 12: 15; 27: 23-24; Ibr. 1: 14). Malaikat
juga bertugas menjagai anak-anak (Mat. 18: 10). Malaikat membawa hamba-hamba
Allah ke sorga (Luk. 16: 22). Nanti
bilamana Tuhan Yesus kembali ke dunia ini, malaikat-malaikat akan menyertai Dia
(Mat. 25: 31; 2 Tes. 1: 7-8). Malaikat juga akan melaksanakan hukuman Allah ke
orang-orang jahat ( Mat. 13: 24-30, 39-42, 47-50). Malaikat juga akan
menghimpun semua umat pilihat Allah (Mat. 24: 31).
NATUR DAN ATRIBUT
MALAIKAT
Malaikat adalah keberadaan yang bersifat roh.
Meskipun malaikat dapat menyatakan diri mereka pada manusia dalam wujud tubuh
manusia (Kej. 18:3) mereka tetap disebut ‘roh’ (Ibr. 1:14), hal itu menunjukkan
bahwa mereka tidak memiliki tubuh seperti manusia. Jadi, mereka tidak berfungsi
seperti manusia dalam kaitan dengan perkawinan (Mrk. 12:25) mereka juga tidak
mati (Luk. 20:36).
Malaikat adalah makhluk ciptaan. Pemazmur
menyerukan agar semua alam semesta memuji Allah atas ciptaan-Nya. Bersama
dengan semua mahluk surgawi yang lain, malaikat diciptakan Allah dengan
Firman-Nya (Maz. 148: 2-5). Ayub diingatkan bahwa para malaikat memuji Allah
pada waktu mereka diciptakan (Ayb. 38:6-7). Kristus menciptakan malaikat supaya
mereka kemudian memuji Dia (Kol. 1:16).
Malaikat diciptakan secara serentak dan tidak terhitung jumlahnya. Pernyataan
tentang penciptaan di Kolose 1:16 menunjuk pada penciptaan yang terjadi hanya
satu kali; tindakan penciptaan malaikat tidak berlangsung terus. Karena
malaikat tidak mampu untuk beranakcucu (Mat.22:20), jumlah mereka tidak berubah.Jumlah
mereka dalam penciptaan “beribu-ribu” (Ibr. 12:22). Meskipun Yun. ‘muriasin’
secara harfiah berarti sepuluh ribu, namun di sini berarti “ribuan yang tidak
terhitung” (Why. 5:11), penggunaannya tidak terhitung.
Malaikat memiliki utusan lebih tinggi dari
manusia. Para malaikat tidak tunduk pada keterbatasan manusia, khususnya karena
mereka tidak dapat mati (Luk. 20:36). Para malaikat lebih berhikmat dari
manusia (2 Sam. 14: 20), namun tetap terbatas (Mat. 24:36). Para malaikat lebih
berkuasa dari manusia (Mat. 28:2; Kis. 5:19; 2 Pet. 2:11), namun kekuasaan
mereka tetap terbatas (Dan. 10:13). Namun, Malaikat memiliki
keterbatasan-keterbatasan dibandingkan dengan manusia, secara khusus dalam
hubungan masa depan. Para malaikat tidak diciptakan berdasarkan gambar Allah,
karena itu, mereka tidak memiliki akhir kemuliaan yang dimiliki manusia yang
telah ditebus oleh Kristus. Pada masa akhir, manusia yang telah ditebus akan
ditinggikan di atas malaikat (1 Kor. 6:3).
KLASIFIKASI
MALAIKAT
Para malaikat berperan sebagai pengusaha
pemerintah. Ef. 6:12 menunjuk pada ;tingkat dari para malaikat yang jatuh’;
pemerintah adalah “mereka yang berada di tingkatan pertama atau tertinggi” ;
penguasa adalah mereka diberi otoritas; penghulu dunia gelap ‘mengekspresikan
kuasa atau otoritas yang mereka terapkan atas dunia ini. Daniel 10:13 menunjuk
pada pangeran dari kerajaan Persia yang melawan Mikhael. Ini bukan raja Persia,
melainkan malaikat yang jatuh di bawah kuasa Setan; ia adalah iblis dari
tingkat yang tinggi, ditugaskan oleh kepala iblis, Setan, kepada Persia sebagai
wilayah khusus untuk aktivitasnya (lih. Why. 12:7).
Malaikat yang memiliki tingkatan yang tertinggi.
Mikhael disebut penghulu malaikat yang disebut sebagai penghulu malaikat, dan
kemungkinan ia satu-satunya yang ada dalam tingkat ini. Misi penghulu malaikat
adalah sebagai pelindung Israel. (Ia disebut Mikhael pemimpinmu di Dan. 10:21).
Ada juga pemimpin-pemimpin terkemuka (Dan. 10:13), di mana Mikhael adalah salah
satunya, yaitu sebagai malaikat tingkat tertinggi Allah. Malaikat yang
memerintah (Ef. 3:10) juga disebutkan, tetapi tidak ada penjelasan lebih lanjut
yang diberikan.
Malaikat yang adalah individu yang terutama. (1)
Mikhael berarti “siapakah yang seperti Allah? Dan di kitab suci
diklasifikasikan secara khusus sebagai penghulu malaikat. Mikhael adalah
pembela israel yang berperang atas nama Israel melawan Setan dan pengikutnya di
zaman Tribulasi (Why. 12:7-9). Mikhael juga berserselisih dengan Setan tentang
tubuh Musa, tetapi Mikhael tidak menghakimi, ia menyerahkan hal itu kepada
Allah (Yud.9). Saksi Yahovah dan sebagian orang Kristen menyebut Mikhael
sebagai Kristus, namun pandangan keliru. (2) Gabriel (Dan 9:21; Luk. 1:26).,
berarti manusia Allah atau Allah adalah kuat. Gabriel kelihatannya utusan
khusus Allah dari program kerajaan-Nya. Gabriel menjelaskan peristiwa dari
tujuah puluh minggu untuk israel (Dan. 9: 21-27). Di Lukas 1:26-27 Gabriel
mengatakan pada Maria bahwa seorang yang akan lahir melalui dia akan menjadi
besar dan memerintah di tahta Daud. Di Dan. 8: 15-16, Gabriel menjelaskan pada
Daniel tentang penerus dari kerajaan-kerajaan Persia dan Yunani, demikian pula
akhir dari kematian Alexander Agung. Gabrial juga mewartakan kelahiran dari
Yohanes pembaptis pada Zakaria (Luk. 1:11-20). (3) Lucyfer (Yes. 14:12) berarti
bersinar atau bintang Fajar. Ia adalah mahluk ciptaan Allah yang paling
bijaksana dan indah, yang pada awalnya ditempatkan dalam posisi berkuasa atas
serafin yang mengelilingi tahta Allah.
Malaikat yang melayani Allah. (a) Kerub adalah
‘urutan atau kelas tertinggi, yang diciptakan dengan kuasa dan keindahan yang
tidak dapat dikatakan,... Tujuan dari aktivitas mereka dapat diringkaskan
dengan cara ini; mereka pewarta dan pelindung dari kemuliaan hadirat Allah,
kedaulatan-Nya, dan kekudusan-Nya. Mereka berdiri menjaga pintu gerbang Taman
Eden, untuk mencegah orang berdosa memasukinya (Kej. 3:24); gambaran dari Emas
yang melingkupi tutup pendamaian di atas tabut di tempat yang mahakudus (Kel.
25: 17-22); dan hadir dalam kemuliaan Allah di dalam visi Yehezkiel (Yehz. 1).
Kerub memiliki penampilan yang tidak biasa dengan empat wajah, yaitu manusia, Singa, lembu, dan
burung rajawali. Mereka memiliki empat sayap dan kaki seperti seekor anak sapi,
mengkilap seperti tembaga yang dipolitur.
Di Yehz. 1, mereka melayani kemuliaan Allah dalam
persiapan untuk penghakiman. (b) Serafin berati ‘yang dibakar’ digambarkan
mengelilingi tahta Allah di Yes. 6:2. Setiap mereka dijelaskan memiliki enam
sayap. Tiga rangkaian seruan mereka ,suci,suci,suci (Yes. 6:3), berarti
mengakui Allah sebagai sangat sempurna dalam kekudusan-Nya. Karena itu mereka
memuji dan menyerukan kesempurnaan
kekudusan Allah. Serafin juga mengekspresikan kekudusan Allah di mana mereka
memproklamasikan bahwa manusia harus disucikan dari dosa moral sebelum ia dapat
berdiri di hadapan Allah dan melayani Dia.
PELAYANAN
MALAIKAT
Melayani Allah, yitu menolong melaksanakan
kehendak Allah bagi orang-orang saleh dan juga orang jahat. Taurat diberikan
dengan perantaraan malaikat (Kis. Ras. 7:33; Gal. 3:19; Ibr. 2:2).. Kerub
mempunyai pelayanan kepada Allah dalam hal mempertahankan kekudusan Allah;
Serafin memiliki pelayanan Allah dalam m,engelilingi takhta Allah di mana mereka
melayani kekudusan Allah.Melayani Kristus. Para malaikat memilikii pelayanan
yang signifikan pada Kristus sebelum kelahiran-Nya sampai kedatangan-Nya yang
Kedua.
Fakta bahwa para malaikat memiliki pelayanan yang
penting pada Kristus juga menekankan kelahiran-Nya; sebagai makhluk malaikat
mengelilingi takhta Bapa demikian pula para malaikat melayani Putra Allah :
(1)
Malaikat
memprediksi kelahiran-Nya (Luk. 1:26-38). Gabriel datang pada Maria menjelaskan
bahwa anak yang dikandungnya akan disebut “Putra dari Yang Mahatinggi”, yang
akan memerintah di takhta Daud, ayah-Nya, dan akan memiliki kerajaan kekal.
(2)
Para malaikat
melindungi Dia pada waktu masih kecil dari maksud jahat Herodes dan menyuruh
Yusuf untuk lari ke Mesir sampai kematian Herodes. Lih. Mat. 2:13 dan Mat.
2:20).
(3)
Malaikat
melayani Dia setelah pencobaan (Mat. 4:11)
(4)
Malaikat
menguatkan Dia di Getsemani (Luk. 22:43)
(5)
Para malaikat
mewartakan kebangkitan-Nya (Mat. 28: 5-7; Mrk. 16:6-7; Luk. 24:4-7). :Para
malaikat mengundang para wanita untuk masuk ke kuburan yang kosong untuk
melihat kain pembalut yang kosong, sehingga mereka bisa yakin akan kebangkitan
dan mewartakannya pada dunia.
(6)
Para malaikat
hadir di kenaikan-Nya ( Kis. 1:10) dan hadir di kedatangan-Nya (Mat. 25:31).
Para malaikat akan mempersiapkan dunia untuk kembalinya Sang Putra dan
pemerintahan-Nya (Mat. 24:31). Sebagaimana Putra Allah kembali ke bumi, Ia akan
dilayani oleh para malaikat surgawi, menambah kemuliaan dan kemegahan dari
kembali-Nya yang penuh kemenangan (Mat. 25:31).
Melayani orang percaya. Para malaikat diistilahkan
sebagai “roh-roh yang melayani” di Ibr. 1:14. Istilah Ibrani untuk melayani
‘leitourgika’ tidak meliputi ide perbudakan, tetapi suatu fungsi jabatan.
Mereka telah ditugaskan dan diutus dengan tanggung jawab untuk menolong orang
percaya. Tanggungjawab seterusnya yang dilaksanakan dalam pelayanan para
malaikat terhadap orang percaya :
(a)
Proteksi
dalam hal fisik. Daud diproteksi dalam hal fisik oleh malaikat pada waktu ia
dipaksa untuk lari ke Filistin (Maz. 34:8). Para malaikat dapat menggagalkan
rencana dari musuh-musuh umat Allah (Maz. 34:4-5). Pra malaikat melindungi
orang-orang yang berlindung pada Allah dari kecelakaan fisik (Maz. 91:11-13).
Mereka mereka membebaskan para rasul dari penjara (Kis. 5:19) dan Petrus dari
penjara (Kis. 12:7-11). Mereka akan melindungi 144.000 pada masa Tribulasi
(Why. 7:1-14).
(b)
Pemeliharaan
secara fisik. Malaikat membawa makanan bagi Elia pada waktu ia lemah dari
perjalanan jauh (1 Raj. 19:5-7).
(c)
Dorongan.
Selama badai di laut, Maalaikat mendorong Paulus, mengingatkan dia, bahwa ia
akan tiba dengan selamat di Roma untuk bersaksi bagi Kristus (Kis. 27: 23-25).
(d)
Pertunjuk.
Malaikat memimpin Filipus untuk bersaksi pada orang nasir Etiopia (Kis. 8:26);
malaikat mengatur Kornelius dan Petrus yang membawa orang non-Yahusi pada
penerimaan dalam komunitas orang percaya (Kis. 10:3, 22).
(e)
Menolong
dalam jawaban doa. Kelihatannya ada relasi antara doa untuk pembebasan Petrus
dari penjara dengan pembebasannya oleh malaikat (Kis. 12: 1-11).
(f)
Dengan
demikian pula, doa Daniel dijelaskan oleh malaikat (Dan. 9:20-27; 10:10-12:13).
(g)
Membawa orang
percaya pulang. Luk. 16:22 menjelaskan kematian Lazarus dan para malaikat
membawa dia ke pangkuan Abraham. Ini mungkin cara Allah yang menyebabkan semua
orang kudus yang mati ‘keluar dari tubuhnya,... pulang ke rumah Tuhan untuk bersama-Nya.[31]
Relasi dengan orang tidak percaya. Para malaikat
telah dan akan terus terlibat dalam penerapan penghakiman atas orang tidak
percaya. Para malaikat mewartakan kedatangan penghancuran Sodom karena dosa
mereka (Kej. 19:12-13); sebelum puncak cawan penghakiman, malaikat akan mewartakan
penghancuran dari kuasa dunia bersama dengan mereka yang menyembah bintang buas
itu (Why. 14:4,7,8-9,15,17-18).
Para malaikat terlihat menghakimi orang di Yerusalem
karena penyembahan berhala (Yehz. 9:1-11); malaikat memukul Herodes Agripa I
karena ia menghujat, sehingga ia mati (Kis. 12:23). Para malaikat juga alat
dalam penghakiman pada akhir zaman, di mana mereka melemparkan orang tidak
percaya pada perapian yang menyala-nyala (Mat. 13:39-42); para malaikat akan
meniup terompet penghakiman selama Tribulasi (Why. 8:2-12; 9:1,13; 11:15); para
malaikat akan mencurahkan cawan penghakiman atas bumi (Why. 16:2-17).
B.
IBLIS (SETAN)
Eksistensi Setan. Baik PL maupun PB, meneguhkan realitas dan eksistensi setan.
Pada waktu Kej. 3 membahas tentang ular, ia dikenali sebagai setan dan
penghakiman yang diwartakan (Kej. 3:15) harus ditujukan kepadanya. Setan secara
khusus disebut di Ayub 2:1, di mana ia datang untuk menuduh Ayub di hadapan
Allah. Di Taw. 21;2, Setan memimpin Daud untuk mensesus orang Israel. Di Zak.
3:1-2, Setan terlihat menuduh bangsa itu di hadapan Allah. Meskipun Setan bukan
suatu nama, di Yesaya 14:12-17 dan Yehz. 28:11-19 bagian-bangian ini dimengerti
dengan alasan baik menunjuk pada keadaannya yang semula.
Bukti di PB untuk eksistensi Setan sangat banyak.
Setiap penulis PB dari sembilan belas kitab membuat referensi tentang dia (lih.
Mat. 4:10;12:26; Mrk. 1:13; 3:23,26; 4:15; Luk. 11:18; 22:3; Yoh. 13:27 dll).
Kristus sendiri membuat referensi tentang setan sebanyak 25 kali. Fakta dari
eksistensi Setan mendapat dukungan dari keabsahan perkataan Kristus.
ASAL MULA IBLIS/SETAN
Allah menciptakan malaikat pada saat Ia
menciptakan langit dan bumi (Kej. 1: 1; Ayb. 38: 4-7). Nama tertinggi di antara
para malaikat dan penghulu malaikat adalah “Lucifer” (Yes. 14: 12;
Yezh.28:12-14).Nama Lucifer pada dasarnya berarti “Iluminator” sebuah nama yang
indah dan mulia. Lucifer, berada di bawah kasih khusus Allah Pencipta, juga
disebut bintang fajar (Yes. 14:12). Ia adalah penghulu malaikat kerubin yang
diurapi, mahluk yang mulia, penuh keindahan, hikmat dan kuasa yang tertinggi
dari seluruh malaikat yang diciptakan (Yezh. 28: 12-14).
Tetapi ia menjadi sombong, dan ia ingin sama dengan
Allah , ingin dimuliakan dan disembah. Tindakannya itu bertentangan dengan
tujuan penciptaan (Yes. 43: 7,21; Rom. 9: 5; Kol. 1: 16), sehingga ia
dihukum oleh Allah dan Lucifer dilemparkan dari sorga (Yes. 14: 12;
Yezh. 28: 16-17; Why. 12: 9). Allah mencabut nama Lucifer dan memberi nama
baru, yaitu “Setan” di dalam bhs. Yunani ‘satanas’ yang berarti yang menentang
Allah. Ada juga yang memberi nama lain kepada Setan yaitu iblis yang dalam
bahasa Yunani adalah “Diabolos” yang berarti perusak atau pemisah.[32]
Keadaan Setan mula-mula. Yehz. 28:12-15
menjabarkan Setan sebelum kejatuhannya. Ia menikmati suatu posisi yang tinggi
di hadirat Allah; gemerlapnya surga ada di sekelilingnya (Yezh 28:13). Ia
disebut ‘yang diurapi,... kerub yang menutup’ yang menikmati posisi tertinggi
yang terhormat di hadapan Allah (ayat. 14,16). Yesaya menunjuk pada
kesupremasian malaikat ini sebagai bintang fajar, putra Allah (14:12). Setelah
menjadi musuh utama Allah (Ibr. Satan) ia tidak pernah lagi disebut dengan
semua nama terhormat itu. Tetapi sebelum kejatuhannya ia dipenuhi oleh hikmat
dan keindahan, dan ia tanpa cela (Yehz. 28: 12,15).
Kejatuhan Setan. Kejatuhan Setan dijabarkan di
Yehz. 28 dan Yes. 14, karena dosanya setan dilemparkan dari hadirat Allah
(Yehz. 28:16). Alasan kejatuhan setan karena kesombongannya; hatinya
ditinggikan oleh karena keindahannya, dan hikmatnya menjadi korup (Yehz.
28:16). Iblis adalah bapa dusta, p[embahong. Akhirnya setan akan diikat dalam
jurang yang dalam sekali selama 1.000 tahun dan dipenjarakan di dalam jurang,
dan tidak dapat menipu siapapun di atas bumi selama durasi Milenium (Why.
20:2-3).
PEKERJAAN IBLIS.
Kalau kita teliti Alkitab ada beberapa pekerjaan
Iblis/ Setan :
(1)
Tetap melawan
orang-orang saleh (1 Pet. 5:8; Ayb. 1:7). (Iblis yang mmengadakan dan penyebab
dosa di dunia ini (Kej. 3: 1-4).
(2)
Iblis penyebab kesakitan dalam dunia ini (Kis. Ras.
10:38; Luk. 13:16)
(3)
Iblis
mempunyai kuasa maut untuk orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus,
tetapi Salib Kristus telah mengalahkannya dan membuat iblis tidak berdaya (Ibr.
2:4; Kol. 2:15), oleh sebab itu iblis tidak berkuasa lagi atas kita orang yang
percaya kepada Tuhan Yesus.
(4)
Iblis mencoba
serta menggoda orang-orang, supaya berdosa (1 Taw. 21:11; Mat. 4: 1-9). Iblis
menjerat manusia ( 1 Tim. 3:7), Iblis membutakan pikiran manusia supaya jangan
percaya Tuhan Yesus (2 Kor. 4: 4), Iblis menaruh maksud-maksud jahat dalam hati
manusia (Yoh. 13: 2; Kis. Ras. 5:3). Iblis menabur lalang di antara bibit yang baik (Mat. 13:
25; Mrk. 4:15). Iblis menyamar sebagai Malaikat terang (2 Kor. 11: 14-15),
Iblis melawan dan menyerang dan merintangi Hamba-Hamba Allaqh (Dan. 10:13; Zak.
3:1; Luk. 22:31; 2 Kor./ 12: 7; 1 Tes. 2: 18), Iblis mendakwa saudara-saudara
kita, pengikut Yesus (Why. 12: 9-10).
Iblis adalah mahluk yang lebih berkuasa dari
“manusia” , tetapi iblis bukan yang mahakuasa. Iblis tidak ada di mana-mana
tempat, karena kuasa iblis telah dibatasi dan ia takluk kepada Tuhan Yesus
(Ayb. 1: 10, 12; 2: 67). Kuasanya telah dihancurkan (untuk orang yang percaya
kepada Tuhan Yesus) si atas kayu salib dan pada hari Kebangkitan Tuhan Yesus
(Yoh. 12: 31-32; 16:11; 1 Yoh. 3:8; Kol. 2:15; Ibr. 2: 14). Dan Iblis/Setan pada akhirnya akan dilemparkan
ke lautan api. Di akhir milenium, setan dibebaskan, di mana ia menipu banyak
orang, memimpin pada suatu pemberontakan melawan Allah, dikalahkan dan akhirnya
dilemparkan ke dalam lautan api selama-lamanya (Why. 20: 7-10).
Dosen, Pengampu,
Pdt.
Mangatas P. Aritonang, M.Th.
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI
IKSM ( STT IKSM)
SLABUS PERKULIAHAN
NAMA MATA KULAH :
DOGMATIKA I ( KRISTOLOGI & SOTERIOLOGI)
B O B O T : 3 SKS
DOSEN :
Pdt. M.P. ARITONANG, M.Th.
Deskripsi Mata Kuliah:
Dogmatika I, Studi tentang Kristologi meliputi;
pengenalan keillahian (Praeksistensi) dan kemanusiaan Kristus serta kesatuan
pribadi, keberadaan, nama-nama dan jabatan-jabatan
Kristus, penyebab dan perlunya penebusan.Mempelajari tentang karya Allah dan
penebusan dan penyelamatan (soteriologi).Penerapan keselamatan sebagai karya
Kristus yang dimungkinkan pengalaman orang beriman oleh karya Roh Kudus dengan
mempelajari pertobatan dan iman, pembenaran, pengudusan, dan glorifikasi
(pemuliaan), dan kesatuan di dalam Kristus.
Tujuan :
Agar
mahasiswa memiliki pengetahuan tentang pribadi Kristus dilihat dari aspek
keillahian dan kemanusiaan-Nya, pribadi Kristus dari segi Jabatannya.Agar
mahasiswa mengalami karya keselamatan Kristus melalui study setoriologi.
Tujuan Umum Pembelajaran:
gar
mahasiswa memiliki pengertian dan pemahaman tentang pribadi Kristus dan
KaryaNya dalam kaitannya dengan soteriologi, serta memiliki wawasan pemikiran
yang kritis tentang issu-issu teologis yang diperdebatkan berkenan dengan topik
- topik tersebut. Melalui proses pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu
mengintegrasikan pelajaran ini kedalam hidupnya sehingga mempengaruhi aspek
kognitif, psikomotor dan aspek apektifnya.
GARIS- GARIS BESAR
POKOK BAHASAN
I.
KONSEP-KONSEP KRISTOLOGI
II. PRIBADI KRISTUS
a. Praeksisten dan
Kekekalannya.
(1) Bukti Langsung
(2) Bukti tidak langsung
(3) Nubuat dalam PL.
b. Inkarnasi Kristus
(1) Makna Inkarnasi
(2) Cara Inkarnasi (Pengosong diri Konosis en Kristo)
(3) Bukti Inkarnasi
(4) Tujuan Inkarnasi
c. Pribadi Kristus
(1) Keallahan penuh
(2) Kemanusiaan sempurna
(3) Kesatuan Allah dan Manusia
d. Gelar Kristus
(1) Anak Allah (2) Kyrios
(2) Anak Manusia (4) Mesias
e. Jambatan Tuhan Yesus
(1) Raja
(2) Nabi
(3) Imam)
f. Kematian Kristus
g. Kabangkitan dan Kenaikkan Kristus
i. Pelayanan Kristus sesudah Kenaikan
III. KARYA PENYELAMATAN
KRISTUS.
a. Dosa
b. Keselamatan
(1) Dasar Keselamatan
(2) Anugerah
(3) Kelahiran kembali
(4) Pertobatan
c. Iman
(1) Konsep iman
(2) Segi-segi Iman
(3) Dasar Iman
d. Pembenaran
SUMBER KEPUSTAKAAN:
1. John F. Walvoord, Yesus
Tuhan kita, Surabaya, Yakin.
2. Louis Berkhof, Teologi
Sistematika Volume, 4 & 4, Jakrta LRII
3. Chris Marantika, Doktrin
Keselamatan & Kehidupan Rohani, Yogyakarta, Iman Press.
4. Henry Thiesen, Telogia
Sistematika, Malang; Gandum Mas
5. Charles Ryrie, Teologi
Dasar, Yogyakarta, Andi Offset
6. Harun Hadiwijono, Iman
Kristen, Jakarta; BPK
7. Gron C. Sejarah Dogmatika
Kristologi, Yokyakarta; Kanisius.
8. Paul Enns, The Moody
Handbook of Theology, Malang, SAAT.
9. Craig A. Evans, Merrekayasa
Yesus, Andi, Jakarta.
10. C. Marvin Pate & Sheryl
L. Pate, Andi , Jakarta.
11. J. Wesley Brill,
Dasar Yang TeguhKalam Hidup, Bandung.
IV. PENILAIAN
1.
Membaca dan melaporkan 2 (dua) dari buku Sumber
Perpustakaan, dengan secara tertulis,
Isi ; kekuatan dan kelemahan buku dan membuat tanggapan terhadap buku yang
dibaca + PRESENTASI DI KELAS Nilai 40 %
2.
Nilai Ujian tengah Semester (UTS) nilai 30 %
3.
Nilai akhir Semester (UAS) nilai, 30 %.
D o s e n
Pengampu
Mangatas P. Aritonang, M.Th.
DOGMATIKA II
A. KRISTOLOGI
Pendahuluan
Istilah
“dogmatika”” berasal daripada kata Yunani ‘dogma’, jamaknya ialah
dogmata.Mula-mula kata ini berarti pendapat atau pandangan, kemudiannya
terutama pandangan atau ajaran pada lapangan filsafat. Kata ini juga berarti ;
keputusan atau apa yang diputuskan, baik oleh seseorang maupun oleh sesuatu
persidangan.
Dikalangan
jemat Kristen, kata dogma diartikan apa yang ditetapkan oleh pimpinan Jemaat
Kristen di Yerusalem (Kis. 16: 4). Arti kata dogma sekarang, yakni suatu
dalil-ajaran, satu rumusan tentang sesuatu kebenaran keagamaan, suatu pasal
kepercayaan dari gereja Kristen.
Mata kuliah Dogmatika,
dibagi dalam tiga bagian besar :
1.
Dogmatika I tentang Kristus dan Keselamatan,
2.
Dogmatika II, pengajarkan tentang Allah, manusia, Roh Kudus, Malaikat
dan Setanologi.
3.
Dogmatika III, pengajaran Tentang Gereja dan Akhir Zaman.
Kristologi merupakan soal
khusus bagi Kristiani, karena dalam Kristologi sering ditanyakan, bagamana yang
ilahi dan insani berhubungan satu sama lain dalam diri Yesus Kristus. Bagaimana
Ia, Allah yang benar, besar itu sekaligus merupakan manusia?
Pertanyaan di atas dalam
perkembangan,dalamsejarah menimbulkan berbagai konsep tentang Kristologi.
Konsep yang “heretis” dari bahasa Yunani ‘hairein’ = memilih; berat sebelah.Ke
arah kemanusiaan Yesus – yang menyangkal Ketuhanan-Nya atau ke arah Ketuhanan
Yesus yang mengabaikan kemanusiaan-Nya. Pemilihan, berat sebelah memunculkan
konsep-konsep dan kelompok-kelompok tentang pribadi Yesus sejak abad I s/d V
antara lain :
1.
Ebionesme. Kaum Ebionit merupakan sisa Kristen Yahudi. Kaum ini tetap
mematuhi hukum Taurat dan menganggap Tuhan Yesus sebagai manusia belaka; anak
Yosep dan Maria, yang pada waktu dibaptis di sungai Yordan Ia dihubungkan
dengan zat ilahi.
2.
Konsep Dekotisme. Kelompok ini mempertahankanbahwa Yesus Kristus hanya
tampaknya saja tubuh. Atau dikatakan memiliki tubuh “surgawi” (dalam arti
halus, dan bukan material) dan rupanya saja menderita dan mati. Pandangan ini
untuk memecahkan teologi, bagaimana “logos” Allah yang tak dapat mati
(immortalis ‘kekal mati’) dan tak menderita (impassibitis, kebal derita),
sekaligus dapat menjadi manusia dan mati. Doketisme berarti bahwa Yesus Kristus
bukan sungguh-sungguh manusia, adalah suatu cara berpikir bahwa Tuhan Yesus
Kristus bukan sungguh-sungguh manusia.
3.
Arianisme, suatu bidat, yang menolak kekekalan Yesus selaku ‘logos’
(Firman). Arius berdalih bahwa Yesus dilahirkan, Ia tentu saja mempunyai
permulaan. Penganut Arius percaya bahwa sifat ilahi Kristus mirip dengan Allah
(homoiousian) tetapi tidaklah sama (homoousian). Dalam Konseli Nicea thn. 325
menolak ajaran ini, dengan menekankan bahwa Yesus mempunyai sifat yang sama
seperti Allah.
4.
Apolinarianisme. Apolinarianisme (sekitar thn 390) berusaha menghindari
pemisahan sifat-sifat Kristus yang tidak sepantasnya. Ia mengajarkan Kristus
memiliki tubuh manusia dan jiwa manusia, namun bahwa Ia memiliki logos ilahi
dan bukan roh manusia (hal ini menganut suatu pandangan manusia yang
trikotomi). Logos ini menguasai tubuh dan jiwa manusia-Nya yang pasif. Hal ini
merupakan satu kekeliruan yang mempengaruhi kemanusiaan Kristus.
5.
Nestorianisme. Kelompok ini membagi Kristus menjadi dua pribadi. Dia
menjelaskan bahwa Yesus Kristus adalah proposan (bentuk atau penampilan) dari
dua sifat yang bersatu. Kemanusiaan-nya, dan keilahian mengambil sendiri rupa
atau bentuk seorang hamba. Hasilnya adalah Yesus dari Nazaret. Menurut
pandangan ini dua sifat tadi dipisahkan, yang menghasilkan dua pribadi. Pengajaran
ini ditolak dalam konseli di Efesus thn. 431.
6.
Eutikianisme. Eutikes (sekitar thn 378-454 M) memberikan reaksi melawan
Nestorianisme, dan mengajarkan bahwa hanya satu sifat dalam Kristus yang
disebut dan dikenal sebagai Monofisitisme, bahwa Kristus hanya memiliki satu
kehendak meskipun secara lisan mengaku bahwa Ia memiliki dua sifat. Pengajaran
ini ditolak di konseli Konstantinopel thn 680.
7.
Ortodoks, mengajarkan kemanusiaan yang sempurna dan Keallahan yang
sempurna, Kristus adalah pribadi yang tunggal. Didefinisikan oleh Chalcedon
thn. 451.
Kristologi; ilmu yang
mempelajari tentang Kristus yang menyangkut masalah hubungan antara apa yang
bersifat ilahi dengan apa yang bersifat insani di dalam pribadi Yesus Kristus.
Kristologi jawaban atas pertanyaan di atas, dan memperkenalkan kepada kita
karya Allah untuk menjembatani jurang pemisah antara Keallahan dan kemanusiaan
Kristus, dan sekaligus menjelaskan bahwa Kristus adalah pengantara perjanjian
yang dinubuatkan dalam PL untuk menebus manusia supaya manusia memperoleh hidup
yang kekal.
BAB I
PRAEKSISTENSI DAN KEKEKALAN KRISTUS
Dalam mempelajari Praeksistensi
Kristus, kekekalan dan keilahian Kristus tidak dapat dipisahkan. Praeksistensi
berarti; Ia telah ada sebelum dilahirkan. Hal itu berarti Ia telah ada sebelum
penciptaan dan sebelum adanya waktu.
1. BUKTI LANGSUNG
a. Perjanjian Baru.
Ada banyak
ayat-ayat dalam PB.secara eksplisit yang menyatakan kekekalan Kristus:
(1) Yoh. 1:1 “pada mulanya adalah
Firman. Kata adalah dalambhs Yun. Hen,
dalam bentuk tensa imperfek yang menekankan keberadaan yang terus menerus pada
waktu yang lampau. Frasa itu dapat diterjemahkan, “Pada mulanya adalah Firman yang
terus menerus ada” yang kemungkinan besar kembali pada awal mula alam semesta,
Firman ituterus ada.
(2) Yoh. 8:58. Meskipun Abraham
hidup 2000 thn sebelum Kristus, Ia dapat mengatakan, “sebelum Abraham lahir,
Aku ada”. Tensa yang dipakai kembali penting diperhatikan. Sebelum Abraham lahir, Kristus telah ada dan terus
menerus ada. Pernyataan “Aku adalah”, tentu saja juga menunjuk pada
keilahian-Nya dan merupakan klaim kesetaraan dengan Yahweh “Aku adalah”
menunjuk pada Keluaran 3:14 yang mana Allah mengidentifikasikan diri-Nya “Aku
adalah Aku”.
(3) Ibrani 1:8. Dalam ayat ini
penulis memulai seri kutipan PL. Kata pengantar untuk pernyataan-pernyataan itu
adalah, “Tetapi tentang Anak, Ia berkata” Jadi pernyataan yang berikutnya
adalah berkaitan dengan Kristus. Oleh karena itu pernyataan, “Tahta-Mu, ya Allah,
tetap untuk seterusnya dan selamanya” menunjuk pada kekekalan Kristus.
(4) Kol. 1:17. Paulus
menyatakan, “Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada
di dalam Dia”, menekankan sekali lagi tentang kekekalan dan praeksistensi
Kristus melalui penggunaan bentuk tensa sekarang.
b. Perjanjian Lama.
(1) Mikha 5:2. Pernyataan ini
menekankan bahwa yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.
Meskipun Yesus dilahirkan di Betlehem (nubuat dari ayat ini), namun waktu itu
bukanlah permulaan-Nya; Ia telah ada sejak dahulu kala.
(2) Yes. 9:6. Kristus disebut
“Bapa yang kekal”. Hal itu tidak berarti Kristus adalah Bapa, karena mereka
adalah dua Pribadi yang berbeda dalam Trintas. Hal itu tidak berarti bahwa
Kristus juga memiliki sebutan Bapa. Sebutan itu mengusulkan praeksistensi dan
kekekalan.
2.
BUKTI TIDAK LANGSUNG
(1)
Asal mula surgawi Kristus membuktikan eksistensi kekal-Nya. Yoh. 3:13
menekankan bahwa Kristus “turun dari Surga”. Apabila Kristus datang dari surga
maka Betlehem tidak dapat menjadi awal mula-Nya. Ayat ini mengindikasikan bahwa
Ia tinggal di surga sebelum datang ke bumi, oleh karena itu , Ia adalah kekal.
(2)
Karya prainkarnasi Kristus membuktikan eksistensi kekekalan-Nya. Yohanes
1:3, mengatakan bahwa Kristus menciptakan segala sesuatu (“semua” di sini
adalah suatu penekanan). Apabila ia menciptakan segala sesuatu maka Ia haruslah
kekal.
(3)
Sebutan Kristus membuktikan eksistensi kekal-Nya. (a) Yahweh. Dalam Yoh.
12:41, para Rasul mengatakan bahwa Yesaya melihat kemuliaan-Nya, yang dalam
konteksnya ditujukan pada Kristus. Yohanes mengutip dari Yes 6:10, di mana Ia
secara jelas menunjuk pada Yahweh (lih. Yes. 6: 3,5) . Jadi Yohanes
menyetarakan Yesus dengan Yahweh, Tuhan dalam PL. Karena Yahweh adalah kekal,
maka Yesus adalah kekal’ (b) Adonai. Dalam Mat. 22:44, Kristus mengutip Mazmur
110:1, Demikianlah Firman Tuhan kepada Tuanku” dan menerapkan pada diri-Nya
sendiri. Istilah Tuhan adalah Adonai, salah satu sebutan untuk nama Allah di
PL. Apabila Kristus disebut Adonai, maka Ia adalah kekal, karena Allah adalah
Kekal.
Theofani membuktikan eksistensi-Nya yang kekal. Suatu Theofani dapat dijabarkan sebagai berikut: ”Itu adalah pribadi kedua dari Trinitas yang muncul dalam wujud manusia,… salah satu dari ketiga Pribadi Allah Tritunggal yang disebut Tuhan, atau Yahweh, dalam peristiwa yang dicatat di Kejadian 18, harus dianggap sebagai Pribadi kedua dari Trinitas.Identifikasi Kristus dengan pemunculan malaikat Tuhan (theofani) dapat didemontrasikan dalam hal berikut ini. Malaikat Tuhan diakui sebagai yang ilahi.Ia diperlakukan sebagai Allah (lih.Hak. 6:11,14; pada ayat 11, Dia disebut sebagai malaikat Tuhan, sedang di ayat 14 Dia disebut Tuhan. Malaikat Tuhan dalam peristiwa lain dibedakan dengan Yahweh karena Ia berbicara kepada Yahweh (lih. Za. 1:11; 3:1-2; lih. Kej. 24:7). Malaikat Tuhan tidak mungkin adalah Roh Kudus atau Bapa, karena Roh Kudus maupun Bapa belum pernah diwahyukan dalam bentuk fisik (lih. Yoh.1:18). Malaikat Tuhan tidak lagi muncul setelah inkarnasi Kristus. Tidak ada disebut lagi tentang malaikat Tuhan di PB; Ia berhenti muncul setelah kelahiran Kristus.
BAB
II.
INKARNASI
Meskipun kata “Inkarnasi”” tidak
terdapat dalam Alkitab, namun komponen kata tersebut (dalam dan daging) ada di
situ.Yoh.1:14 .Firman menjadi daging, dalam Alkitab bhs. Indonesia
diterjemahkan ‘manusia’, sedang dalam bahasa Yunaninya ‘ sarks’ yang artinya
adalah ‘daging’. Yohanes juga menulis tentang kedatangan Yesus sebagai manusia
(1 Yoh. 4::2; 2 Yoh. 7).Maksud pernyataannnya ini adalah bahwa Pribadi kedua
dalam Tritunggal mengambil rupa manusia bagi diri-Nya sendiri.Ia tidak memiliki
kemanusiaan sampai saat kelahiran, karena Tuhan menjadi manusia
(egeneto,-menjadi –Yoh. 1:14, dibandingkan dengan adanya keempat, en – hakekat-
dalam ayat 1-2).Meskipun demikian, kemanusiaan-Nya adalah tanpa dosa. Suatu
fakta yang dipertahankan oleh Paulus dengan menulis bahwa Ia datang:dalam
daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa’ (Rom. 8:3).
I. CARA INKARNASI (Pengosongan diri Kristus);
Pertengahan abad Sembilan belas,muncul
satu bentuk baru Kristologi, dalam teori Kenosis “Pengesongan diri
Kristus”. Istilah ‘kenosis dalam teologi
dipakai dalam dua pengertian, untuk menyatakan pembatasan diri Allah – manusia,
bukan untuk menunjukkan pembatasan diri “Logos” di mana dalam keadaan
keberadaan diri-Nya, Ia menyingkirkan penggunaan sesungguhnya atribut-atribut
Ilahi.Dalam ajaran-ajaran yang menekankan “kenosis’, ajaran ini menekankan
doktrin bahwa Logos pada saat inkarnasi dilepaskan dari semua atribut-atribut
Ilahi-Nya, dijadikan sekedar suatu potensi saja, dan kemudian dalam persatuan
dengan natur manusia, berkembang lagi menjadi pribadi Manusia – Ilahi.
A.
Bentuk-bentuk utama dari ajaran doktrin ini adalah :
1.
Teori Thomassis. Dia membedakan antara atribut-atribut Allah yang mutlak
dan esensial, seperti kekuasaan yang mutlak, kesucian, kebenaran dan kasih,
dengan atribut-atribut-Nya yang relative, yang tidak esensial bagi keilahian,
seperti mahakuasa, mahahadir dan mahatahu; dan berpendapat bahwa Logos,
kendatipun tetap memiliki kesadaran diri Ilahi, mau menyingkirkan semua ini
dengan tujuan agar Ia dapat mengenakannatur manusia-Nya.
2.
Teori dari Gess dan H.W. Beecher. Teori ini jauh lebih lengkap. Mereka
menyebut “Inkarnasi melalui bunuh diri Ilahi”Logos sedemikian membuang semua
potensi diri-Nya dari segala atribut Ilahi, sampai Ia setara berhenti fungsi
kosmik-Nya dan dari kesadaran kekekalan selama masa hidup-Nya di dunia.
Kesadaran sepenuhnya menjadi kesadaran jiwa manusia dalam diri Kristus. Dengan
demikian kemanusiaan Kristus sejati, bahkan juga sampai keberadaan-Nya yang tak
bisa jatuh dalam dosa, tetap terjaga.
3.
Teori Ebrard. Menurut dalam berinkarnasi Kristus mengambil tempat jiwa
manusia. Putra yang kekal berhenti dari bentuk kekekalan dan dalam pembatasan
diri yang penuh, mengambil bentuk eksistensi dari pusat kehidupan manusia,
namun tidak membuang semua potensi Logos. Sifat-sifat Ilahi masih ada, tetapi
dimiliki oleh manusia – Ilahi dalam bentuk waktu yang sesuai dengan cara
eksistensi manusia.
4.
Teori Martense dan Gore. Teori ini mengemukakan eksistensi kehidupan
ganda dalam diri Logos berinkarnasi dari dua pusat kehidupan yang tidak saling
berkomunikasi. Ketika berada di pangkuan Bapa, Ia tetap berfungsi dalam hidup
Tritunggal dan juga dalam hubungan-hubungan kosmis dengan dunia sebagai
Pencipta dan penunjang hidup. Akan tetapi pada saat yang sama, Ia sebagai Logos
yang menyingkirkan semua potensi-Nya, yang disatukan dengan natur manusia,
tidak tahu apa-apa tentang Tritunggal serta fungsi kosmik-Nya, dan hanya
mengetahui diri-Nya sebagai Tuhan dalam pengetertian bahwa pengetahuan itu
mungkin dalam sifat kemusiaan.
B.
Dasar Doktrin Kenosis
Bagian Alkitab yang
dianggap sebagai dasar teori ‘kenosis’ terutama dari Fil. 2:6-8), juga dari 2
Kor. 8:9 dan Yoh. 17:5. Istilah “kenosis diambil dari kata kerja dalam Fil. 2:7
“ekeson””, diterjemahkan ‘emptied Himself’. Kata kerja itu hanya ditemukan di
empat ayat lain dalam seluruh PB, yaitu Rom. 4:14; 1 Kor 1:17; 9:15; 2 Kor.
9:3. Dalam keseluruhan ayat ini, kata itu dipakai secara kiasan dan berarti
“menjadikan kosong” , “tidak ada akibatnya”, ‘batal’. Apabila kita memahami
kata itu sedemikian, kata itu sekedar berarti bahwa Kristus menjadikan diri-Nya
sendiri tidak berarti, tidak berpengaruh, tidak menekankan prerogative
Ilahi-Nya, tetapi mengambil rupa seorang hamba.Akan tetapi kendatipun kita
mengambil makna harafiahnya sekalipun, tetaplah tidak menunjang teori kenosis.
Seandainya kita memahami bahwa apa yang disingkirkan adalah morphe theou (rupa
Allah)), dan kemudian menganggap bahwa morphe sebagai sifat esensial atau
khusus dari keillahian, maka pengertiannya bisa demikian. Bagaimanapun juga morphe
di sini harus dipahami demikian, akan tetapi kata kerja ekenosen tidaklah
mengacu pada morphe theou tetapi kepada einai isa theoi (bentuk dativ), yaitu
keberadaan-Nya yang setara dengan Allah. Kenyataan bahwa Kristus mengambil rupa
seorang hamba tidak mencakup penyingkiran bentuk Keallahan-Nya. Tidak ada
pertukaran dari yang satu pada yang lain. Kenyataan bahwa Kristus menganbil
rupa seorang hamba tidak mencakup penyingkiran bentuk Allah-Nya. Tidak ada
pertukaran dari yang satu pada yang lain. Walaupun sejak praeksistensi Ia
adalah Allah, Kristus tidak memperhitungkan keberadaan yang setara dengan Allah
itu sebagai suatu harga yang tidak boleh diabaikan, akan tetapi Ia mengosongkan
diri-Nya, dan mengambil rupa seorang hamba itu mencakup apa saja? Jawabnya
adalah keadaan yang rela menempatkan diri untuk taat.Dan lawan dari itu adalah
suatu keadaan berdaulat di mana seseorang berhak memerintah. Keberadaan
Kristus yang setara dengan Allah tidak
mengandung arti mode keberadaan, tetapi suatu keadaan yang ditukar oleh Kristus
dengan keadaan lain.
Dalam Kenosis Kristus
mengosongkan dirinya dari mempertahankan dan menggunakan status dalam
ke-Allahan dan menjadi manusia agar dapat mati.
c.
Pengertian Yang Salah tentang Konesis
1. Kristus menyerahkan
bebarapa atau seluruh Gelar-gelar-Nya.
Pengertian yang keliru, mengatakan bahwa kenosis artinya Kristus
menyerahkan gelar-gelar keallahan-Nya, atau paling tidak, gelar-gelar yang
berkenan dengan kemahahadiran-Nya, kemahakuasaan-Nya, dan
kemahatahuan-Nya.Secara Alkitab ini keliru, dan secara teologis tidaklah
mungkin. Jika Ia menyerahkan gelar-Nya, maka Ia berhenti menjadi Allah semasa hidup-Nya
di bumi. Maka tak mungkin Ia dapat berkata seperti apa yang dikatakan-Nya dalam
Yoh. 10:30, bahwa pada dasarnya Ia dan Bapa adalah satu. Kristus tidak
melepaskan aspek apapun dari keallahan-Nya.
2. Pengertian yang menyangkal
bahwa Kristus adalah Allah dan bersamaan dengan itu Ia juga manusia.
Pertanyaannya jika hal ini benar, maka bagaimana Ia dapat mengatakan bahwa
barang siapa melihat-Nya telah melihat Bapa? (Yoh. 14:9).
Pengertian
keliru ini tidak memahami hubungan dan aktivitas kedua sifat Tuhan kita
berkenan dengan doktrin tentang kesatuan hipostatis.Doktrin ‘kenosis’ lebih
memusatkan pada kenyataan Inkarnasi-Nya sebagai hal yang perlu bagi
kematian-Nya untuk menebus manusia berdosa.
II.
NUBUAT dan PENJELASAN INKARNASI.
1.
Nubuat tentang manusi Allah.
Dalam Yesaya 9:6, Nabi
Yesaya menubuatkan menyatunya Keallahan dan kemusiaan di dalam Dia. Ia
mengatakan bahwa seorang anak akan dilahirkan (suatu petunjuk bagi kemanusiaan)
dan bahwa sifat-Nya akan sedemikian rupa sehingga Ia mungkin ditunjuk sebagai
Allah yang Kuasa ( el gibbor bahasa. Ibr., suatu petunjuk bagi Keallahan).
Yesaya memakai, el hanya diperuntukkan kepada Allah (lih. Yes. 31:3); gibbor
artinya pahlawan. Jadi frasa ini artinya seorang pahlawan yang sifat utamanya
ialah bahwa Ia adalah Allah. Jadi khusus dalam ayat yang satu ini, kemanusiaan
dan Keallahan Tuhan kita, dinubuatkan.
2.
Penjelasan tantang Inkarnasi
Silsilah.Ada dua silsilah yang
menjabarkan Inkarnasi Kristus. Mat. 1: 1-16. Dan Luk. 3: 23-38. Ada cukup
banyak diskusi dan perdebatan tentang relasi kedua silsilah ini.Satu hal yang
perlu mendapat perhatian; kedua silsilah ini mengaitkan Yesus kepada Daud
((Mat. 1:1; Luk. 3:33) dan oleh karena itu menekankan keberhakan-Nya sebagai
ahli waris takhta Daud (lih.Luk.1:32-33). Kelihatannya, Matius menjabarkan
silsilah Yusuf (ay. 16) karena ahli waris diklaim melalui bapa hal Yesus atas
takhta Daud datang melalui Yusuf.Bapak yang diadopsi-Nya.Lukas mengutif
silsilah Yesus dari Maria sampai Adam, ‘mengaitkan Kristus dengan nubuat benih
dari seorang perempuan’.
Kelahiran dari anak Dara.Kelahiran anak dara
merupakan alat di mana Inkarnasi terjadi dan menjamin ketidak berdosaan dari
Putra Allah.Untuk alasan ini, kelahiran anak dara adalah esensial. Yes. 7:14,
menubuatkan kelahiran anak dara dan Mat. 1: 23, mengidentifikasikan Maria
sebagai ‘anak dara’ (Yun.Parthenos secara jelas menunjuk pada keperawanan).Teks
Matius dan Lukas keduanya jelas dalam mengajarkan tentang kelahiran dari anak
dara. Mat. 1:18, menekankan Maria mengandung sebelum ia tinggal bersama Yusuf;
lebih dari itu, ayat yang sama mengindikasikan kehamilannya oleh karena Roh
Kudus. Mat. 1:22-23, menekankan bahwa kelahiran Kristus adalah dalam rangka
menggenapi nubuat dari kelahiran anak dara di Yes. 7:14. Mat. 1:25 menekankan
bahwa Maria tetap perawan sampai kelahiran dari Kristus.Luk.1:34 menyatakan
bahwa Maria tidak berhubungan dengan laki-laki, sedangkan di Luk.1:35, malaikat
menjelaskan kepada Maria bahwa kandungannya berasal dari Roh Kudus.
3.
TUJUAN INKARNASI
Pertanyaan, mengapa Allah
mengutus Putra-Nya dalam bentuk yang serupa dengan manusia berdosa?
a. Untuk menyingkapkan Allah
kepada kita.
Meskipun Allah telah menyatakan diri-Nya dengan berbagai cara, termasuk
kebesaran alam sekitar kita, namun hanya melalui inkarnasi sajalah yang telah menyatakan
harkat-Nya, meskipun terselubung (Yoh. 1:18; 14: 7-11). Jalan satu-satunya
manusia dapat melihat Allah ialah mengenal Putra-Nya. Karena melalui Ia
manusia, maka penyataan Allah adalah sebagai pribadi; karena Ia Allah, maka
penyataan tersebut sempurna kebenarannya.
b. Untuk memberi satu teladan
bagi kehidupan kita.
Memahami ini, kehidupan Tuhan Yesus di dunia ditegakkan bagi kitasebagai
suatu pola untuk kehidupan kita sekarang (1 Pet. 2:21; 1 Yoh. 2:6). Tanpa
inkarnasi kita tak akan dapat memiliki contoh tersebut. Sebagai manusia Ia
mengalami perubahan kehidupan yang drastis dan memberikan suatu contoh
pengalaman bagi kita.
c. Memberikan Pengorbanan yang
Efektif untuk Dosa.
Tanpa inkarnasi tersebut kita tak akan memiliki seorang Juruselamat.
Dosa menuntut maut untuk pembayarannya.Disisi lainAllah tidak dapat mati.Jadi
Juruselamat itu harus manusia agar dapat mati.Namun kematian seorang manusia
biasa tak dapat melunasi dosa yang abadi, sehingga Juruselamat tersebut juga
harus Allah. Kita harus memiliki seorang Juruselamat manusia – Allah dan kita
memilikinya dalam Tuhan kita (Ibr. 10:
1-10).
d. Agar Mampu Menggenapi
Perjanjian kepada Daud
Gabriel memberikan kepada
Maria bahwa puteranya akan diberi takhta Daud (Luk. 1:31-33). Hal ini tidak
digenapi oleh pemerintahan Allah yang tidak terlihat atas urusan-urusan manusia
(yang pasti Dia penuhi).Untuk mengisi takhta Daud diperlukan seorang
manusia.Karena itu, Mesias harus seorang manusia.Tetapi menduduki takhta itu
untuk selamanya, menuntut yang menempatinya tak dapat mati.Dan hanya Allah yang
memenuhi syarat.Jadi, orang yang akhirnya menggenapi janji kepada Daud harus
seorang manusia – Allah.
e. Untuk Memusnahkan Pekerjaan
si Iblis (1 Yoh. 3:8)
Pemusnahan iblis terlaksana dengan munculnya Kristus.Focusnya adalah
pada kedatangan-Nya, dan tidak pada kebangkitan-Nya seperti yang mungkin
diharapkan.Mengapa inkarnasi ini perlu untuk mengalahkan Setan? Karena Setan
harus dikalahkan di arena di mana ia berkuasa, yaitu di dunia ini. Jadi,
Kristus diutus ke dunia ini untuk memusnahkan pekerjaan-pekerjaan Setan.
f.
Agar mampu menjadi seorang Imam Besar yang penuh rasa Simpati (Ibr.
4:14-16)
Imam Besar kita mampu
merasakan kelemahan kita karena Ia diuji seperti kita. Namun Allah tak pernah
diuji, sehingga perlulah bagi Allah menjadi manusia untuk dapat diuji supaya
dapat menjadi seorang Imam yang penuh Simpati.
g. Agar Mampu menjadi seorang
Hakim yang memenuhi syarat
Meskipun orang kebanyakan berpendapat bahwa Allah sebagai Hakim,
sebenarnya Yesus-lah yang menjadi hakim tersebut (Yoh. 5:22,27). Semua
penghakiman akan dilakukan oleh Tuhan kita “karena Ialah Anak Manusia”. Inilah
gelar yang menghubungkan-Nya dengan dunia dan dengan misi-Nya di dunia.Mengapa
Hakim itu harus menjadi manusia dan pernah hidup di dunia? Agar ia bisa
menggugurkan semua alasan yang mungkin akan dibuat oleh manusia. Mengapa Hakim
tersebut harus juga Allah?Agar penghakiman-Nya benar-benar jujur dan adil.
Karena itu, inkrnasi tersebut amat berpengaruh dalam hubungannya dengan
pengetahuan tentang Allah, dengan keselamatan kita, dengan kehidupan kita
sehari-hari, dengan kebutuhan-kebutuhan kita yang mendesak, dan dengan masa
depan. Hal ini sesungguhnya adalah pusat fakta sejarah.
4.
Pribadi Kristus.
Inkarnasi Yesus
menjadikan-Nya pribadi yang kompleks, yang terdiri dari dua natur.Ia adalah
Allah – manusia. Hal ini menimbulkan pandangan-pandangan antara lain:
·
Hanya ada satu pribadi saja dalam diri pengantara. Logos yang tidak
dapat berubah. Logos memperlengkapi dasar pribadi Kristus
·
Natur manusiawi Kristus tidak membentuk satu pribadi manusia. Logos
tidak mengambil pribadi manusia.
·
Subsistensi pribadi ini tidak boleh dicampuradukkan dengan kesadaran dan
kehendak bebas. Kenyataan bahwa natur manusia Kristus, di dalam dan oleh
dirinya sendiri, tidak memiliki subsistensi pribadi, tidak berarti bahwa natur
manusia Kristus tidak memiliki kesadaran dan kehendak.
·
Satu pribadi Ilahi, yang memiliki natur Ilahi sejak kekekalan,
mengenakan natur manusia, dan sekarang memiliki keduanya.
Untuk mempersatukan
pandangan-pandangan di atas, Konseli di Chalcedon (451 M) telah merumuskan dan
menyepakati “Putra itu, Tuhan Yesus Kristus, yang sekaligus sempurna dalam
ke-Allahan dan sempurna dalam kemanusiaan, Allah sejati dan manusia sejati,
juga terdiri dari satu tubuh dan satu jiwa yang masuk akal; satu subtansi
dengan Bapa sehubungan dengan Keallahan-Nya, dan sekaligus juga satu subtansi
dengan kita sehubungan dengan kemanusiaan-Nya ; dalam segala hal sama dengan
kita, kecuali dosa. Tentang Keallahan-Nya diperanakkan oleh bapa sebelum ada
masa, dan meskipun berkenan dengan kemanusiaan-Nya, demi kita manusia dan demi
keselamatan kita, telah diperanakkan melalui perawan Maria.
a.
Keilhanian Yang Penuh
1. Ia memiliki Sifat-sifat
yang Hanya Dimiliki oleh Allah
·
Kekekalan. Ia mengaku sudah ada sejak kekal (Yoh. 5:58; 17:5)
·
Mahahadir. Ia mengaku hadir di mana-mana (Mat. 18:20; 28:20)
·
Mahatahu. Ia memperlihatkan pengetahuan tentang hal-hal yang hanya dapat
diketahui jika Ia mahatahu (Mat. 16:21; Luk. 6:8; 11:7; Yoh. 4:29).
·
Mahakuasa. Ia memperagakan dan menyatakan kekuasaan satu pribadi yang
mahakuasa (Mat. 28:20; Mrk. 5:11-15; Yoh. 11: 38-44).
·
Tidak berubah. Krisrus tidak berubah; Ia adalah sama untuk
selama-lamanya (Ibr. 13:8). Ini adalah atribut keillanian-nya (mal. 3:6: Yak.
1::17).
·
Hidup. Semua ciptaan-manusia,binatang, tumbuh-tumbuhan adalah hidup
karena mereka telah diberi kehidupan. Kristus tidak sama dengan mereka semua.
Ia memiliki kehidupan dalam diri-Nya sendiri; kehidupan-Nya tidak berasal dari
yang lain, tetapi Ia adalah hidup itu sendiri (Yoh. 1:14; 14:6; lih. Maz.
36:”10; Yer. 2:13).
KARYA-NYA.
(1) Pencipta. Yohanes
menyatakan bahwa tidak ada yang menjadi terpisah dari penciptaan Kristus (Yoh.
1:3). Kol. 1:16 mengajarkan bahwa Kristus menciptakan bukan hanya bumi tetapi
juga langit dan wilayah Malaikat.
(2) Pemeliharaan. Kol. 1:17
mengajarkan bahwa Kristus adalah kekuatan yang menopang alam semesta. Ibr. 1:3
mengusulkan Kristus ‘adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan
menopang segala yang ada dengan Firman-Nya yang penuh kekuasaan.
(3) Mengampuni dosa. Hanya
Allah yang mengampuni dosa; fakta bahwa Yesus mengampuni dosa mendemonstrasikan
keilahian-Nya (lih. Mrk. 2:1-12; Yes. 43:25).
(4) Pembuat Mujizat. Mujizat
Kristus merupakan kesaksian akan keilahian-Nya
Ia menerima penyembahan.
Kebenaran fundamental dari kitab suci adalah bahwa hanya Allah saja yang harus
disembah (Ul.6:13; 10:20; Mat. 4:10; Kis. 10: 25-26). Fakta bahwa Yesus
menerima penyembahan dari manusia adalah kesaksian yang kuat akan
keilahian-Nya. Dalam Yoh. 5:23, Yesus mengatakan bahwa Ia harus menerima pujian
dan penghormatan sebagaimana orang menghormati dan memuji Bapa. Fil. 2:10.
Paulus melihat ke masa yang akan datang, yaitu hari di mana semua yang ada di
bumi dan di surga akan menyembah Kristus.
Sifat-sifat Keallahan yang
lain dinyatakan bagi diri-Nya “tak berubah” (Ibr, 13:5).
2. Ia Melakukan Hal-hal yang
Hanya dapat dilakukan oleh Allah
·
Pengampunan.Ia mengampuni dosa selama-lamanya. Manusia mungkin dapat
melakukannya untuk sementara, namun Kristus memberikan pengampunan kekal (Mrk.
2: 1-12).
·
Kehidupan. Ia memberikan kehidupan rohani kepada barang siapa yang
dikehendaki-Nya (Yoh. 5:21)
·
Kebangkitan, Ia membangkitkan orang mati (Yoh. 11:43).
·
Penghakiman, Ia akan menghakimi semua manusia (Yoh. 5:22, 27).
Lagi-lagi, semua contoh di atas adalah hal-hal yang Ia lakukan atau pengukuhan
yang diucapkan-Nya sendiri, bukan orang lain.
3. Ia mengaku sebagai Allah
Mengakuan diri-Nya sebagai
Allah, pada waktu hari penahbisan Bait Allah di Yerusalem Ia berkata “Aku dan
Bapa adalah satu” (Yoh.10:30). Kata satu disini bukan berarti Ia dan Bapa
merupakan satu pribadi melainkan bahwa mereka merupakan kesatuan dalam sifat
dan kegiatannya suatu fakta yang benar, hanya jika Ia sama Keallahan-Nya dengan
Bapa. Dan apa yang diakui-Nya itu merupakan Keallahan yang penuh dan sempurna –
tak ada yang kurang atau dikurangi semasa hidup-Nya di bumi.
b.
Kemanusiaan Yang sempurna.
Pengingkaran-pengingkaran
kemanusiaan Kristus lebih biasa daripada pengikaran Keallahan-Nya.Kenapa ?
Selama kita tidak memasukkan factor Keallahan ke dalam pribadi Kristus, Ia
hanya seorang manusia, betapapun baiknya atau ditinggikan. Sebagai yang
memiliki Kemanusiaan penuh:
1. Ia memiliki Tubuh manusia
Meskipun pembenihan Kristus bersifat adikodrati, Ia dilahirkan dengan
tubuh manusia yang tumbuh dan berkembang (Luk. 2:52). Ia menamakan diri-Nya
sendiri seorang manusia (Yoh. 8:40).
2. Ia memiliki Jiwa dan Roh
Kemanusiaan yang sempurna dari Tuhan kita juga mencakup sifat-sifat non –material
sebagaimana material yang sempurna.Bukanlah sifat manusia yang memberikan tubuh
Kristus dan sifat ilahi terdiri dari jiwa dan roh.Kemanusiaan-Nya sempurna dan
termasuk di dalam aspek-aspek material dan non material (Mat. 26:38; Luk.
23:46).
3. Ia memperagakan Sifat-sifat
Seorang Manusia
Tuhan kita merasa lapar (Mat. 4:2), Ia merasa haus (Yoh. 19:28). Ia
merasa letih (Yoh. 4::6). Ia mengalami kasih dan belas kasihan (Mat. 9:36). Ia
menangis (Yoh. 11:35). Ia diuji (Ibr. 4:15). Inilah ciri-ciri manusia sejati.
4. Ia diberi nama-nama manusia
Sebutan tentang diri-Nya sendiri “anak Manusia” dalam Alkitab lebih 80
kali.Nama ini menghubungkan-Nya dengan dunia dan juga dengan misi-Nya di
bumi.Hal ini berpusat pada kerendahan-Nya dan kemanusiaan-Nya (Mat. 8:20), pada
kesengsaraan-Nya dan kematian-Nya (Luk. 19:10), dan pada pemerintahan-Nya
sebagai Raja di masa mendatang (Mat. 24:27).Ia juga anak Daud, suatu sebutan
yang menghubungkan-Nya dengan nenek monyangnya Daud dan kepada janji-janji
mulia untuk akhirnya digenapi oleh Mesias. Paulus juga menyebut-Nya seorang
manusia dalam 1 Tim. 2:5.
c.
Kesatuan Keallahan dan Kemanusiaan dalam Kristus.
Dari sudut teologi, konsep
kesatuan pribadi- tunggal dari sifat-sifat ilahi serta manusia dalam satu
pribadi sangat sulit dipahami.Sebab tidak seorangpun dari kita yang pernah
melihat Keilahian kecuali Allah sebagai diungkapkan dalam kitab suci, dan tak
seorangpun dari kita yang pernah melihat kemanusiaan yang sempurna kecuali
sebagaimana Adam sebelum kejatuhannya dalam dosa dan Tuhan kita Yesus Kristus.
Usaha untuk menggabungkan kedua konsep ini dalam pribadi Kristus, menambah
kemajemukan pada gagasan-gagasan yang sulit dipahami.
1. Makna hakikat
Dalam bahasa Indonesia kata ‘hakikat’ (nature) dan ‘Zat’ (substance)
pada intinya dapat diartikan sama. Namun kita perlu membedakan kedua kata itu
untuk maksud-maksud teologis.Jika hakikat dimengerti sebagai satu kesatuan Zat,
maka hakikat dan Zat akan sama, dan Kristus yang berinkarnasi akan terdiri dari
dua macam zat dan intinya akan menjadi dua pribadi, sebagainama anggapan kaum
Nestorian. Namun jika ‘sifat’ dipandang sebagai “sebutan-sebutan majemuk” maka
kekeliruan ini lebih cenderung untuk dihindari.Keesaan Pribadi dari Kristus
yang berintegrasi mempertahankan kemajemukan yang menyeluruh dari
sebutan-sebutan ilahi dan memiliki seluruh kemajemukan sebutan-sebutan yang
hahiki bagi seorang manusia yang sempurna.
2. Sifat Kesatuannya
Kredo Chalcedon menyatakan bahwa kedua ‘sifat’ tersebut disatukan tanpa
campuran, tanpa perubahan, tanpa perpecahan, dan tanpa perpisahan.Keallahan dan
sebutan-sebutan kemanuiaan yang sempurna dipelihara dalam Kristus dan sepanjang
masa sejak Inkarnasi-Nya.Paham ortodoks mengatakan dua sifat terdiri dari
seorang Pribadi, atau selamanya hipostasis. Benarlah untuk menggambarkan
Kristus sebagai seorang Pribadi teoantropis, namun tidaklah tepat untuk
mengatakan tentang sifat-sifat teoantropis (karena hal ini akan mencampurkan
sebutan-sebutan ilahi dan manusia).
Calvinis berpendapat bahwa kesatuan tersebut tidak melibatkan peralihan
antara sebutan dari satu sifat ke sifat lain. Lutherannisme mengajarkan sifat
ada dimana-mana pada tubuh Kristus yang tidak melibatkan adanya suatu peralihan
antara sifat ada di mana-mana kepada sifat kemanusiaan Kristus. Dengan
perkataan lain, pendapat keberadaan di mana-mana mengatakan bahwa Kristus dalam
sifat kemanusiaan-Nya berada di mana-mana sepanjang masa.
3. Kesadaran Diri sendiri pada
Kristus
Pertanyaan lainnya ialah, apakah Kristus di dalam kesadaran diri-Nya
sendiri setiap saat menyadari Keallahan dan kemanusiaan-Nya. Jawabnya ialah
bahwa Pribadi tersebut selalu sadar akan Keallahan-Nya di dalam diri-Nya dan
bahwa Pribadi itu tumbuh di dalam kesadaran akan kemanusiaan-Nya.
4. Kehendak Kristus
Konsili Chalcedon
mengatakan satu Kristus dalam dua sifat disatukan dalam satu pribadi, dengan
demikian menyatakan dua kehendak.Jika hendak didefinisikan sebagai suatu
“kompleks perilaku” maka Tuhan kita mungkin dapat dikatakan memiliki suatu pola
ilahi dan juga suatu pola perilaku manusia.Jadi kehendak didefinisikan sebagai
hasil keputusan moral, maka pribadi Kristus selalu hanya membuat satu keputusan
moral, karena itu satu kehendak. Setiap keputusan berasal dari “kehendak” dari
sifat keilahian-Nya atau ‘kehendak’ dari sifat kemanusiaan-Nya, atau campur keduanya,
menjadikan pendapat tentang kedua “kehendak” itu memang pada tempatnya.
III.
KEHIDUPAN KRISTUS DI DUNIA
Kehidupan
Kristus di dunia adalah penting dalam studi Kristologi sebagaimana halnya
keotentikan Yesus dari Nazaret sebagai janji tentang Mesias.Penulis Injil
mendemionstrasikan bahwa Yesus menggenapi nubuat-nubuat di PL sepanjang
hidup-Nya.Contohnya. Di Injil Mat. Memiliki 129 referensi dari PL. dikutif
seperti “sehingga semua itu tergenapi, seperti dikatakan” (lih. Mat. 1:22’
2:5,15,17,23,dll). Semua penulis Injil menekankan keotentikan klaim-Nya sebagai
Mesias.
1.
Perkataan Kristus.
Pengajar Kristus adalah penting dalam
mengotentikan klaim-Nya tentang Kemesiasan-Nya, karena itu penulis Injil member
cukup banyak ruang memaparkan kata-kata yang sebenarnya atau pengajaran
Kristus.Keempat Injil berisi banyak percakapan dan perumpamaan yang
merefleksikan otoritas Kristus dalam pengajaran-Nya. Pengajaran Kristus
mengotentikkan klaim kemesiasan-Nya; Ia mengindikasikan bahwa kata-kata yang
diajarkan-Nya berasal dari Bapa yang mengutus Dia (Yoh. 12:49) dan Ia datang
dari Bapa (Toh. 17:8). Kata-kata yang dikatakan Kristus adalah kata-kata yang
kekal (Yoh. 6:63,68); mereka merefleksikan hikmat Allah (Mat. 13:54); bahkan
orang tidak percaya terkejut akan hikmat dan kuasa dari pengajaran-Nya (Mrk.
6:2; Luk. 4:22). Perkataan Kristus penting untuk memverifikasi klaim yang
dibuat-Nya.
2.
Pekerjaan Kristus
Yesaya menubuatkan bahwa Mesias akan
memberikan penglihatan kepada orang buta, pendengaran pada yang tuli, berbicara
pada yang bisu, dan pemulihan pada yang lumpuh (Yes. 29:18; 32:3; 35: 5-6).
Pada waktu murid-murid Yohanes bertanya tentang Yesus, Ia mengingatkan mereka
tentang nubuat-nubuat.
KARYA YESUS YANG MERUPAKAN KARYA ALLAH
K a r y
a Y e s u s
|
K a r y
a A l l a h
|
Meredakan angin rebut (Mat. 8:23-27)
Menyembuhkan orang batu (Yoh. 9: 1-7)
Mengampuni dosa (Mat. 9: 2)
Membangkitkan orang mati (Mat. 9:25)
Memberi makan 5.000 orang (Mat. 14: 15-21)
|
Maz. 107: 29
Maz. 146: 8
Yes. 43: 25; 44: 22
Maz. 49: 15
Yoel. 2: 22-24
|
Itu dan mengaplikasikannya pada diri-Nya
sendiri (Mat. 11: 4-5). Mujizat-mujizat yang dilakukan Yesus merupakan
kesaksian keillahian-Nya dan kemesiasan-Nya; Ia melakukan karya Allah di tengah
dunia. Pada waktu kita mempelajari majizat kebenaran ini menjadi jelas.Banyak
mujizat Kristus dilakukan dalam rangka menantikan kerajaan mesianik-Nya.
SIGNIFIKANSI MILENIAL
DARI MUJIZAT KRISTUS
Mujizat
|
Signifikansi Milenial
|
Nubuat
PL
|
Air jadi Anggur (Yoh. 2: 1-11)
5.000 orang diberi makan (Mat. 14:15-21)
Jalan di atas air (Mat. 14:26)
Tangkap ikan (Luk. 5: 1-11)
Angin ribut diredakan (Mat. 8:23-27)
Orang buta disembuhkan (Mat. 9:27-31)
Membangkitkan orang mati (Mat. 9: 18-26)
|
Sukacita, kegembiraan
Kemakmura, kelimpahan
Lingkungan berubah
Kelimpahan, otoritas atas dunia, binatang.
Kontrol atas unsur-unsur
Tidak ada kebutuhan secara fisik atau spiritual
Umur panjang tidak ada, kematian bagi orang percaya
|
Yes. 9:3,4; 12: 3-6
Yes. 30: 23-24; 35: 1-7.
Yes. 30; 41
Yes. 11: 6-8
Yes. 11:9; 65: 25
Yes. 35:5
Yes. 65: 20
|
MUJIZAT-MUJIZAT YANG
DISELEKSI DI INJIL YOHANES
T a n d a
|
Signifikansi
|
Air jadi anggur (2: 1-11)
Penyembuhan putra orang terhormat (4: 46-54)
Penyembuhan orang di sisi kolam (5: 1-18)
Beri makan lima ribu orang (6: 1-14)
Berjalan di atas Air ( 6:16-21)
Penyembuhan orang buta (9: 1-41)
Bangkitkan Lazarus (11: 1-41)
|
Kualitas
Ruang
Waktu
Kualitas
Natur
KETIDAK BERUNTUNGAN
Kematian
|
Kristus
melakukan mujizat-mujizat itu merupakan representasi yang merefleksikan
otoritas Kristus atas setiap wilayah umat manusia.
BAB III
GELAR dan JABATAN KRISTUS
A.
GELAR-GELAR
KRISTUS
Ada lima nama yang perlu
dibahas. Nama ini sebagian menyatakan natur-Nya, sebagian menunjukkan
jabatan-Nya, dan sebagian adalah dari karya yang merupakan tujuan-Nya datang ke
dalam dunia.
1. NAMA “YESUS”
Nama Yesus adalah bentuk bahasa Yunani dari bhs Ibrani “Jehoshua’,
Joshua, (Yos.1:1; Zak. 3:1. Atau Jeshua (bentuk umum dalam kitab-kitab sejarah
pasca pembuangan), Ez. 2:2. Asal usul kata yang merupakan nama umum
Juruselamat. Pendapat yang biasa,
diterima, mengatakan bahwa nama ini berasal dari akar kata Yasha; bentuk hiphil
yang artinya menyelamatkan. Hal ini tentunya sangat sesuai dengan penafsiran
terhadap nama yang diberikan dalam Mat. 1:21. Untuk asal usul kata lain yang
mungkin diterima adalah dari kata Jeho (yehovah) dan shua yang artinya
membantu. Nama Yesus berasal dari dua tipe Yesus yang amat terkenal dalam PL.
Nama Yesus berasal dari bahasa Ibrani “Yehoshua” artinya Tuhan penyelematkan,
menolong; yaitu menolong umat-Nya, melepaskan dari perbudakan dosa dan memimpin
kepada keselamatan dan hidup yang kekal.
2. TUHAN
Kata Tuhan dalam Septuaginta, berasal dari bhs. Yunani “Kurios” (a)
sebagai nama yang setara dengan Yehovah; (b) sebagai pengganti nama Adonay; (c)
sebagai terjemahan dari gelar penghormatan yang dinaikkan oleh manusia kepada
Allah (terutama Adonay) Yos. 3: 11; Maz. 97: 5). Dalam PB kita menemukan tiga
penerapan yang kurang lebih mirip nama Kristus, (a) sebagai sapaan yang hormat
dan amat menghargai (Mat. 8: 2; 20: 33; (b) sebagai pernyataan pemilikan dan
otoritas, tanpa bermaksud menunjukkan apa-apa tentang sifat Ilahi Kristus serta
otoritas-Nya (Mat. 21: 3; 24: 42; (c) dengan pengertian ototitas tertinggi,
menyatakan sifat yang sangat dimuliakan, dan kenyataannya secara praktis setara
dengan nama Allah (Mrk. 12: 36,37; Luk. 2: 11; 3: 4; Kis. 2: 36; 1 Kor. 12: 3;
Fil. 2: 11). “Kurios” berarti Tuan,
Bapa, Guru, Raja yang berkuasa Tuhan yang disembah. Pemakaian gelar Tuhan pada
Yesus, hal ini berarti :
a. Ia adalah Mesias yang
dijanjikan (Luk. 2::11)
b. Jabatan sebagai Juruselamat
penghapus dosa (Mat. 9:1-8; Mrk. 2:1-12; Luk. 5: 17-26)
c. Berhubungan dengan Kuasanya
dan satu-satunya Tuhan yang harus disembah (Yoh. 1:1; Yes. 9:5)
d. Karena Ia pribadi yang
disembah, dan satu-satunya Tuhan yang harus disembah (1 Kor. 8: 5-6)
e. Menunjukkan Ia sebagai
Hakim dan Raja (1 Tes. 2:19; 3:13), bukti ke- Tuhanan Yesus.
f.
Ia menyatakan diri-Nya sebagai Yahweh “AKULAH DIA (Yoh. 8: 24-28; 8: 56)
g. Ia kekal. Tuhan Yesus
Tuhan, karena Dia kekal, sudah ada, selalu Ada dan tidak pernah tidak ada. Ia
adalah Firman yang hidup (kekal).
h. Ia Mahakudus, tanpa dosa
(Ibr. 4: 15)
i.
Ia Mahakuasa (Mat. 28: 18)
j.
Ia Mahatahu dan Mahahadir (Mat. 28:20).
3. KRISTUS
Nama Kristus setara dengan nama“Maschiach” yang dipakai dalam PL
(diambil dari kata mashach, yang artinya diurapi, dengan demikian nama itu
berarti “Yang diurapi”. Kristus adalah nama jabatan, nama Mesias. Dalam zaman PL
yang diurapi adalah Raja dan para Imam (Kel. 29:7; Im. 4: 3; Hak. 9: 8 ; 1 Sam.
9: 16, dsb.) Pengurapan biasanya dengan minyak sebagai ‘melambangkan Roh Tuhan
(Yes. 61: 1; Za. 4: 1-6) dan pengurapan itu melambangkan peralihan Roh itu pada
orang yang dipilih (! Sam. 10: 1,6,10; 16: 13,14).
Pengurapan adalah tanda yang Nampak bagi ; (a) pemilihan atas seorang
untuk menduduki jabatan tertentu; (b) peneguhan suatu hubungan sacral dan
suasana sacral yang ditimbulkan dari diri orang yang diurapi (1 Sam. 24: 6; 26:
9; 2 Sam. 1: 14; dan (c) Suatu pencurahan Roh kepada orang yang diurapi (1 Sam
16:13; bd 2 Kor. 1: 21,22). Di dalam PL menunjuk pada mengurapan akan Tuhan
kita dalam (Maz. 2:2; 45: 7, dan dalam PB (Kis. 4: 27; 10: 38).
Kristus ditetapkan untuk diurapi menerima jabatan-Nya sejak kekekalan,
akan tetapi secara historis pengurapan-Nya terjadi ketika Ia diteguhkan dalam
Baptisan (Mat. 3: 16; Mrk. 1: 10; Luk. 3: 22 dan Yoh. 1: 32; 3: 34). Pengurapan
itu berlaku untuk melaksanakan tugas-Nya mahabesar .
Nama Kristus/Mesias menunjukkan pada jabatan-Nya sebagai Raja yang
diharapkan kedatangan-Nya, dan juga berhubungan dengan penderitaan-Nya,
pengharapan, akan kedatangan-Nya sebagai Raja.
4. ANAK ALLAH
Nama Anak Allah dipakai dalam PL untuk berbagai macam tujuan; (a) Bagi
bangsa Israel (Kel. 4: 22; Yer. 31: 9; Hos. 11: 1) ; (b) para pemimpin Israel,
terutama para raja di bawah keturunan Daud (2 Sam. 7: 14; Maz. 89:: 27; (c)
para malaikat (Ayb. 1:6 ; 2:1; 38: 7; Maz. 29: 1; 89: 6) dan (d) Orang –orang
yang taat secara umum (Kej. 6: 2; Maz. 73: 15; Ams. 14: 26). Dalam pengertian
bangs Israel nama itu memperoleh arti teokratis yang penting. Dalam PB Yesus
memakai nama itu dan orang lain juga menyebut nama itu kepada-Nya. Gelar anak Allah yang diberikan kepada Yesus,
untuk menyatakan hubungan-Nya yang kekal dengan Bapa-Nya.Juga menunjukkan
seluruh karya Yesus bersama Bapa-Nya dari semula sampai akhir zaman. Sebabnya
Ia disebut Anak Allah :
(1) Tuhan Yesus satu dengan
Allah Bapa (Yoh. 10: 30)
(2) Tuhan Yesus adalah
satu-satunya penyataan Allah (Mat. 11: 26-27). Tidak seorang pun mengenal Bapa
selain Anak, dan mengenal Anak selain Bapa.
(3) Tuhan Yesus taat dalam
melaksanakan rencana Allah dan tujuan Allah bagi manusia, agar manusia hidup,
terpelihara (Yoh. 4: 34). Memberi hidup kepada semua orang dan menjadikan orang
percaya pada Allah, membangkitkan orang mati (Yoh. 5: 25,26; Yoh. 1: 12; Yoh.
11: 41-44).
(4) Mendamaikan, menyelamatkan,
menyucikan orang berdosa dan percaya kepada-Nya (Rom. 5: 10; 1 Yoh. 3: 7,8; 4:
10, 14).
(5) Ia turut menjadikan alam
semesta (Ibr. 1: 5).
5. ANAK MANUSIA.
Istilah Anak manusi dalam PL terdapat dalam Maz.8:4 dan Dan. 7:13. Dalam
PB (Injil) terdapat 70 kali, dan selain di Injil terdapat juga di Kis.7:56;
Why. 1: 13,14. Istilah Anak manusia dipilih Tuhan Yesus sendiri, dan dikenakan
pada diri-Nya sendiri.Sebenarnya sulit dipahami mengapa Yesus mengenakan gelar
ini pada-Nya. Namun perlu kita pahami, gelar ini adalah gelar ‘rahasia’, untuk
menutupi ke-Mesiasan-Nya sebelum tiba waktunya, juga menghindari penyelewengan dari
orang Yahudi yang salah memahami arti dan makna ke-Mesiasan-Nya, yang bersifat
sorgawi (berpusat di atas). Istilah Anak manusia dalam PB mempunyai arti :
(1) Berhubungan dengan
Ekskatologi (Akhir Zaman), yaitu kedatangan Anak manusia (Mat. 16: 27,28; Mrk.
8:39).
(2) Berhubungan dengan
penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya (Mat. 17: 22; 20: 18,19, 28).
(3) Menekankan Yesus manusia surgawi
dan keberadaan-Nya (Yoh. 1: 51; 3: 13,14; 8: 28).
(4) Menekankan kemanusiaan
Yesus sebagai manusia (Mrk. 2: 27,28; Yoh. 5: 27; 6: 27, 51).
B.
JABATAN
1. NABI
Dalam PL memakai tiga kata untuk menunjuk nabi, yaitu nabhi, ro’eh dan
chozeh.Arti nabhi tidaklah diketahui dengan pasti, tetapi terbukti dari
ayat-ayat seperti (Kel. 7: 1 dan Ul. 18:18).Kata ro’eh dan chozeh menekankan
kenyataan bahwa nabi adalah seseorang yang menerima wahyu dari Allah, terutama
dalam bentuk visi. Istilah lain yang dipakai manusia dari Allah, utusan Allah
dan ‘pengawal’. Istilah-istilah itu menunjukkan bahwa nabi itu melayani Tuhan
secara khusus, dan mendapat perhatian khusus dari umat-Nya. Dalam PB. Dipakai
kata prophetes dan terdiri dari kata depan pro dan phemi. Kata depan pro bukan
berarti temporal (menyatakan waktu). Jadi prophemi tidak bisa diartikan
“menyatakan sebelumnya”, tetapi ‘menyatakan langsung’.Nabi adalah seorang yang
berbicara secara langsung dari Tuhan.Dari sebutan-sebutan tadi dapat kita
simpulkan bahwa nabi adalah seorang yang melihat banyak hal, yaitu orang yang
mendapat wahyu, yang melayani Tuhan, terutama sebagi seorang utusan, dan
berbicara dalam nama-Nya.
Tugas para Nabi adalah ,mengungkapkan kehendak Allah kepada orang-orang,
dalam bentuk perintah, peringatan dan berkat, janji-janji pengharapan, atau
teguran keras (Nabi alat Allah untuk menyampaikan kebenaran dan kehendak-Nya).
Bukti jabatan kenabian Kristus ; Ia sendiri menyebut diri-Nya nabi dalam Luk.
13: 35. Ia mengklaim diri-Nya membawa pesan dari Bapa-Nya (Yoh. 8: 26-28; 12:
49,50; 14: 10, 24; 15: 15; 17: 8, 20). Ia menyatakan hal-hal yang akan terjadi
kemudian (Mat. 24: 3-35; Luk. 19: 41-44) dan berbicara dengan otoritas tunggal
(Mat. 7: 29. Karya-Nya yang agung menjadikan pesan yang Ia sampaikan otentik.
Tuhan menggenapi jabatan kenabian melalui :
(1) Perkataan-Nya yang penuh
hikmat (Mat. 5: 2 ; Yoh. 6: 33)
(2) Melalui perbuatan-Nya yang
ajaib (Yoh. 5: 36; 10: 25; Kis. 2: 23).
(3) Melalui teladan yang
sempurna (Yoh. 13: 15; 1 Pet. 2: 21-23)
(4) Mencurahkan Roh Kudus ke
atas orang-orang percaya (Yoh. 14: 26; 1 Pet. 1: 10-11)
(5) Menyuruh ahli Taurat dan
orang Farisi dan manusia bertobat (Mat. 7:17 ; Mrk. 2: 17).
(6) Sebagai nabi Ia perantara
antara Allah dan manusia untuk menyatakan kehendak-Nya.
2. IMAM
Kata yang dikapai untuk imam dalam PL adalah “kohem’.Kata ini menunjukan
fungsi sipil maupun peribadahan (1Raja. 4:5; 2 Sam. 8: 18; 20: 26). Kata ini
selalu menunjukkan arti tentang seseorang yang memegang jabatan yang mulia dan
penuh tanggang jawab, dan mempunyai otoritas atas orang-orang lain, dan petugas
dalam peribadahan, mengwakili manusia di hadapan Allah. Dalam PB, imam adalah
“hierus’ yang asalnya tampaknya berarti “”Ia yang perkasa”, dan kemudian
berarti ‘seseorang yang sakral’, seseorang yang mempersembahkan diri kepada
Tuhan.
Seorang imam dalam PL dari keturunan Harum, dan haruslah laki-laki yang dipilih
oleh Allah dan memenuhi syarat untuk pekerjaan-Nya (Im. 21 dan Ibr. 5: 1-7)
Bukti keimaman Kristus, Ia dinubuatkan dalam Maz. 110: 4; bahwa Tuhan
Yesus akan menjadi Imam. Dalam Ibr. 5:6; 6: 20; 7: 21, Dia adalah Imam menurut
peraturan Melkisedek (Kej. 14:18-28 dan Ibr. 7: 1-3). Ciri-ciri keimaman
Melkisedek : (1) sebagai imam agung Melkisedek adalah seorang raja dan
sekaligus juga seorang imam; (2) tidak berkaitan dengan garis leluhur. Tanpa
ayah, tanpa ibu; (3) tidak dibatasi oleh waktu.Tanpa permulaan ataupun akhir,
sehingga Melkisedek dapat lebih mirip dengan Tuhan, yaitu seorang imam yang
untuk selama-lamanya. (4) Lebih unggul dari keimaman Harum. Abraham mengakui
keunggulan Melkisedek, ia memberikan persepuluhan (Kej. 14: 20). Seperti
Melkisedek, Kristus adalah seorang pengusaha, Ia menerima penghormatan kita dan
memberkati kita. Sebagai Imam, Ia pengantara kita berdoa kepada Allah (Ibr. 7:
25), Ia mempersembahkan korban karena dosa, dan mengorbankan diri-Nya (Ibr. 10:
10; 17: 27), memasuki tempat kudus dan mendoakan kita dan orang banyak. Dia
keluar dari tempat kudus dan memberkati orang banyak, dan juga Ia naik ke sorga
dan Ia memanggil orang supaya bertobat (Mat. 7: 17; Mrk. 2: 17).
Maz.110:4 menyatakan keimaman Kristus menurut aturan Melkisedek
(lih.Ibr. 5: 6-10; 6:20; 7: 11, 17). Sebagai imam. (1) Kristus secara terus
menerus mewakili orang percaya karena Ia hidup untuk selama-lamanya (Ibr.
7:24). (2) Kristus sepenuhnya menyelamatkan orang percaya karena pengantara-Nya
tidak pernah berhenti (Ibr. 7:25), (3) Kristus tidak memiliki dosa pribadi
untuk membatalkan pekerjaan-Nya sebagai seorang imam (Ibr. 7:27); (4) Kristus
mengakhiri pekerjaan keimaman-Nya dengan satu korban persembahan (Ibr. 10:12).
3. RAJA
Kej. 49:10 menubuatkan bahwa Mesias akan datang dari suku Yehuda dan
memerintah sebagai raja (2 Sam. 7:16), mengindifikasikan bahwa Mesias akan
memiliki kerajaan, suatu bangsa akan diperintah di bawah kekuasaan-Nya, dan tahta
yang kekal. Di Maz. 2:6 Allah Bapa mengumumkan peneguhan Putra-Nya sebagai Raja
di Yerusalem.Maz. 110 mengindikasikan bahwa Mesias akan menaklukkan
musuh-musuh-Nya dan berkuasa atas mereka (lih. Yes. 9:6-7; Dan. 7:13-14; Mik.
5:2; Zak.9:9; Mat. 22:41-48; Luk. 1:31-33; Why. 1:5; 19:16).Konsep raja
mengandung bermacam-macam hak istimewa yang banyak jumlahnya.Seorang raja di
Israel memiliki hak legislative, eksekutif, judikatif, ekonomi dan
kekuatan-kekuatan militer.Konsep Kristus selaku raja; dijanjikan, dinubuatkan,
dinyatakan, ditolak dan disadari.Perjanjian Allah dengan Daud yang bersifat
anugerah, menjanjikan pemerintahan senantiasa berada pada dinasti Daud. Nabi Yesaya meramalkan bahwa Putra yang akan
dilahirkan akan mendirikan tahta Daud dan memerintah di atasnya (Yes. 9: 7).
Malaikat Gabriel berkata bahwa Yesus yang baru lahir menjadi Raja selama-lamanya,
dan kerajaan-Nya tidak berkesudahan dari tangan-Nya (Luk. 1: 32,33). Sepanjang
pelayanan-Nya di bumi jabatan keturunan Daud yang dimiliki Yesus, diberikan
kepada bangsa Israel, tetapi Ia ditolak. Sebagai Raja, Dia diarak-arak sebagai
raja (Yoh. 19:3; Luk. 23 : 18-23; Mrk. 11: 1-11). Ia memerintah, melindungi dan
memelihara umat-Nya dan berperang melawan kerajaan maut. Kristus adalah Raja
segala bangsa, walaupun Ia tidak memerintah selaku raja. Hal ini menanti
kedatangan-Nya kedua kali. Kemudian Kristus Imam itu akan duduk di singgasana-Nya,
membawa zaman keemasan yang telah lama dinanti-nantikan di bumi ini (Maz. 110).
Ketiga jabatan Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja adalah kunci dan
tujuan inkarnasi. Jabatan propetik-Nya dilibatkan dalam penyataan berita Allah;
Jabatan Imam dikaitkan dengan karya keselamatan dan keberadaan-Nya sebagai
pengantara; jabatan sebagai Raja memberikan Dia hak untuk memerintah atas
Israel dan seluruh dunia. Semua tujuan ilahi dari ketiga jabatan historis ini
secara sempurna terkulminasi dalam Tuhan Yesus Kristus.
BAB IV
KEMATIAN, KEBANGKITAN DAN KENAIKKAN TUHAN YESUS
A. KEMATIAN KRISTUS
Dalam Maz. 22, telah dinubuatkan tentang kematian Kristus
yang menyakitkan.Maz. 22:2, menubuatkan Kristus akan berseru di atas kayu
Salib, di mana secara hukum Ia menanggung dosa dunia (Mat. 27:46; Mrk. 15:34)..
Di ayat7,menjelaskan bagaimana orang yang akan lewat mengolok-olok Dia (Mat
27:39). Di ayat 8, menubuatkan kata-kata ejekan yang sesungguhnya akan
dilontarkan kepadaDia (Mat. 27:43). Di ayat 16, menubuatkan paku di kaki dan di
tangan Yesus ( Yoh. 20:25). Di ayat 17, mengindikasikan bahwa tidak ada satu
tulang Kristus pun yang akan dipatahkan (Yoh. 19: 33-36). Maz.22:19,
menubuatkan serdalu yang membuang undi untuk jubah Kristus (Yoh. 19:24). Di
ayat 25, nubuatkan doa Kristus kepada Bapa tentang kematian-Nya (Mat. 26:39;
Ibr. 5:7).
Kematian-Nya karena kekejaman. (Yes. 52 dan 53) juga menggambarkan masa
depan penderitaan Kristus. Yes. 52:14, menjabarkan muka Kristus yang tidak dikenal
lagi sebagai akibat dari sesahan (Yoh. 19:1). Yes. 53:5, menubuatkan penyesahan
dan kematian
karena kekejaman dari Kristus (Yoh. 19:1, 18). Yes. 53:7, menubuatkan Mesias
seperti seekor domba – yang diam dan taat menuju kematian (Yoh. 1:29).
Dalam Pengakuan iman mengenai kematian Yesus : disalibkan – mati –
dikuburkan. Pengakuan ini menekankan bahwa Yesus Kristus benar-benar mati
disalib. Aliran-aliran Gnostik menganggap
Salib -kematian Yesus sebagai kebodohan (1 Kor. 1:18-2:5).
Perlunya Penderitaan dan
Kematian Tuhan Yesus.
Setiap
orang yang dilahirkan ke dalam dunia ini berada di bawah kutukan, karena (a)
hubungannya dengan
dosa Adam (Rom. 5:12), dan (b) karena sifat dosa yang dibawa setiap orang sejak
lahir (Ef. 2:3).Selain itu, (c) semua orang berbuat dosa yang merupakan buah
yang tidak dapat dielakkan dari sifat dosa itu (Rom. 3: 9-23).Hal ini tidak
hanya berarti kutukan itu bersifat universal, tetapi juga menyatakan suatu
kebutuhan universal (yang berlaku bagi semua orang) bahwa semua orang harus diselamatkan
dari hukuman dosa.
Salib kematian Yesus
Kristus secara Rohani punya arti yang dalam :
1. Pengganti (Yes.
53:4-5)
2. Salib berbicara
tentang pendamaian (2 Kor. 5: 18-20).
3. Salib, Penebusan
(1 Pet. 1:18-19; Kol. 1:19).Setiap orang berdosa telah digadaikan ke rumah
iblis, maka harus ditebus.
4. Salib berbicara
tentang pengampunan (1 Yoh. 1:9; Yer.31:34c; Amsal. 28:13)
5. Salib pengudusan,
disucikan (Ibr. 9:14)
6. Salib, pembenaran
(Rom. 3:24-26)
7. Salib, tentang
pelepasan (Kol. 1:13)
8. Salib, berbicara
pembaharuan (Rom. 6: 2-11; 2 Kor. 5:17; Gal;. 2:20).
9. Salib, membuka
jalan kehadirat Allah (Yoh. 14:6; Ibr. 10:19-20)
10. Salib, berbicara tentang penyembuhan ( 1 Pet.
2: 24-25; Yes. 53: 3-5), penyembuhan total, penyakit, akar-akar kepahitan dalam
hidup, ditinggal pacar, orang tua (Kel. 15: 24-26).
Salib mahal,
tidak terhitung nilainya, salib adalah wujud kasih Tuhan Yesus dan jawaban
persoalan manusia.
a.
Pentingnya kematian Tuhan Yesus.
Kematian Tuhan Yesus
disebut 175 X dalam PB. Yesus menjadi manusia, supaya Ia mati menggantikan kita
orang berdosa dan untuk menebus kita (Mat. 20: 28). Tujuan kematian Kristus
ialah untuk menggantikan kita orang berdosa, dan oleh kematiaan-Nya pengampunan
diberikan kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya dan bertobat (Yes. 53:
10).Kematian-Nya juga adalah korban pendamaian bagi seisi dunia ini (1 Yoh.
2:2).
b.
Perlunya kematian Tuhan Yesus, karena tuntutan kekudusan/kesucian Allah
dan dosa manusia. Allah yang mahakudus tidak dapat melihat dosa, dan Ia
menuntuthukuman bagi manusia yang berdosa. Kalau kita lihat PL secara khusus
kitab Imamat, di mana orang yang berdosa tidak dapat memasuki tempat yang
Mahakudus dalam kemah suci. Untuk bisa masuk mereka harus lebih dahulu
mengorbankan binatang sebagai korban untuk dosa-dosa mereka, Di mana darah
ditumpahkan. Manusia bisa menghampiri Allah hanya dengan korban darah
“kematian”.
c.
Hubungan Allah dan manusia telah rusak/putus oleh karena dosa. Dosa
menuntut korban ‘pendamaian’. Dalam Alkitab dosa dikatakan (a) mendatangkan
murka Allah atas kita dan membawa kebinasaan kekal. (b) Dosa itu adalah maut
(upah dosa maut Rom. 6: 23).
d.
Kata-Kata kematian Kristus, dalam PB penekankan pengganti (subtitusi), mati sebagai
pengganti bagi orang berdosa.Kematian-Nya disebut vicarious artinya seorang
sebagai pengganti dari yang lain. Yes. 53, menekankan natur substusi dari
kematian Kristus. Dan apa yang tertulis di 1 Pet. 2:24 “ Ia sendiri telah memikul dosa kita di
dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita yang telah mati terhadap dosa, hidup
untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh”.
Kata-kata yang menyatakan pendamaian :
(a) Pendamaian, ini berarti
suatu perubahan dari keadaan perseteruan/ musuh menjadi bersahabat, berdamai
atau dengan kata lain; sikap Allah berobah kepada manusia yang percaya dan
bertobat kepada Dia.
(b) Korban Grafirat. Perkataan
ini terdapat dalam PL, yang berarti ditutupi (Maz. 32: 1-2; Kel. 30:10).
Grafirat sama artinya dengan pendamaian yang berarti; menutupi dosa, di mana
darah Tuhan Yesus/ domba Allah menutupi dosa manusia. Dalam PB kata pendamaian
bhs. Yunani ‘kattalage’ yang artinya; memperbaiki yang rusak (Rom. 3:25). Suatu kewajiban apa pun yang terjadi karena ada hubungan
keluarga. Jadi
darah Tuhan Yesus yang telah ditumpahkan di kayu Salib, adalah sarana
pendamaian (2 Kor. 5: 10,19). Tuhan Yesus disebut pendamai karena Ia telah
menebus, menutupi dosa umat manusia, maka ada pendamaian antara Allah dan
manusia berdosa.
(c) Tebusan. Dalam PL ada
tiga kata dipakai untuk ‘penebusan’ goel, padah, dan kopher. Arti utama dalam
kata ‘goal’ adalah kewajiban keluarga dalam hubungannya dengan pembayaran suatu
harga. Kata ‘padah’ adalah tebusan
dengan cara membayar harga seperti transaksi
perdagangan tanpa suatu kewajiban apapun yang terjadi karena hubungan
kekeluargaan (Kel. 13: 12: Bil. 18:15-17). Kata ketiga ‘kopher’ menunjuk pada
jumlah uang yang dibayarkan untuk menebus orang yang telah kehilangan hak
hidupnya (Kel. 21:28; 30:12).
Dalam PB ada beberapa kata yang dipakai yang berhubungan
‘penebusan’ ; Kata Agozora dipakai 24 kali dalam arti membeli (Mat. 13:44; Luk.
9:13). Pemakaian kata ini yang bersifat soteriologis dalam PB mencakup tiga
makna dasar, (1) dalam karya penebusan-Nya, Kristus telah membayar harga
tebusan untuk seluruh umat manusia (2 Pet. 2:1), (2) harganya sendiri
disebutkan dengan jelas, yaitu darah Kristus (Why. 5: 9-10), (3) karena kita
telah dibeli dengan harga tebusan itu, maka kita harus melayani Dia (1 Kor. 6:
19-20; 7: 22-23). Kata ‘Peripoioumai’ kata ini digunakan satu kali berkenan dengan penebusan (Kis.
20:28). Arti kata itu ialah menjaga supaya selamat atau memelihara. Dalam arti
ragam gramatikal arti kata itu ialah
untuk memelihara atau menyelamatkan diri
sendiri atau untuk mendapatkan milik. Kata lain “lutroo”, dari akar kata
’luo’, melepaskan tawanan. Kata ini biasanya dihubungkan dengan uang
tebusan yang harus dibayarkan sebagai
syarat untuk pelepasan atau pembebasan.
Penebusan dapat diringkas menjadi tiga gagasan mendasar;
(a) manusia dibebaskan dari sesuatu; yaitu dari pasar atau perbudakan dosa, (b)
manusia dibebaskan oleh sesuatu; yaitu oleh pembayaran harga dengan darah
Kristus, (c) manusia dibebaskan untuk sesuatu; yaitu untuk mengalami kebebasan
dan kemudian dipanggil supaya meninggalkan kebebasan dalam alam perbudakan
untuk melayani Tuhan yang telah menebus mereka.
Kebenaran yang berkaitan adalah bahwa kematian Kristus menyediakan
“penebusan “.Dalam 1 Kor. 6:20, menyatakanbahwa orang percaya ‘telah dibeli dan harganya
telah lunas’. Membeli dalam bhs, Yun.Agarazo, menggambarkan seorang budak
dibeli di pasar rakyat.Kristus membeli orang percaya dari pasar budak dan
membebaskan mereka (1 Kor. 7:23; Gal. 3:13; 4:5; Why. 5:9; 14:3-4). Akibat
lebih lanjut dari kematian Kristus adalah bahwa manusia dipulihkan hubungannya
dengan Allah, artinya bahwa manusia yang telah terpisah dan diasingkan dari
Allah, sekarang diperdamaikan dengan Dia. Rekonsiliasi adalah Allah memberikan damai
yang sebelumnya adalah permusuhan dan Allah memulihkan manusia pada persekutuan
dengan diri-Nya sendiri ( 1 Kor. 5: 1 ;9 ;8-20).
Dalam PB ,menebus berarti melepaskan dari perhambaan atau tawanan. Kita semua
adalah hamba dosa dan tawanan iblis.Keterangan mengenai tebusan dapat dilihat
dalam Im. 25: 47-55. Manusia terjual dibawah kuasa dosa, karena itu perlu
ditebus (Rom. 7:14). Gagasan penebusan dalam Alkitab diungkapkan :
ü Dibeli dengan pembayaran
lunas (1 Kor. 6: 20; 7: 23)
ü Ditebus dari kutukan hukum taurat (Gal. 3: 13; 4:
5)
ü Dibebaskan dari kejahatan
(Tit. 2: 14).
Tuhan Yesus menebus kita
dari dosa, dari maut dengan korban-Nya sendiri. Darah-Nya telah menjadi tebusan
bagi kita yang dipersembahkan/dibayarkan kepada Allah, supaya kita lepas dari
dosa/maut (Gal. 3:13; 1 Pet. 1: 18-20; 1 Tim. 2: 6; Kol. 1: 14).
(d) Pengampunan. Kematian
Kristus mengakibatkan pengampunan bagi orang berdosa. Allah tidak dapat
mengampuni dosa tanpa pembayaran yang seharusnya; kematian Kristus menyediakan
alat yang sah secara hukum, sehingga Allah dapat mengampuni dosa (Kol. 2:13)
mendeklasikan bahwa Allah telah “mengampuni (Yun. Charisamenos) segala
pelanggaran kita. Kata mengampuni berasal dari akar kata ‘untuk anugerah’; jadi
pengampunan berarti pengampuni berdasarkan anugerah. Kata umum mengampuni (Yun.
Aphiemi) berarti ‘memerintahkan untuk pergi (Lih. Mat. 6:12; 9:6; Yak. 5:15; 1
Yoh. 1:9).
(e) Besar dan Luasnya
Pendamaian Tuhan Yesus
1. Korban pendamaian Kristus
menahan hukuman atas dosa manusia, serta memberikan kesempatan bagi manusia
bertobat (2 Pet. 3:9; Mat. 5: 45).
2. Korban Tuhan Yesus
menyediakan keselamatan untuk semua orang ,kecuali mereka yang menolak-Nya
(Rom. 5: 20; 2 Kor. 5: 18-20)
3. Menghilangkan kutuk
terhadap alamini (Yes. 55: 13; Rom. 8: 21-22)
4. Korban Tuhan Yesus
mengadakan keselamatan untuk segala anak-anak, yang mati sebelum dapat percaya
akan Tuhan Yesus (Mat. 18: 10; 19: 13-15).
Perlu kita tahu dan ingat
bahwa korban pendamaian Yesus berlaku pada setiap pribadi (Gal. 2:20), untuk
jemaat Tuhan (Ef. 5: 25-27), untuk orang berdosa (Rom. 5: 6-10; 1 Tim. 1: 15).
Hasil Korban
Tuhan Yesus :
(a) Kesucian Allah terpelihara
dan dipuaskan (Maz. 22; Yes. 53; Rom. 3: 25-26; Ibr. 9:15; Gal. 1: 4; 3: 13).
(b) Hukuman Allah yang
dilanggar telah terpelihara dan dipuaskan, serta kutuk atas manusia telah
dihapuskan ((Kej. 2: 17; Yez. 18: 4,20; Rom. 6:23; Kol. 2: 14; Gal. 3: 13).
(c) Kasih Allah dinyatakan dan
manusia dibawah kepada pertobatan dan beriman kepada Tuhan Yesus (Yoh. 3: 16;
Rom. 5
(d) Iblis dikalahkan, dan kuasanya
dihancurkan (Yoh. 12: 30-31).
Justifikasi.Hasil lebih
lanjut dari kematian Kristus adalah justifikasi bagi orang berdosa yang
percaya.Justifikasi juga merupakan tindakan hukuman Allah sebagai Hakim yang
mendeklarasikan orang berdosa yang percaya sebagai orang yang dibenarkan.Rom.5:1
menjelaskan; ‘sebab itu, kita yang dibenarkan (Yun.Dikaiothentes) karena iman,
kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita Yesus
Kristus.
B. KEBANGKITAN KRISTUS
Kebangkitan Tuhan Yesus
adalah satu kebenaran dan dasar iman Kristen.Iman kepada Tuhan Yesus, erat
hubungannya dengan masalah kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Hasil itu
disimpulkan Firman Tuhan dalam 1 Kor. 15:17. Karena itu kebangkitan-Nya patut
dianggap sebagai karya Kristus yang menunjuk ke-Ilahian-Nya dan kuasa-Nya yang
mengalahkan maut dan kematian, untuk menyelamatkan manusia dari dosa.Di dalam
dan melalui kebangkitan Yesus, terkandung nilai dan berlakunya pekerjaan Yesus
di masa lampau, sekarang dan akandatang.Kebangkitan Yesuspun bertalin dengan
penggenapan Nubuat dalam PL dan PB.
Dari segi pelayanan
kebangkitan adalah permulaan tahap baru pekerjaan bagi orang-orang kudus, dan
Kebangkitan adalah persiapan untuk kemuliaan-Nya, karena pekerjaan Yesus di
masa datang berkaitan dengan kebangkitan-Nya dan kebangkitan orang-orang
percaya, dan dasar pengharapan orang percaya kepada-Nya.
1. Bukti-Bukti Kebangkitan
Tuhan Yesus
Penampakan diri Tuhan Yesus
kepada orang banyak pada waktu kebangkitan-Nya adalah merupakan bukti sejarah
yang tidak ada taranya, hal itu dapat kita lihat :
a. Para pengawal kuburan-Nya
melihat Malaikat menggulingkan batu kuburan, dan mereka ketakutan (Mat. 28:
2-4)
b. Penampakan Yesus kepada Maria Magdalena ketika ia berada
di kuburan Yesus (Yoh. 20: 11-17; Mrk. 16:6)
c. Kepada orang lain yang
sedang kembali dari kubur-Nya, mereka melihat Tuhan Yesus di tengah jalan (Mat.
28:9-10)
d. Kepada Petrus pada sore
hari (Luk. 24: 23; 1 Kor. 15:5).
e. Kepada kedua murid-Nya
waktu berjalan ke Emaus (Luk. 23: 16-32)
f.
Kepada murud-murid-Nya, dua minggu setelah kebangkitan-Nya (Yoh. 20:
26=29)
g. Di danau Galilea (Yoh. 21:
1- 14)
Bukti-bukti lain adalah
kubur kosong, dan saksi-saksi yang menyaksikan kebangkitan Tuhan Yesus, lebih
500 orang pada satu waktu (1 Kor. 15: 3-9).
2.
Hasil-Hasil Kebangkitan Kristus
a. Wujud lama, namun tubuh
baru. Dengan kebangkitan Kristus dalam sepanjang sejarah nampaklah sejenis
tubuh kebangkitan, karena Ia bangkit dengan tubuh yang kekal, dan tidak pernah
mati lagi. Tubuh kebangkitan-Nya berbeda. Ia dapat masuk ke ruang-ruang
tertutup tanpa membuka pintunya (Luk. 24:36; Yoh. 20:19), Ia dapat menampakkan
diri dan menghilang sesuai dengan kehendak-Nya (Luk. 24:15; Yoh. 20:19), dan Ia
tidak terbatas oleh kebutuhan fisik, seperti tidur atau makan. Kebangkitan
Tuhan Yesus juga sebagai suatu prototif dari kebangkitan orang-orang percaya.
Dua kali Kristus dinyatakan sebagai yang sulung dari antara orang mati (Kol.
1:18; Why. 1:5). Orang-orang percaya dalam keadaan kekal sama seperti Dia (1
Yoh. 3:2), berarti menjadi suci (ay. 3) tanpa dosa (ay. 5), dan menjadi benar
(ay. 7).
b. Bukti Pengakuan-Nya.
Kebangkitan Kristus membuktikan kebenaran-Nya selaku Nabi (Mat. 28:6). Hal ini
juga mengesahkan pengakuan-Nya sebagi Tuhan dan Mesias, suatu hal yang
ditujukan kepada bangsa Israel oleh khotbah Petrus di hari Pentakosta (Kis.
2:36). Paulus menyebutkan bahwa kebangkitan ini membuktikan-Nya sebagai Anak
Allah (Rom. 1:4).
c. Suatu syarat utama untuk
semua pelayanan-Nya selanjutnya. Andaikata Kristus tidak bangkit, maka hidup
dan pelayanan-Nya berakhir di kayu Salib, dan mulai saat itu Ia tidak melakukan
apa-apa lagi. Melalui kebangkitan dan kenaikkan-Nya ke surga, Tuhan masuk ke
dalam pelayanan-Nya di masa sekarang dan masa akandatang. Kebangkitan Kristus
selalu merupakan kebenaran yang menggembirakan, menawan hati dan menjadi
motivasi bagi gereja. Salah satu doa yang paling sederhana dan kredo gereja
mula-mula adalah “Maranatha” yang artinya ‘marilah datang, Tuhan kami’ (1 Kor.
16:22).
C. KENAIKAN KE SURGA
1. Pernyataan-pernyataan
tentang Kenaikkan Kristus ke surga
(a) Dalam PL. Ada dua referensi
menubuatkan kanaikkan Mesias ke surga (Maz. 68:18, dikutif dalam Ef. 4:8 dan
Maz. 110:1, dikutif dalam Kis. 2:34).
(b) Dalam kata-kata Kristus.
Yesus berbicara tentang pulang ke Bapa-Nya (Yoh. 7:33; 14: 12,28; 16:5,10,28)
dan secara khusus tentang Kenaikkan ke surga (Yoh. 6: 62; 20:17).
(c) Dalam tulisan-tulisan PB.
Bagian akhir catatan Markus yang dipersoalkan, yakni tentang Kenaikkan ke surga
(Mrk. 16:19); Lukas mengatakannya dua kali (Luk. 9:51; 24:51); tetapi urain
yang utama terdapat di Kis. 1: 6-11.
Dalam Alkitab kenaikkan
Tuhan Yesus ke surga ditulis di Lukas, Kisah Rasul.Dalam Injil Yohanes disebut
tentang kepergian-Nya untuk menyediakan tempat bagi murid-murid-Nya di rumah
Bapa-Nya (Yoh. 14:2).Dengan naiknya Tuhan Yesus ke surga, Roh Kudus diutus
(Yoh. 16: 7-10).
2. Uraikan tentang Kenaikkan
Kristus ke Surga
a. Tempat Kejadian. Peristiwa
itu terjadi di dekat Betania (Luk. 24:50, yaitu di Butik Zaitun (Kis. 1:2)
b. Caranya. Kenaikkan Yesus ke
atas seolah-olah diangkat awan (Kis. 1:9). Naik-Nya bukan raib tiba-tiba,
tetapi bergerak naik semakin ke atas, meskipun tidak makan waktu lama.
c. Janjinya. Sementara
murid-murid-Nya memperhatikan ke naikkan-Nya, dua orang Malaikat muncul dan
berjanji bahwa Ia yang baru saja terangkat, akan kembali lagi dengan cara yang
sama.
3. Maksud Kenaikkan Kristus ke
surga :
a. Tuhan Yesus naik ke surga
untuk menjadi perintis bagi kita (Ibr. 6:20)
b. Tuhan Yesus naik ke surga
untuk menghadap Allah bagi kita, Ia mengambil satu pekerjaan baru, untuk
pengantara, mendoakan kita dan guna kepentingan kita (Ibr. 9:24; 7:27).
c. Menunggu waktunya untuk
memerintah segenap alam ini (Fil. 2:11).
4. Faedah Kenaikkan Tuhan
Yesus bagi kita
a. Memastikan kita mendapat
tempat di hadirat Allah, dan menghadap hadirat Allah dengan hati yang berani
(Ibr. 4: 14-16)
b. Memastikan bahwa Roh Kudus
dicurahkan atas orang-orang yang percaya, dan menaati Firman-Nya (Yoh. 14:
16-17)
c. Memberikan pengharapan bagi
kita untuk mendapatkan tubuh yang tidak dapat binasa (1 Kor. 15: 50-54; 1 Yoh.
3:2; Fil. 3: 20-21)
d. Menentukan bahwa Ia adalah
kepala atas segala sesuatu dalam jemaat (Ef. 1:22; Ef. 4: 8-12).
D.
PELAYANAN-PELAYANAN KRISTUS SESUDAH KENAIKKAN
1. Pelayanan Yang Telah Lewat
Sebelum Ia naik, Kristus berjanji kepada para murid-Nya, bahwa mereka
tidak akan menjadi piatu, tetapi Dia akan mengirim seorang penolong (Yoh. 14:
16-18,26; 15:26; 16:7). Ayat terakhir menjelaskan bahwa kedatangan Roh Kudus
tergantung kepada kepergian Kristus kepada Bapa. Petrus mengulangi hal itu pada
hari Pentakosta dengan mengatakan “Kristus yang telah bangkit dan naik ke
surga” –lah yang mengirimkan Roh Kudus dan bukti-bukti yang menyertainya, yang
mereka saksikan pada hari itu (Kis. 2:23).
2. Pelayanan Masa Kini.
Kenaikkan Kristus, menempatkan Dia di sebelah kanan Bapa untuk menjadi kepala,
tubuh-Nya (Ef. 1: 20-23). Hal ini melibatkan sejumlah pelayanan khusus yang
dilakukan Kristus berkaitan dengan tubuh tersebut.
a. Ia membentuk tubuh
tersebut. Ia membentuk tubuh tersebut dengan mengirimkan Roh Kudus pada hari
Pentakosta untuk membaptis orang-orang percaya ke dalam tubuh itu (Kis. 1:5;
2:33; 1 Kor. 12:13). Meskipun pekerjaan Roh Kudus dalam membaptiskan adalah
perantara langsung yang mengakibatkan penempatan orang-orang percaya ke dalam tubuh,
Kristus yang naik ke surga adalah Agen tertinggi karena Ia mengirim Roh Kudus.
b. Dengan berbagai cara Ia
memelihara tubuh-Nya. Ia menguduskannya (Ef. 5:26), menunjukkan kepada
keseluruhan proses pengudusan yang dimulai dari pertobatan dan berlangsung terus
sampai kita ditampilkan sempurna di hadapan-Nya di surga.
c. Tuhan Yesus Naik ke surga
juga memberikan karunia-karunia kepada tubuh tersebut (gereja) Ef. 4: 7-13.
d. Tuhan yang naik ke surga
juga memberikan kuasa kepada tubuh-Nya (Yoh. 15: 1-10). Ilustrasi Pokok Anggur
dan cabang-cabangnya. Menjelaskan tanpa kuasa Kristus yang mengalir, kita tidak
bisa berbuat apa-apa. Kuasa itu tergantung keberadaan kita di dalam Dia (Yoh.
14:17).
e. Selaku Imam bagi umat-Nya.
Selaku seorang Imam yang setia, Kristus yang naik ke surga memberi simpati,
menolong dalam kesusahan, memberikan rahmat kepada umat-Nya (Ibr. 2: 18; 4:
14-16). Seorang Imam Besar juga bertindak sebagai seorang pelopor. Meyakinkan
kita bahwa kita nantinya memiliki jalan masuk ke surga, seperti Ia juga telah
memilih jalan itu (Ibr. 6:19-20). Kata ‘pelopor’ digunakan bagi seorang
petunjuk jalan yang ‘yang menyelidiki daerah, atau pembawa berita mengumumkan
kedatangan Raja; dengan kata lain, hal ini dapat berarti bahwa lainnya
menyusul. Kristus kini di surga selaku imam Besar kita; hal ini meyakinkan kita
bahwa kita akan mengikuti Dia ke sana pada suatu hari.
3. Pelayanan di masa Datang
Ada tiga pelayanan masa datang (Eskatologi)
a. Allah akan membangkitkan
orang mati. Di masa mendatang semua orang akan mendengar suara Kristus,
membangkitkan mereka dari antara orang mati (Yoh. 5:28). Sebagian akan
dipanggil ke kehidupan kekal dan lainya ke penghukuman. Orang-orang percaya
dari zaman Gereja (1 Tes. 4::13-18) akan dibangkitkan pada saat pengangkatan
gereja. Orang-orang suci dalam PL kelihatannya akan dibangkitkan pada
kedatangan yang kedua kali (Dan. 12:2). Orang-orang mati yang tak percaya dari
sepanjang masa tak akan dibangkitkan sebelum masa kerajaan seribu tahun damai
berakhir (Why. 20:5).
b. Ia Akan Memberi Upah Semua
Orang. Meskipun kebanyakan orang berpendapat bahwa Allah selaku Hakim semua
orang, Tuhan kita berkata bahwa semua penghakiman telah diberikan kepada-Nya
(Yoh. 5: 22,27)). Penghakiman semua orang tidak sama waktunya, namun Kristus
akan menghakimi semua orang. Orang-orang percaya akan diadili-Nya pada Tahta
Pengadilan Kristus (1 Kor. 3: 11-15; 2 Kor. 5:10), setelah penghakiman gereja.
Hasil pengadilan itu, semua orang akan ditempatkan di surga, meskipun dengan
pahala yang berbeda-beda. Semua akan menerima pujian dari Allah (1 Kor. 4:5).
Orang-orang yang tak percaya akan dihakimi pada tahta putih yang Besar pada
akhir Kerajaan Seribu tahun (Why. 20: 11-15). Semua orang yang tak percaya itu
akan diberi imbalan sesuai dengan perbuatan mereka, yaitu dibuang ke dalam
lautan api. Namun tanpa mempedulikan waktunya, semuanya akan dihakimi oleh
Kristus.
c. Ia Akan Memerintah Dunia
ini. Pada waktu Yesus kembali, Ia akan memegang suatu pemerintahan dan
memerintah bangsa-bangsa dunia ini sebagai orang penguasa yang murah hati (Why.
19:15). Kemudian, dunia akan mengalami suatu masa kebenaran, keadilan,
kesejahteraan social, kemakmuran secara ekonomi, dan pengetahuan rohani. Ia kan
menyatakan diri-Nya sebagai Raja atas segala raja dan Tuhan atas segala tuan di
arena yang sama, di mana telah terjadi pemberontakan manusia melawan Allah.
B.KESELAMATAN
Soteriologi berkaitan
dengan pelimpahan berkat keselamatan bagi manusia berdosa dan berkaitan dengan pemulihan, pembaharuan dan penebusan,
maka Soteriologi hanya dapat dipahami berdasarkan keadaan manusia yang
diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, kemudian putus/rusak karena masuknya
dosa ke dalam dunia.
Secara umum manusia tidak
bisa melepakan diri (tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri), dari pemahaman
ini, manusia membutuhkan keselamatan. Keselamatan adalah pekerjaan Bapa,
dan Keselamatan adalah Anugrah.
Yang harus diterima dengan
iman, melalui pertobatan dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat Pribadi.
1. DOSA
a. Jatuhnya Manusia ke dalam
Dosa
Di taman Eden, Allah menempatkan manusia pertama,
hidup dalam persekutuan (hubungan yang baik) yang indah dengan Allah, dan semua
ciptaan-Nya, hidup damai, tidak kurang sesuatupun. Lalu datanglah ular (iblis),
untuk menguji manusia, apakah dia tetap setia dan menaati firman-Nya (Kej. 2:
8-17). Maksud dan tujuan ujian Allah, ada tiga :
(1) Ujian perlu karena manusia
memiliki kehendak besas, dan dapat menentukan segala perbuatan/kehendaknya sendiri,
oleh karena itu perlu menentukan pilihan (diberi kebebasan)
(2) Apakah manusia itu setia
dan menaati Firman Allah
(3) Ujian membawa manusia itu
kepada kehidupan yang lebih tinggi, murni yaitu; kebaikan padanya (kehidupan
yang lebih mulia).
Ujian
terhdap manusia (Hawa) dilakukan melalui :
ü Tubuh. Iblis mencobai Hawa
melalui tubuhnya (mata), ia melihat bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan
(Kej. 3:6a).
ü Jiwa. Dengan perantaraan
pikiran, perasaan, ia merasa buah itu sedap, dan ia berpikir buah pohon itu
memberikan pengertian (Kej. 3:6b)
ü Roh. Ia berkata kalau buah
itu dimakan, ia akan menjadi seperti Allah. Ada satu ambisi yang berpusat pada
dirinya sendiri.
Serangan iblis mencobai
manusia/kita melalui keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup.
Berbicara mengenai dosa,
sering diperdebatkan, dari mana asal-usulnya ‘dosa’.Secara umum asal usul dosa
tidak jelas.Ada yang mengatakan dosa berasal dari iblis yang dulunya malaikat
terang, tetapi karena ingin bebas, dia diusir Allah (Yes. 14: 12-17) yang disebut
bintang timur.Putra fajar (anggapan ini salah kaua kita lihat konteks ayat
ini).Dosa tidak berasal dari Allah, sebab Allah kudus dan tidak dapat dicobai
(Yak. 1:13).Asal usul dosa yang sebenarnya adalah keinginan manusia (Yak.
1:15), dan ketidak percayaan kepada Allah dan firman-Nya, itulah akar semua
dosa di dalam kehidupan manusia.
Apakah Dosa
itu?
Kata yang dipakai terhadap
dosa dalam PL (bhs. Ibr) ada banyak ; Chat atau chatta, pesya, awon, syaga dll
(tidak akan dibahas satu persatu), tetapi artinya; luput, tidak mengenai
sasaran, menyeleweng dari tujuan, pendurhakaan dan pemberontakan. Dalam PL
secara khusus daIm. 16:21, ada tiga perkataan untuk dosa:
v Dosa artinya tidak kena,
tidak sampai sasaran , tujuan yang diharapkan Tuhan
v Durhaka, pelanggaran, pemberontakan
kepada Allah dan firman-Nya
v Kejahatan, kesalahan,
kedurjanaan.
Dalam PB kata yang dipakai
untuk dosa; Hamartia, plato, adikia, parabasis, anomia, asebeia (tidak
diuraikan satu persatu). Dosa selain tidak sampai pada sasaran, tujuan maksud
Allaj, berarti; pelanggaran, kejahatan, durhaka, kefasikan, kesalahan, tidak
berdiri teguh pada saat harus berdiri teguh.Dalam pengajaran Kristiani, dosa
adalah ketidak taatan pada Allah dan firman-Nya dalam hal perbuatan, hati dan
pikiran.
Macam-Macam
Dosa
Di atas kita
telah membahas arti dosa, dosa ada bermacam-macam :
1. Dosa perorangan, dan dosa
kolektif. Alkitab menjelaskan, ada dosa pribadi seperti Daud, Simon Petrus dan
Yorebeam, dan dosa keluarga dan bangsa (bd. Heh. 1).
2. Dosa terhadap Allah dan
sesame manusia
3. Dosa keturunan (Maz. 51: 7)
4. Dosa menghujat Roh Kudus
(bd. Mrk. 3: 29; Luk. 12:10). Dosa menghujat Roh Kudus adalah dosa yang
dilakukan dengan kesadaran yang luar biasa penuh, dan tahu kebenaran Injil
tetapi tidak mau percaya (bertobat), dengan kata lain menentang pekerjaan
Allah. Menghujat Roh Kudus adalah pekerjaan iblis (bd. IIbr. 6: 4-8).
5. Dosa dalam pikiran,
perkataan dan perbuatan.
Akibat Dosa
a. Mereka yang berbuat dosa
merasa malu, berusaha sendiri, membuat cawat untuk menutupi dirinya. Berusaha
menyelamatkan diri sendiri, menjadi takut, bersembunyikan diri di hadapan Allah
(Kej. 3: 7-18).
b. Dosa menceraikan manusia
dari Allah, Adam – Hawa dan keturunannya diusir, dari pohon kehidupan di taman
Eden.
c. Akibat dosa pada dunia;
tanah terkutuk, binatang, air bah, hubungan manusia dengan binatang, berbalik,
dulu binatang takut pada manusia, sekarang manusia takut pada binatang.
d. Akibat dosa bagi segenap
manusia, merusak hubungan antar manusia, manusia tidak lagi saling mengasihi,
dosa mengubah perilaku manusia.
e. Doa manusia tidak didengar
Allah (Yes. 59: 2-3)
f. Dosa mengakibatkan hukuman,
kematian, sebab upah dosa adalah maut (Rom. 6:23).
Akibat lain,
Kematian:
(1) Kematian jasmani,
perceraian antara Roh dan Jasmani yang menyebabkan kerusakan tubuh (Rom. 5:12)
(2) Kematian rohani, perceraian
roh manusia dengan Roh Allah (Mat. 8:22; Luk. 15: 32; Yoh. 5: 24; Rom. 8:13).
(3) Kematian yang kekal.
Artinya hukuman Tuhan terhadap orang berdosa, bagi orang yang tidak mau
bertobat, percaya kepada-Nya, neraka, siksaan, murka, geram yang disebut dengan
istilah kematian yang kedua kali.
(4) Kebinasaan (rusak) tidak
dapat dipakai lagi untuk maksud yang semestinya, hilang kemuliaan Tuhan dari
padanya (Mat. 9:17; 26: 8).
Manusia adalah ciptaan
Allah yang mulia, dosa mengakibatkan manusia menjadi putus hubungan dengan
Allah, tidak memiliki damai sejahtera. Tuhan memanggil manusia/ kita dengan kasih, anugerah-Nya
kepada pertobatan, dengan meninggalkan dosa-dosa kita, agar kita memiliki hidup
yang kekal dan pengharapan.
Sebelum kita membahas
keselamatan, kita perlu membahas ajaran tentang dosa.Setiap orang yang
dilahirkan ke dalam dunia ini berada di bawah kutuk dosa, karena (a)
hubungannya dengan dosa Adam (Rom. 5:12), dan (b) karena sifat dosa yang
dibawah setiap orang sejak lahir (Ef. 2: 3). (c) semua orang berbuat dosa yang
merupakan buah yang tidak dapat dielakkan dari sifat dosa itu (Rom. 3: 9-23).
Hal itu hanya berarti kutukan itu bersifat universal, tetapi juga menyatakan
suatu kebutuhan universal (yang berlaku bagi semua orang) bahwa semua orang
harus diselamatkan dari hukuman karena dosa.
2. Keselamatan.
Soteriologi, ajaran tentang
keselamatan, harus merupakanpokok
bahasan yang luas dalam Alkkitab. Dari sudut pandangan Allah,
keselamatan meliputi segenap karya Allah dalam membawa manusia keluar dari
hukuman menuju pembenaran, dari kematian ke kehidupan yang kekal, dari musuh
menjadi anak.Dari sudut pandang manusia, keselamatan mencakup segala berkat
yang berada di dalam Kristus, yang bisa diperoleh dalam hidup sekarang maupun
kehidupan yang datang.Segenap jalan keselamatan ditegaskan dengan memperhatikan
ketiga taraf keselamatan. (1) Pada saat seseorang percaya, Ia diselamatkan dari
hukuman dosa (Ef. 2:8; Tit. 3:5), (2) Orang percaya juga diselamatkan dari
kuasa dosa dan dikuduskan serta dipelihara (ibr. 7: 25), (3) Dan iapun akan
diselamatkan dari adanya dosa itu di surga selama-lamanya (Rom. 5: 9-10).
Mengapa
Allah menyelamatkan manusia, sampai memberikan anak-Nya yang tunggal mati
dikayu Salib. Alkitab menunjukkan tiga alasan : (a)Hal ini merupakan
perwujudkan yang paling besar dan paling nyata dari Allah kasih (Yoh. 3:16),
(b) Keselamatan juga menunjukkan karunia atau anugrah yang Allah yang kekal
(Ef. 2:7), (c) Allah juga menghendaki suatu umat yang akan melakukan pekerjaan
baik dalam hidup ini dan dengan demikian memperlihatkan kepada dunia, meskipun
tidak sempurna, tentang Allah yang baik (Ay. 10).
Pemakaian istilah
keselamatan :
1. Dalam PL, dari kata
“Yasha”, yang berarti lebar atau luas, lawan dari kesempitan atau tindasan.
Dengan demikian, itu berarti kebebasan dari sesuatu yang mengikat atau
membatasi, dan kemudian berarti pembebasan, pelepasan atau memberikan keluasan,
kelapangan kepada sesuatu. Dalam PL keselamatan bukan hanya pembebasan dari
suatu kesukaran tertentu, tetapi juga pembebasan bagi Tuhan untuk melaksanakan
rencana-Nya yang khusus (Yes. 43: 11-12; 49: 6).
2. Dalam PB. Dalam
Septuaginta, dan dalam PB, kata kerja yang dipakai ‘sozs’ dan kata-kta yang
sama asalnya, soter dan soteria, biasanya merupakan terjemahan dari bhs. Ibr.
‘Yasha”. Tetapi, beberapa kali golongan sozo merupakan terjemahandari shalom,
damai atau keutuhan, dan juga kata-kata yang sama awalnya. Jadi keselamatan
dapat berarti perawatan, kesembuhan, pertolongan, penyelamatan, penebusan, atau
kesejahteraan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pemeliharaan dari bahaya,
penyakit, atau pun kematian (Mat. 9: 22; Kis. 27: 20, 31-34; Ibr. 5: 7). Tetapi
pemakaian Kristen yang penuh, berarti penyelamatan dari kematian kekal dan
pemberian hidup yang kekal kepada seseorang (Rom. 5: 9; Ibr. 7: 25).
Keselamatan adalah inisiatif Allah, kematian Yesus di kayu Salib merupakan
satu-satunya dasar keselamatan itu (Kis. 4: 12; Ibr. 5: 9). Keselamatan
mempunyai aspek masa lampau yang terjadi pada waktu kita percaya, aspek masa
kini, dan penyempurnaan di masa akan datang.
Iman adalah
dasar dan syarat penting untuk mendapatkan keselamatan dalam PL maupun dalam
PB.
Dasar Keselamatan.
1. Anugerah Allah.
Anugerah.Anugerah
dapat dijabarkan sebagai kebaikan yang tidak layak diterima atau tanpa pamrih
dari Allah kepada mereka yang berada dibawah murka. Kata chesed dalam PL,
menunjuk pada pembebasan dari musuh, malapetaka atau kemalangan (Maz. 6:5;
31:9,16; 57:4; 69:14-17).; memampukan (Maz. 85:8); bimbingan tiap hari (Maz.
143:8); pengampunan (Bil. 14:19; Maz. 51:3); dan pemeliharaan (Maz. 23:6;
33:18; 42:9; 94:18; 119:75,76). Dalam PB “charis” yang artinya “pemberian”
berfocus pada penyediaan keselamatan di dalam Kristus. Anugerah direfleksikan
dalam penyediaan keselamatan oleh Allah (Rom. 3:24; Ef. 1:7; 2:8); Kristus
memberikan anugerah dan kebenaran (Yoh. 1:18; Rom. 1:5); Anugerah Kristus
memampukan orang percaya untuk mendapatkan posisi dihadapan Allah (Rom. 5:2);
Kristus memberi hidup bukan kematian melalui anugerah (Rom. 5:17)); Anugerah
Kristus melampaui dosa Adam (Rom. 5:15,20); Anugerah Krisrus memberikan karunia
rohani pada semua orang percaya (Rom. 12:6; Ef. 4:7); Semua orang diterima
Kristus melalui anugerah (Ef. 3:2).
Anugerah , ada yang bersifat Umum dan Khusus.
a. Anugerah umum
Anugerah umum memiliki cakupan yang lebih luas,
ditujukan pada seluruh umat manusia.Dalam istilah yang singkat, anugerah umum
dapat difefinisikan sebagai ‘kebaikkan Allah yang tanpa syarat pada semua orang
diperlihatkan dalam pemeliharaan-Nya kepada mereka.Penjelasan Anugerah umum;
(1) Berkat-berkat umum bagi semua umat manusia.Kata umum menekankan bahwa semua
umat manusia adalah penerima anugerah umum.Provisi materi adalah satu aspek
umum.Yesus memerintahkan para pengikutnya untuk mengasihi para musuh mereka,
karena Allah memperlihatkan kasih-Nya kepada semua orang (Mat. 5:45 dan Maz.
145: 8-9).Anugerah dan kemurahan Allah secara khusus dinyatakan dalam
penundaan-Nya dan penahanan penghakiman.Bahwa Allah tidak langsung menghukum
manusia adalah suatu bukti dari anugerah-Nya.Alasannya adalah untuk
memungkinkan manusia datang pada pertobatan (Rom. 2: 4). (2) Penahanan dosa.
Allah menahan dosa adalah suatu ekstensi dari anugerah umum. (3) Meyakinkan
dosa. Karya menyakinkan dari Roh Kudus dinyatakan di Yoh. 16: 8-11. Ia ‘akan
menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman’ (Ay. 8). Kata
meyakinkan (Yun.Elegchein) adalah istilah hukum yang berarti ‘menyelidiki
secara silang untuk tujuan meyakinkan atau mengalahkan lawan (kata itu secara
khusus digunakan dalam urusan hukum).
Karya meyakinkan dari Roh Kudus ini ada tiga sisi,
(a) Berkaitan dengan dosa, penolakan orang untuk percaya pada Kristus (Yoh. 16:
9). (b) Tentang kebenaran dalam meyakinkan dunia di mana Kristus yang
dipertahankan melalui kematian-Nya, kebangkitan dan kenaikkan-Nya (Yoh. 16:
10). (c) Berkaitan dengan penghakiman dalam meyakinkan dunia karena setan
dihakimi di kayu salib (Yoh. 16: 11). Setan memerintah melalui dosa dan
kematian, namun Kristus telah menang atas keduanya dan mengalahkan Setan.
b. Anugerah Efektif (Khusus).
Definisi ringkas dari anugerah ini adalah “Karya Roh Kudus yang secara efektif
menggerakkan orang untuk percaya pada Yesus Kristus sebagai Juruselamat.
Definisi lebih lanjut adalah bahwa Anugerah klhusus tidak bisa ditolak,… dengan
mengubah hati, hal itu membuat manusia secara sempurna bersedia untuk menerima
Yesus Kristus untuk keselamatan dan cenderung untuk taat pada kehendak Allah.
Penekanan penting dalam definisi ini, menunjuk pada kesediaan seseorang untuk
percaya kepada Yesus Kristus; dengan kata lain, orang itu secara individu dan
sukarela percaya. Ia tidak melakukan
sesutu yang bertentangan dengan kehendaknya. Anugerah Efektif (khusus) adalah
karya instan dari Allah untuk memberikan kuasa pada kehendak manusia dan
mencenderungkan hati manusia pada beriman kepada Kristus. Anugerah ini
didasarkan pada panggilan (lih. Rom. 1:1, 6-7; 8:28; 1 Kor. 1: 1-2,24,26; Ef.
1:18; 4:1,4; 2 Tim. 1: 9). Panggilan ini menunjuk pada efektivitas undangan
Allah di mana ia mendorong orang malalui kuasa dari Roh Kudus dan menunjuk
orang itu secara pribadi untuk berespon terhadap Injil.
2.
Kelahiran Kembali
Kelahiran kembali merupakan suatu kiasan yang
penting dalam berita Alkitab, Tuhan Yesus berkata “Jika seorang tidak
dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah Yoh. 3:3). Kata
Yunani kelahiran kembali, ialah palin-genesia.
Dalam Mat. 19: 28, palingenesia artinya menunjuk awal mula hidup yang
baru bagi orang Kristen secara individu ( penciptaan kembali). Pengertian
tentang permulaan ini lebih umum dinyatakan dengan perkataan gennao (dengan
kata anothen dalam Yoh. 3:3) atau bentuk kompositnya ‘anagennao’. Kata-kata ini
dapat berarti memperanakkan, memperanakkan kembali, mengandung atau melahirkan
(Yoh. 1:13; 3: 3-8; 1 Pet. 1: 23; 1 Yoh. 2: 29; 3: 9; 4: 7; 5: 1,4,18). Dalam
Yak. 1: 18, kata apokueo, mengandung atau membawa yang dipakai lebih jauh lagi,
pemikiran tentang menghasilkan hidup yang baru dinyatakan dengan kata ktizo,
menciptakan Ef.2: 10 dan hasil dari ciptaan ini disebut sebagai kaine ktisis
(ciptaan baru), 2 Kor. 5: 17; Gal. 6: 15; atau disebut juga kainos anthropos
(manusia baru) dipakai dalam beberapa ayat, Ef.2:5 ; Kol. 2: 13.
Kelahiran kembali adalah tindakan Allah dimana
Allah memberi hidup kepada orang percaya.Di mana prinsip-prinsip hidup yang
baru ditanamkan pada diri manusia, dan sikap hati manusia dikuduskan. Istilah
ini mengandung implikasi : (a) Kelahiran kembali adalah karya kreatif Allah,
dan dengan demikian merupakan suatu karya dimana manusia sepenuhnya pasif, dan
dimana tidak ada kerja sama dari manusia sama sekali. Ini penting dipahami
sebab keselamatan datang dari Allah. (b).Karya kreatif Allah yang menghasilkan
hidup yang baru, dalam kaitan dimana manusia dihidupkan oleh Kristus, mendapat
jaminan kehidupan dari kematian (ciptaan baru) diciptakan dalam Kristus untuk
pekerjan baik, yang sudah disiapkan Tuhan (Ef. 2: 10).
Hasil kelahiran baru (regenerasi; (1) Natur yang
baru, pemberian natur ilahi (2 Pet. 2: 1:4). Orang percaya telah menerima “diri
yang baru” (Ef. 4:24), suatu kepasitas untuk hidup bebas.Ia adalah ciptaan baru
(2 Kor. 5: 17). (2) Hidup Baru. Orang percaya telah menerima pikiran yang baru
(1 Kor. 2:16) sehingga ia dapat mengenal Allah; suatu hati yang baru (Rom. 5:5)
sehingga ia dapat mengasihi SAllah (1 Yoh. 4: 9) dan suatu kehendak yang baru (
Rom. 6:13) sehingga dapat menaati Allah.
3. Pertobatan
Pertobatan, dari akar kata ‘tobat’, mengacu pada
sesal dan penyesalan atas dosa kita. Di
dalam PL memakai dua istilah untuk pertobatan, yaitu :
a. Nachan, yang mengandung arti
adanya perasaan yang dalam, baik perasaan menderita (bentuk niphal) atau
perasaan terlepas (bentuk piel). Dalam bentuk niphal kata itu berarti menyesal
dan penyesalan ini sering disertai juga dengan adanya perubahan dalam rencana
dan tindakan, sedang dalam bentuk piel kata itu menunjukkan arti menghibur atau
menghibur diri sendiri. Sebagai kata yang menunjuk arti penyesalan, bukan saja
untuk manusia, tetapi juga Tuhan (Kej. 6:6,7 ;Kel. 32:14; Hak. 2:18; 1 Sam.
15:11).
b. Kata Shubh, merupakan kata
yang paling umum untuk pertobatan yang berarti; berbalik, berbalik kembali,
atau kembali, khususnya kepada Tuhan. Dalam PL pertobatan adalah kembali kepada
Dia dari segala dosa yang telah memisahkan manusia dengan Tuhan.
Dalam PB ada tiga kata yang perlu
dibicarakan di sini:
(1) Metanoia. Kata itu berasal
dari dua kata yaitu meta dan nous yang kemudian lagi dikaitkan dengan kata
kerja ‘ginosko’, dalam bhs Inggris ti know. Kata ini menunjukkan kesadaran
dalam hidup manusia. Dalam bahasa Yunani klasik kata itu berarti : (1)
mengetahui sesudahnya; pengetahuan yang diperoleh kemudian; (2)) merubah
pikiran sebagai hasil dari pengetahuan yang diperoleh itu; (3) dalam kaitan
dengan perubahan dalam pikiran itu, berarti menyesali jalan yang semula
diambil; dan (4) suatu tingkah laku untuk masa depan, yang terpancar dari apa
yang sudah mendahului. Bisa juga diartikan perubahan dari arah yang buruk ke arah
yang baik.
(2) Epistrophe, bentuk kata
kerjanya epistrepho, menerjemahkan kata ibr shubh, dipakai dalam pengertian
berbalik lagi, atau berbalik kembali. Kata ini menunjukkan arti suatu perubahan
dalam pikiran seseorang, tetapi menekankan kenyataan bahwa suatu hubungan yang
baru sudah ditetapkan.
Pertobatan berarti; melepaskan diri dari perhambaan penguasa-penguasa,
dewa-dewa dunia ini, membelakangi mereka dan berpaling kepada Kerajaan yang
mendatang. Bertobat artinya berpaling, mengubah sikap hidup, lalu memandang
kepada Yesus Kristus dan bertanya kepada Dia. Tuhan, apakah yang harus
kuperbuat ? (Kis. 22: 10). Pertobatan adalah perpalingan, artinya meninggalkan
hidup lama, dosa-dosa, berbalik 180 derajat dari dosa dan datang kepada Tuhan
Yesus, dan tidak pernah lagi kembali ke situ.
Elemen Pertobatan.
Pertobatan terdiri dari dua Elemen; yaitu penyesalan dosa daniman.
Eleman –elemen penyesalan akan dosa, ada tiga elemen, yaitu :
1. Elemen Intelektual. Ada
satu perubahan pandangan, menyadari akan dosa yang termasuk juga setiap
kesalahan yang dilakukan secara pribadi, kecemaran dan ketidak berdayaan. Hal
ini disebut dalam Alkitab menyadari dosa (Rom. 3:20)
2. Elemen emosional. Ada
suatu, yang dinyatakan dalam perubahan perasaan, yang diwujudkan dalam bentuk
dukacita karena telah melakukan dosa pada masa lalu terhadap Tuhan yang kudus
dan adil. (Maz. 51: 2,10,14). Elemen penyesalan dosa ini ditunjukkan oleh kata
berpaling, elemen berikut ini, maka akan menjadi dukacita Ilahi, dan yang
dinyatakan dalam kekecewaan dan penyesalan (2 Kor. 7:9,10; Mat. 27:3; Luk.
18:23).
3. Elemen kekuatan dalam
keputusan. Elemen ini yang tercakup dalam perubahan tujuan, dari dalam
merupakan sebuah tindakan beralih dari dosa dan suatu sikap hati untuk mencari
pengampunan dan penyucian (Maz. 51: 5,7,10; Yer. 25: 5).
Langkah-Langkah Pertobatan
:
(1) Menyadari dosa dan upah
dosa adalah maut, kematian, lalu datang kepada Tuhan, sebab Dia tidak pernah
menolak orang-orang yang datang kepada-Nya
(2) Menyesali dosa, menyesali
telah meninggalkan Tuhan, sumber kehidupan dan keselamatan
(3) Mengakui dosa dengan jujur
dihadapan Allah ( 1 Yoh. 1:8 ; Amsal 28:13)
(4) Memohon pengampunan dari
Tuhan, supaya dikuduskan, disucikan (1 Yoh. 1:9; Yes. 1: 18)
(5) Meninggalkan dosa
(6) Hidup baru bersama dengan Tuhan Yesus (Rom. 6:
1-11; 2 Kor. 5: 17; Gal. 2: 20)
(7) Bersekutu dengan Tuhan,
untuk tetap mendapatkan kehidupan (! Pet. 2:2’ Yoh. 15: 1-8).
Pertobatan adalah dasar
keselamatan, tanpa pertobatan yang sungguh-sungguh manusia tidak akan masuk ke
dalam Kerajaan Allah.
3.IMAN
Iman menempati posisi penting dalam
Soteriologi, maka harus dibahas secara khusus.
a. Istilah Iman dalam Alkitab.
Dalam PL. kata “ emunah’ (Hab. 2:4), pada dasarnya berarti ‘kesetiaan’
(Ul. 32:4; Maz. 36:5; 37: 3; 40:11). Kata yang paling sering dipakai dalam PL
untuk percaya adalah he’emin, bentuk hiphil dari ‘aman’. Dalam kata qal, kata
itu berarti “merawat” atau memberi makan; dalam bentuk niphal artinya menjadi teguh atau
mapan, setia dan dalam bentuk hiphil berarti ‘dianggap mapan’, dianggap benar
atau percaya. Kata kedua yang penting adalah ‘batach yang dipakai bersamaan
dengan kata depan beth dan berarti ‘percaya kepada’ atau bersandar pada.Kata
itu tidak menekankan elemen pengertian intelek, tetapi lebih bersifat rasa
percaya.Berbeda dengan he’emin yang pada umumnya diterjemahkan ke dalam
bhs.Yun. Menjadi elpizo atau peithomai, orang yang beriman kepada Tuhan adalah
orang yang menaruh harapannya untuk masa sekarang dan masa yang akan datang
kepada Dia.
Dalam PB ada dua kata yang dipakai, yaitu pistis dan bentuk kata kerja pisteuien.Keduanya
tidak selalu mempunyai konotasi yang sama.Kata pistis mempunyai arti yang
berbeda (1) Kata pistis mempunyai dua arti dalam bhs Yun. Klasik, artinya
adalah (a) Suatu kepastian berdasarkan kepercayaan dalam diri seseorang dan
pengakuannya, yang berbeda dengan pengetahuan yang bersandar pada penelitian
pribadi ; dan (b) Rasa percaya diri itu sendiri di mana kepercayaan seorang
bersandar. (2) Dalam Septuaginta, transisi dari penggunaan kata pistis yang
dipakai dalam PB dimana kata ‘percaya’ atau mempercayai sangat penting, maka
kita jumpai dalam septuaginta kata kerja pisteuein. Kata kerja ini sering kali
dipakai untuk menerjemahkan kata Ibr he’emin menyatakan arti iman, baik kepada
Firman Tuhan maupun rasa percaya yang sungguh kepada-Nya.
Iman dan percaya, tidak bisa dipisahkan, keduanya seperti dua sisi mata
uang yang sama. Iman sebagai :
·
Suatu rasa percaya menyeluruh kepada Tuhan dan Kristus
·
Penerimaan atas kesaksian mereka berdasarkan rasa percaya itu
·
Bersandar pada Kristus dan beriman kepada-Nya untuk keselamatan jiwa
mereka. Iman yang terakhir inilah yang disebut sebagai iman yang menyelamatkan.
Iman dalam pengertian
religious, iman yang menyelamatkan.
1. Konsep iman
Ada empat konsep iman :
a. Iman Historis/ intelektual.
Iman ini sepenuhnya memahami kebenaran secara intelektual sebagai hasil
pendidikan, tradisi, pemiliharaan, dan sebagainya. Iman ini bersifat manusiawi
dan tidak menyelamatkan (Mat. 7:26; Kis. 26: 27-28; Yak. 2: 19).
b. Iman Mujizat. Apa yang
disebut sebagai iman mujizat adalah suatu kepercayaan yang ada dalam pikiran
seseorang bahwa sebuah mujizat akan dapat dilakukannya atau dilakukan atas
namanya. Setiap usaha untuk melakukan suatu pekerjaan macam itu membutuhkan
iman. Akhirnya Tuhan hanya dilihat sebagai pembuat mujizat.
c. Iman Sementara. Disebut
iman sementara sebab iman ini tidak permanen dan gagal; mempertahankan diri
pada hari pencobaan dan kesulitan.
d. Iman yang benar dan
menyelamatkan. Iman yang benar dan menyelamatkan adalah suatu iman yang
memiliki kedudukan dalamhati dan berakar pada hidup yang telah mengalami
kelahiran baru. Iman yang menyelamatkan dapat didefinisikan sebagai suatu
keyakinan yang pasti, yang ditanamkan dalam hati manusia oleh Roh Kudus, kepada
kebenaran Injil dan suatu kepercayaan yang sesunggunya pada janji-ianji Tuhan
dalam Kristus.
b. Segi-Segi Iman
1. Segi intelektual. Hal ini
menyebabkan pengenalan yang sesungguhnya dan positif terhadap kebenaran Injil
dan pribadi Kristus.
2. Segi emosional. Kebenaran
dan pribadi Kristus di sini dilihat dengan penuh perhatian dan kesungguhan.
3. Segi kehendak/kemauan. Di
sini orang itu menerima secara pribadi kebenaran dan pribadi Kristus serta
sungguh-sungguh percaya kepada Dia.
Ketiga segi ini dapat
dibedakan, tetapi harus disatupadukan pada saat iman yang menyelamatkan
terjadi.Orang itu percaya kepada Kristus dengan seluruh keberadaannya, tidak
hanya dengan intelek, emosi, atau kehendaknya saja.
c. Dasar Iman
Dasar langsung dari iman adalah kebaikkan kemurahan Tuhan serta
kesetiaan-Nya, dalam kaitan dengan janji dalam Injil.Firman Allah adalah dasar
iman yang kita pakai untuk mengenal wahyu yang di dalam Alkitab sebagai Firman
Tuhan yang benaradalah kesaksian dari Roh Kudus 1 Yoh.5: 7 “Sebab ada tiga yang
memberi
kesaksian di dalam sorga; Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah
satu”.Dasar iman adalah Firman Allah dan janji-janji-Nya.Berbicara tentang
‘janji iman’ apakah merupakan milik dari esensi iman, atau sekedar sesuatu
tambahan yang tidak tercakup dalam iman.
Ada dua janji iman, yaitu (1) jaminan iman yang obyektif, yaitu
“keyakinan yang pasti dan tidak ragu-ragu bahwa Kristus adalah Ia yang
dijanjikan, dan akan melakukan segala yang dijanjikan itu”.Pada umumnya
disetujui bahwa jaminan ini adalah esensi dari iman. (2) Jaminan subyektif dari
iman, atau jaminan anugerah dan keselamatan, yang mencakup perasaan aman,
bertumbuh dalam banyak hal sampai mencapai suatu “keyakinan yang dijamin bahwa
setiap orang percaya secara individual sudah diampuni dosanya dan jiwanya
diselamatkan.
4. PEMBENARAN
Istilah pembenaran dalam
Alkitab
a. Menurut PL.
Dalam PL bahasa Ibr. ‘membenarkan’ adalah hitsdik’ bentuk piel “tsiddek”
lebih mengacu pada tuntutan hukum. Makna moral kata ini ‘menjadikan adil atau
benar’.Kemudian diterjemahkan‘menjadikan benar’.
Dalam PB ada beberapa kata yang dipakai :
(1) Kata kerja “dikaio-o” yang
berarti “menyatakan bahwa seseorang benar”
(2) Kata “dikaios” dan dipakai
jika ia dalam penilaian Tuhan mempunyai hubungan yang sesui dengan hukum, atau
ketika hidupnya sesuai dengan apa yang dituntut oleh hubungan yuridis dengan
Tuhan (ia baik).
(3) Kata benda ‘dikaiosis’,
pembenaran (Rom. 4:25; 5: 18). Kata ini menunjukkan tindakan Tuhan yang
menyatakan bahwa manusia bebas dari kesalahan dan dapat diterima oleh-Nya.
(4) Hasil dari pembenaran. Kata
pembenaran berasal dari bhs Latin ‘justificare’ yang merupakan gabungan dari
kata Justus dan facere, dan berarti “menjadikan benar” dalam bhs Inggiris
“justification”. Membenarkan dalam pengertian Alkitab adalah memberikan suatu
hubungan obyektif, yaitu keadaan sebagai orang benar, dengan satu keputusan pengadilan.
Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara ; (a) dengan cara menjelaskan keadaan
subyektif sesungguhnya dari orang itu (untuk mengadili orang yang adil atau
orang yang benar) Yak. 2: 21; atu (b) dengan cara memberikan kebenaran kepada
seseorang yaitu dengan memperhitungkan orang itu sebagai orang benar walaupun
pada dasarnya orang itu tidak benar. Arti kedua inilah arti yang tepat dari
kata “pembenaran” dalam Alkitab. Pembenaran adalah tindakan yuridis Allah
dimana Iamenetapkan, berdasarkan kebenaran Tuhan Yesus Kristus, bahwa semua
tuntutan hukum sudah dipenuhi bagi orang berdosa. Pembenaran mencakup
pengampunan dosa, dan pembaharuan berdasarkan kemurahan Allah. Dan mereka yang
dibenarkan “memiliki damai dengan Tuhan’, “jaminan keselamatan” (Rom. 5: 1-10)
dan ‘warisan di antara mereka yang dikuduskan’ Kis. 26: 18.
b. Eleman pembenaran:
1. Pengangkatan sebagai anak.
Orang beriman pertama kali menjadi anak Tuhan karena pengangkatan. Perubahan
yang dihasilkan status tersebut berhubungan antara manusia itu sendiri dengan
Tuhan. Dalam Yoh. 1: 12, pengertian tentang pengangkatan dikemukakan dalam
kalimat, “Seberapa banyak yang menerima Dia, kepada mereka diberikan hak
(exousian edoken) sebagai anak Allah. Istilah Yunaninya berarti ‘memberi hak secara hukum. Dalam ayat
berikutnya penulis Injil Yoh ,membicarakan keadaan sebagai anak secara etis
melalui kelahiran kembali. Kaitan antara keduanya jelas dikemukakan dalam Gal.
5: 5,6 “,.. supaya kita diterima menjadi anak. Karena kamu adalah anak, maka
Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru “ya Abba, ya
Bapa” (Rom. 8:15).
2. Hak untuk mendapat hidup
yang kekal. Ketika orang berdosa diangkat menjadi anak Tuhan, mereka
diperlengkapi dengan semua hak sebagai anak dalam keluarga, dan menjadi ahli
waris Allah yang bersama-sama dengan Kristus (Rom. 8:17). Menurut Rom. 8: 23,
penebusan tubuh yang kemudian disebut sebagai ‘adopsi’ adalah bagian warisan
masa depan yang berkaitan dengan pengangkatan. Jadi bagi orang percaya,
dibenarkan karena iman sama artinya dengan mewarisi hidup yang kekal.
3. Dibenarkan karena Iman.
Kata dibenarkan dalam Alkitab bahasa Indonesia, dalam
bahasa Yunani ada dua : (1) kata aletheia (latinnya ‘veritas’, yaitu kebenaran,
dalam arti “tidak bohong”, tidak dusta (Yoh. 14:6). Kata (2) dikaiosyne (latin
‘iustitia’ (Bhs, Inggris justice) yaitu
kebenaran dalam arti tidak bersalah , keadilan, kelurusan. Soal pembenaran
bertalian dengan bidang kehakiman dan pengadilan dan berhubungan ‘pengampunan’.
Pengampunan dosa berisikan sebagai berikut ; kita, orang-orang berdosa,
dipanggil menghadap Allah yang adalah Hakim, tetapi Hakim itu membebaskan kita
sebagai orang yang tidak bersalah, orang-orang yang benar.Iman berhubungan
dengan pembenaran, dalam alkitab bhs.Yun.dia pisteos, ek pisteos atau pistei
(bentuk dativ), Rom. 3:25,28,30; 5: 1; Gal. 2: 16; Fil. 3: 9, Kata depan dia
menekankan kenyataan bahwa iman adalah alat yang olehnya kita mendapatkan
Kristus dan kebenaran-Nya. Kata depan ‘ek’ menunjukkan bahwa iman secara logis
mendahulukan pembenaran secara pribadi, sehingga sebagaimana adanya hal ini
dimulai dalam iman.
Kita dibenarkan oleh percaya kepada Kristus yang mati
untuk dosa kita dan bangkit, untuk membangkitkan kita dalam tubuh baru
bersama-sama Kristus.Percaya kepada Kristus, artinya oleh percaya kepada rahmat
yang dinyatakan Allah kepada kita dalam pekerjaan Kristus.Pembenaran karena
iman, penyelamatan terletak pada Allah dan semata-mata datang dari Allah (Ef.
2:8-9).
4. Jaminan Keselamatan
Jaminan keselamatan didasarkan atas kasih karunia Allah
dan fakta bahwa kehidupan kekal adalah suatu karunia dan bersifat abadi. Pada
saat seseorang percaya kepada Kristus, maka ia dimasukkan ke dalam suatu
hubungan dengan keallahan yang memastikan bahwa keselamatannya terjamin. Tentu
saja hal ini hanya berlaku bagi
orang-orang yang telah dilahirkan kembali. Keselamatan yang dimiliki
orang yang telah dilahirkan kembali adalah terjamin, disebabkan oleh hubungan
dengan Allah yang ia memiliki melalui iman.
1. Jaminan Karya Allah Bapa
Orang percaya terjamin karena Bapa telah memilih mereka untuk
keselamatan sejak kekekalan (Ef. 1:4).Bapa menetapkan orang percaya untuk datang
pada status anak dalam Kristus (Ef. 1:5).Bapa memiliki kuasa untuk memelihara
orang percaya terjamin dalam keselamatan mereka (Rom. 8:28-30). Orang yang
tidak dikenal oleh Bapa sebelumnya, ditetapkan, dipanggil, dan dibenarkan
adalah orang yang sama yang akan dibawanya pada kemuliaan di masa yang akan
datang. Tidak ada seorang pun yang akan terhilang dalam prosesitu. Kasih Bapa
bagi orang percaya juga menjamin kepastian mereka (Rom. 5: 7-10).
2. Alasan-alasannya yang
berhubungan dengan Anak :
a. Kematian-Nya. (Rom. 8:
33-34
baca). Putra Allah telah menebus orang percaya (Ef. 1:7),
mengangkat murka Allah dari orang percaya (Rom. 3:25), membenarkan orang
percaya (Rom. 5:1), memberikan pengampunan (Kol. 2:13), dan menguduskan orang
percaya (1 Kor. 1:2). Kemudian, Kristus berdoa untuk orang percaya untuk
bersama-Nya (Yoh. 17:24); Ia terus menjadi pembela mereka dalam pengadilan
Allah (1 Yoh. 2:1); dan Ia menjadi pengantara sebagai iman Besar orang percaya
(Ibr. 7:25). Apabila orang percaya dapat terhilang maka itu berimplikasi bahwa
Kristus tidak efektif dalam karya-Nya sebagai mediator orang percaya.
b. Doa-Doa-Nya. Pelayanan
Kristus sekarang di surga, berdoa untuk orang-orang yang menjadi milik-Nya. Doa
itu dua aspek (1) Pelayanan yang bersifat preventif (doa safaat) dan (2)
pelayanan yang bersifat Kuratif (pembelaan). Doa-Nya dalam Yoh. 17, menjelaskan
aspek preventif. Dalam doa itu Ia berdoa agar kita dijauhkan dari yang jahat
(ay. 15), agar kita dikuduskan (ay. 17), agar kita dipersatukan (Ay. 21), agar
kita bisa berada di surga bersama-sama dengan Dia (ay. 24), dan agar kita dapat
melihat kemuliaan-Nya (Ay. 24). Oleh doa safaat-Nya yang tidak henti-henti bagi
kita , maka menyelematkan kita secara sempurna dan kekal (Ibr. 7: 25).
3.
Alasan-alasan yang berhubungan dengan Roh Kudus.
a. Ia melahirkan kembali. Jika
kita dilahirkan kembali oleh Roh Kudus pada waktu kita percaya, maka seandainya
kita bisa melepaskan iman kita sehingga keselamatan kita hilang, sudah pasti
kelahiran kembali kita juga akan diambil dari kita.
b. Ia tinggal dalam diri orang
percaya. Seandainya keselamatan dapat hilang, maka kehadiran Roh Kudus dalam
kehidupan orang percaya tentu akan hilang. Orang Kristen itu tidak lagi didiami
Roh Kudus.
c. Ia membaptis. Roh Kudus
mengikat orang percaya ke dalam tubuh pada waktu ia percaya (1 Kor. 12:13);
oleh karena itu, jika keselamatan bisa hilang, maka orang Kristen itu tentu
akan lepas dari tubuh Kristus
d. Ia memeteraikan. Roh Kudus
memeteraikan orang percaya sampai pada hari penebusan (Ef. 4: 30). Seandainya
keselamatan bisa hilang, maka meterai-Nya tidak akan sampai hari penebusan
tetapi hanya sampai pada hari perbuatan dosa, atau pemurtadan, atau ketidak
percayaan.
Keselamatan adalah kekal
dan sama sekali terjamin bagi semua orang percaya, sebab Allah tidak pernah
mengambil karunia keselamatan-Nya, kalau sudah diberikan
D
o s e n,
Pdt.
Mangatas
P. Aritonang,
M.Th.
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI
IKSM ( STT IKSM)
SLABUS PERKULIAHAN
NAMA MATA KULAH :
DOGMATIKA II ( KRISTOLOGI & SOTERIOLOGI)
B O B O T : 3 SKS
DOSEN :
Pdt. M.P. ARITONANG, M.Th.
Deskripsi Mata Kuliah:
Dogmatika I, Studi tentang Kristologi meliputi;
pengenalan keillahian (Praeksistensi) dan kemanusiaan Kristus serta kesatuan
pribadi, keberadaan, nama-nama dan jabatan-jabatan Kristus, penyebab dan
perlunya penebusan.Mempelajari tentang karya Allah dan penebusan dan
penyelamatan (soteriologi).Penerapan keselamatan sebagai karya Kristus yang
dimungkinkan pengalaman orang beriman oleh karya Roh Kudus dengan mempelajari
pertobatan dan iman, pembenaran, pengudusan, dan glorifikasi (pemuliaan), dan
kesatuan di dalam Kristus.
Tujuan :
Agar
mahasiswa memiliki pengetahuan tentang pribadi Kristus dilihat dari aspek
keillahian dan kemanusiaan-Nya, pribadi Kristus dari segi Jabatannya.Agar
mahasiswa mengalami karya keselamatan Kristus melalui study setoriologi.
Tujuan Umum
Pembelajaran:
gar
mahasiswa memiliki pengertian dan pemahaman tentang pribadi Kristus dan
KaryaNya dalam kaitannya dengan soteriologi, serta memiliki wawasan pemikiran
yang kritis tentang issu-issu teologis yang diperdebatkan berkenan dengan topik
- topik tersebut. Melalui proses pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu
mengintegrasikan pelajaran ini kedalam hidupnya sehingga mempengaruhi aspek
kognitif, psikomotor dan aspek apektifnya.
GARIS- GARIS BESAR
POKOK BAHASAN
III. KONSEP-KONSEP KRISTOLOGI
IV. PRIBADI KRISTUS
f.
Praeksisten dan Kekekalannya.
(4) Bukti Langsung
(5) Bukti tidak langsung
(6) Nubuat dalam PL.
g. Inkarnasi Kristus
(5) Makna Inkarnasi
(6) Cara Inkarnasi (Pengosong diri Konosis en Kristo)
(7) Bukti Inkarnasi
(8) Tujuan Inkarnasi
h. Pribadi Kristus
(4) Keallahan penuh
(5) Kemanusiaan sempurna
(6) Kesatuan Allah dan Manusia
i.
Gelar Kristus
(3) Anak Allah (2) Kyrios
(4) Anak Manusia (4) Mesias
j.
Jambatan Tuhan Yesus
(4) Raja
(5) Nabi
(6) Imam)
f. Kematian Kristus
g. Kabangkitan dan Kenaikkan Kristus
i. Pelayanan Kristus sesudah Kenaikan
III. KARYA PENYELAMATAN
KRISTUS.
e. Dosa
f.
Keselamatan
(5) Dasar Keselamatan
(6) Anugerah
(7) Kelahiran kembali
(8) Pertobatan
g. Iman
(4) Konsep iman
(5) Segi-segi Iman
(6) Dasar Iman
h. Pembenaran
SUMBER KEPUSTAKAAN:
12. John F. Walvoord, Yesus
Tuhan kita, Surabaya, Yakin.
13. Louis Berkhof, Teologi
Sistematika Volume, 4 & 4, Jakrta LRII
14. Chris Marantika, Doktrin
Keselamatan & Kehidupan Rohani, Yogyakarta, Iman Press.
15. Henry Thiesen, Telogia
Sistematika, Malang; Gandum Mas
16. Charles Ryrie, Teologi
Dasar, Yogyakarta, Andi Offset
17. Harun Hadiwijono, Iman
Kristen, Jakarta; BPK
18. Gron C. Sejarah Dogmatika
Kristologi, Yokyakarta; Kanisius.
19. Paul Enns, The Moody
Handbook of Theology, Malang, SAAT.
20. Craig A. Evans, Merrekayasa
Yesus, Andi, Jakarta.
21. C. Marvin Pate & Sheryl
L. Pate, Andi , Jakarta.
V. PENILAIAN
4.
Membaca dan melaporkan 2 (dua) dari buku Sumber
Perpustakaan, dengan secara tertulis,
Isi ; kekuatan dan kelemahan buku dan membuat tanggapan terhadap buku yang
dibaca + PRESENTASI DI KELAS Nilai 40 %
5.
Nilai Ujian tengah Semester (UTS) nilai 30 %
6.
Nilai akhir Semester (UAS) nilai, 30 %.
D o s e n,
MANGATAS P. Aritonang, M.Th
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI
IKSM (STT IKSM)
SLABUS MATA KULAIH DOGMATIKA
III
Mata Kuliah : Dogmatika III
B o b o t : 3SKS
D o s e n : Pdt. M.P. Aritonang, M.Th.
DESKRIPSI MATA
KULIAH
Dogmatika III,
membahas tentang Gereja (Ekklesiologi) dan Eskatologi (Akhir Zaman). Pokok
bahasan meliputi; pengertian dasar, prinsip dan sifat-sifat dan tujuan
Ekklesiologi san Eskatologi. Tujuan mata kuliah ini , agar setiap mahasiswa
memehami kebenaran tentang gereja dan Ekkesiologi, sehingga dapat membangun
iman dan persekutuan dengan Tuhan, serta dapat memahami dan mengajarkan tentang
doktrin ini dengan baik.
Tujuan :
Agar mahasiswa memiliki penmgetahuan tentangt
Ekklesiaologi, tugas-tugas gereja dan tujuannya, serta memahami eskatologi;
tentang kematian, kebangkitan, Neraka, penderitaan, Amilenium, Posmilenialis,
Premilenianis, Tribulasi, pengakatan dan hidup yang kekal.
Tujuan Umum Pembelajaran:
Agar mahasiswa memiliki pengertian dan pemahaman
yang benar tentang Gereja dan tugas-tugasnya serta tujuannya kaitannya dengan
pelayanan gereja dan memahami tenmtang ekskotologi, kematian, kebangkitan,
tribulasi, pengangkatan , dan hidup kekal. Melalu proses pembelajaran ini
diharapkan mahasiswa mampu mengintegrasikan ilmu ini kedalam kehidupan nya
sehingga mempengaruhi aspek kognitif, psikomotor dan aspek apektfi dalam
kehidupan sehari-hari dan pelayanannya.
Garis-Garis Besar
Pokok Bahasan
A.
Gereja
I. Pengertian
Ekklesiologi
a. Istilah lain
Untuk Gereja
b. Tujuan Gereja
c. Sifat-Sifat
Gereja
II. Pimpinan Gereja
a. Pejabat Luar
Biasa
b. Para pejabat Luar
Bi8asa
ü Penatua
ü Diaken
c. Pemerintahan
Gereja
v Episkopal
v Presbiterian
v Kongregasional
d. Sakramen
·
Perjamuan Kudus
·
Baptisan
·
Cara baptisan
·
Baptisan Anak
B.
Eskotologi
1. Pengertian
2. Eskatologi Umum
dan Individual
3. Kematian
4. Surga
5. Neraka
6. Penghakiman
7. Hidup Yang Kekal
8. Pandangan
Mengenai hal-Hal; Terakhit
a. Amileanislis
b. Posmilenialis
c. Premilealis
SUMBER KEPUSTAKAAN
1. John F. Walvoord,
Yesus Tuhan Kita, Surabayaa, Yakin.
2. Louis Berkhof,
Teologi Sistematika Vol. 5 & 6, Jakarta LRII
3. Chris marantika,
Doktrin Keselamatan & Kehidupan rohani, Yokyakarta, Iman Press
4. Henry Thiesen,
Teologi Sistematika, malang gandum Mas
5. Charles Ryrie,
Teologi dasar, Malang, Gandum Mas
6. Harun Hadiwijono,
Iman Kristen, Jakarta BPK.
7. Gron C. Sejarah
Dogmatika Kristologi, Yokyakarta, Kanisius.
8. Nico Syukur
Dister OFM, Teologi Sistematika,Yokyakarta, kanisius.
9. Paul Enns, The
Moody Handbook of Theology, Malang, SAAT.
10. Craig A. Evans,
Merekayasa Yesus, Andi, Jakarta
11. C. Marvin Pate
& Sherly L. Pate, Andi, Jakarta.
PENILAIAN
1.
Ujian
Tengah Semester 30 %
2.
Tugas dan
Presentasi di kelas 20 %
3.
Ujian
akhir Semester 50
%
Dosen,
Mangatas P. Aritonang, M.Th
Tidak ada komentar:
Posting Komentar